.
.
.
Ujian Jounin yang sudah dipersiapkan oleh aliansi desa beberapa bulan ke belakang dan membuat Shikamaru sibuk akhirnya akan mulai di selenggarakan hari ini.
Sebenarnya bagi para shinobi yang sudah ikut berperang ujian seperti ini tidak perlu mereka ikuti untuk melihat kemampuan mereka, karena tentunya dapat selamat setelah perang berakhir sudah menunjukkan kualitas mereka.
Kegiatan ujian Jounin ini adalah yang pertama sejak perang berakhir dan memang hanya bertujuan sebagai acara formalitas untuk memulai kembali ujian chunin yang biasanya rutin diadakan sebelum perang. Selain untuk terus menjalin aliansi lima desa, juga untuk menjadi contoh atau gambaran para genin-genin muda dan para murid akademi yang belum pernah melihat ujian ini karena tradisi yang sempat terputus. Karena itu ujian Chunin diganti dengan ujian Jounin dimana peserta yang ikut adalah para Chunin dan veteran perang yang sudah berpengalaman.
Meski hanya acara formalitas, nyatanya peserta yang berpartisipasi tetap lebih dari yang dibayangkan. Menghindari pertarungan pertumpahan darah, penyelenggarapun akhirnya membatasi jumlah jutsu dan chakra yang boleh digunakan. Ujian yang biasanya diadakan empat tahap pun dipangkas hanya dua, dengan ujian tertulis ditiadakan.
Gedung Hokage menjadi ramai dari pagi buta karena Konoha menjadi tuan rumah. Shinobi-shinobi dari berbagai desa mulai terlihat mondar mandir di gedung dan semakin ramai menuju tempat aula di mana acara akan di mulai dari sana.
Tidak terkecuali Hinata, bersama tim 8 mereka juga menjadi peserta ujian ini. Rookie 12 hampir semua mengikuti ujian, kecuali Shikamaru dan Sakura yang memang sudah Jounin dan Sai karena katanya malas, Sai hanya ingin menonton dan mendukung kekasihnya saja nanti.
"Kau sudah di sini?" Bahu Hinata berjengit seketika dengan bisikan tepat di telinga kanannya.
Hinata menoleh.
Cup!
Sebelum berbalik sepenuhnya kecupan singkat yang dalam didapati pipi kanan Hinata. Sontak Hinata mundur, pupil amethyst-nya membulat sempurna dengan wajah merah padam hingga telinganya.
"A-apa yang kau lakukan?!" Hinata berbisik mendelik menatap Shikamaru.
Shikamaru gila. Bagaimana bisa dia melakukan hal semacam itu di tempat banyak orang lewat begini?
Namun pria itu hanya menyeringai acuh.
"Ikut denganku, ada sesuatu yang ingin kuberikan," Shikamaru menarik lengan Hinata. Gadis itu hanya menurut, lebih baik memang segera pergi dari tempat itu untuk menghindari malu.
"Karena kamu, aku jadi tahu jika gedung Hokage selalu punya ruangan sepi." Hinata berkata tanpa maksud apapun, tapi di telinga Shikamaru entah mengapa terdengar seperti sindiran yang membuatnya mendengus geli menahan tawa.
"Jadi apa yang ingin Shika-kun berikan?" Hinata duduk di salah satu kursi, matanya menelusuri setiap sudut ruangan yang baru pertama kali ia masuki ini.
Shikamaru bersender di meja di hadapan Hinata, kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik rompi jounin miliknya.
Sebuah kunai diserahkan kepada Hinata. Saat Hinata menerima kunai itu, ia melihat namanya terukir dengan indah di senjata itu.
Hinata meraba ukiran itu pelan dan teliti, "Cantiknya..." gumam Hinata.
"Gunakan itu untuk mengalahkan lawan."
Hinata sontak mendongak. "Apa maksudmu? Aku hanya akan menyimpannya."
"Aku membuatnya untuk dipakai bukan cuma disimpan." Shikamaru menarik kursi yang diduduki Hinata dan kedua lutut gadis itu kini menempel pada kaki Shikamaru, tubuhnya terkukung diantara kedua lengan pria itu yang bertopang pada kedua lengan kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek ✔
Fanfiction[ShikaHina - Fanfiction] [Fanon] Harus menyembunyikan hubungannya dengan Hinata itu bukan sesuatu yang Shikamaru inginkan. Tapi Shikamaru sudah terlanjur mengiyakan ketika Hinata meminta agar status mereka dirahasiakan sampai gadis itu siap. Padahal...