17. Selalu dan Selamanya

3.3K 264 102
                                    

.

.

.

"Apa kau tidak merindukan rumahmu, Shikamaru?"

Hiashi berdiri di depan lorong kamar Hinata, menatap tajam Shikamaru yang baru saja keluar dari kamar putrinya.

"Di rumahku tidak ada Hinata, jadi aku tidak merindukan rumah." Jawab Shikamaru mencoba dengan nada sesopan mungkin di hadapan sang calon ayah mertua.

"Kau tidak merindukan 'ibu'mu?" Hiashi menekankan kata ibu dalam kalimatnya.

Shikamaru tersenyum tipis. "Sore tadi ibuku baru saja ke sini, aku sudah melihatnya."

Lagipula bahkan jika Shikamaru sepenuhnya pindah untuk tinggal bersama Hinata, Yoshino akan sangat dengan senang hati memberi ijinnya.

Dua minggu sejak Shikamaru kembali membawa Hinata dan timnya berhasil menghentikan bulan dan mengalahkan Toneri, Shikamaru memilih untuk terus bersama Hinata dengan dalih untuk menjaganya.

Sebelumnya, Hiashi memang tidak pernah keberatan jika Shikamaru berada di rumahnya, pemuda itu adalah partner bicara yang menyenangkan dan mampu menjadi lawan bermain shogi yang seru. Karena itu, terkadang Hiashi sendiri yang menawarkan agar Shikamaru menginap di mansion Hyuuga.

Namun, sebelumnya itu hanya beberapa hari dalam satu bulan tidak setiap hari selama dua minggu seperti saat ini.

Hiashi memijit pelipisnya. "Terserahlah, asal kau tau batasmu. Ingat kalian belum menikah!"

Hiashi sudah selalu meminta Shikamaru untuk berhenti mengkhawatirkan Hinata seorang diri dan meyakinkan keamanan putrinya saat ini, tapi pria Nara itu begitu keras kepala hingga akhirnya Hiashi sendiri yang menyerah. Orang tua bijaklah yang akan memilih untuk mengalah, pikir Hiashi saat itu.

"Tentu Hiashi-san. Aku tidak akan macam-macam." jawab Shikamaru meyakinkan. Lagi, setiap malam.

Hiashi mengangguk lelah dan berbalik untuk pergi.

"Selamat malam, Hiashi-san!" Salam Shikamaru pada akhirnya dan membungkuk.

"Hn," jawab acuh Hiashi sambil mengibaskan tangan kirinya.

Shikamaru menegakkan tubuhnya, menatap punggung Hiashi yang kemudian menghilang di balik dinding di belokan koridor.

"Tidurlah Hinata, aku tau kau masih mengawasi." Bisik Shikamaru dari balik pintu.

Terdengar sedikit suara keributan di dalam kamar Hinata. Shikamaru yakin gadis itu membenturkan kakinya pada kaki ranjang setelah ketahuan menguping ayah dan kekasihnya.

"A-aku tidak m-enguping!" Hinata berteriak untuk mengelak, namun suaranya kecil karena teredam selimut. Tanpa byakugan pun Shikamaru seolah sudah tau apa saja yang gadis itu lakukan di dalam kamarnya saat ini.

Shikamaru menyeringai tipis. Menggigit bibirnya karena gemas sendiri.

Shikamaru berbalik, berjalan menuju pintu tepat di samping kamar Hinata dan memasukinya.

Itu adalah ruangan di mana Shikamaru terlelap selama dua minggu ini. Shikamaru yang tidak mau menempati kamar tamu karena terlalu jauh dan meminta ijin untuk tidur di lantai kamar Hinata terpaksa membuat Hiashi menjadikan ruang kosong tepat di samping kamar putrinya itu sebagai tempat tidur darurat untuk si Nara yang merepotkan ini.

Tak peduli seberapa saling jatuh cintanya dua muda-mudi ini, Hyuuga sebagai klan terpandang tentu harus selalu menjaga kehormatan.

Ya, Hiashi belum tahu saja jika sebelum ini di belakangnya Hinata suka diam-diam menginap di rumah Shikamaru.

Hide and Seek ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang