15. Hanya Dia

2K 250 46
                                    

.

.

.

Hinata mengerjapkan kedua matanya. Cahaya lampu temaram yang terhalang kain tipis menjuntai menjadi hal pertama yang Hinata lihat.

Lihat?

Hinata bangkit terduduk dengan tergesa. Kembali menutup dan membuka matanya. Kemudian mengucek kelopak mata itu pelan.

"Aku sudah bisa melihat?" Gumam Hinata.

"Tapi bagaimana?" Tanyanya heran pada dirinya sendiri.

Hinata duduk terdiam beberapa saat, mungkin karena baru tersadar dan dihadapkan pada cahaya yang selama satu bulan ini menghilang dari hidupnya, Hinata menjadi sedikit linglung.

"Ah!" Setelah mengumpulkan pecahan-pecahan memorinya, Hinata akhirnya mulai mengingat apa yang terjadi.

Hal terakhir yang Hinata ingat adalah, dia tengah berada di kamarnya, memikirkan hubungannya dengan Shikamaru dan menyadari jika keadaan rumahnya tidak biasa, lalu Hinata yakin jika dia bertemu penyusup yang memanggilnya dengan sebutan aneh.

Lalu setelah itu apa yang terjadi?

Dia terbangun dengan mata yang bisa melihat lagi.

Hinata mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Jelas ini bukan kamarnya dan juga bukan di mansion Hyuga. Rumah Hyuga memang luas, tapi Hinata yakin di sana tidak memiliki kamar seluas ini dengan interior mewah yang baru pertama Hinata lihat.

Hinata semakin yakin ketika menyadari jika kain tipis menjuntai yang pertama Hinata lihat rupanya adalah kelambu untuk menutupi seluruh ranjang tempatnya berbaring tadi. Hinata ingat ketika dia masih kecil pernah menginginkan agar tempat tidurnya memiliki kelambu karena akan terlihat elegan dan indah, namun ayahnya yang menyukai hal minimalis dan tradisional tentu tidak pernah mengabulkan permintaannya.

"Aku di mana?" Hinata turun dari ranjang, melangkah menuju jendela besar di belakangnya. Raut wajahnya semakin mengernyit bingung karena pemandangan di luar yang ia lihat hanya langit biru dan bebatuan berterbangan.

"Byakugan! Aaak––!!"

Hinata jatuh berlutut dan menutupi kedua matanya. Matanya tiba-tiba terasa sangat sakit. Rasanya seperti terkena sengatan listrik panas ketika dia ingin mengaktifkan byakugannya tadi.

"Hime-sama, tidak seharusnya kau mengaktifkan byakuganmu."

Suara itu lagi. Hinata menoleh dengan cepat ke sumber suara.

Pria tinggi berkulit pucat dengan rambut putih dan mata biru cerah yang indah tersenyum tipis ke arahnya.

"Siapa?" Hinata yakin, ini adalah kali pertama dia bertemu dengan pria asing di depannya ini, namun pria itu bertindak seolah-seolah telah mengenalnya.

"Aku Toneri Ootsutsuki." Jawabnya.

"Ootsutsuki?" Toneri mengangguk dan melangkah mendekat. Ia mencoba meraih tangan Hinata, namun gadis itu menepis uluran tangan pria itu dan menatap Toneri penuh kecurigaan.

"Aku tidak bermaksud melukaimu."

"Katakan di mana aku sekarang!" Hinata tidak mempedulikan raut sedih pemuda itu ketika ia menepis uluran tangannya. Walau pria itu bersikap lembut, tetap saja orang ini adalah yang membawanya ke tempat asing. Tubuhnya bahkan secara naluriah menunjukkan kewaspadaan.

"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu, hanya jika kau bangkit dan kembali ke tempat tidurmu, Hime. Aku tidak ingin kakimu kedinginan karena menyentuh lantai tanpa alas kaki seperti ini."

Hide and Seek ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang