.
.
.
.
"Selamat pagi, Hinata... Aku tau kamu sudah bangun dari tadi." Shikamaru menoel-noel pipi chubby Hinata. Kelopak matanya yang terpejam berkedut-kedut menahan untuk tidak membuka.
"Putri tidur, sepertinya tidak ingin bangun."
Hinata melenguh. Bukan untuk membuka mata, Hinata justru semakin menelusup ke leher Shikamaru dan memeluk kekasihnya erat.
Ranjang Shikamaru yang harusnya berisi untuk satu orang sedikit berderit. Shikamaru tentu tak menolak sikap manja Hinata padanya, ia dengan hati luar biasa terbuka menerima dan tidak akan pernah mempermasalahkannya.
Karena itu, Shikamaru mengubah posisinya, menyamankan lengannya dan menarik Hinata untuk membalas pelukan gadis itu. Berpelukan tanpa penghalang, saling memberi kehangatan di pagi di mana matahari sudah menampakkan sinarnya.
"Benar-benar tidak mau bangun?" Shikamaru dapat merasakan gelengan Hinata.
"Apa ayah mertuaku tidak akan mencarimu?"
Kali ini Hinata membuka sebelah matanya. "Kita belum menikah, ayahku belum jadi ayah mertua..." gerutunya.
Shikamaru terkekeh. "Sekarang kalau kau mau aku bisa langsung menikahimu dan menjadikan ayahmu, ayah mertuaku."
"Tidak mau." Langsung ditolak tanpa keraguan.
"Apa kata orang nanti jika tiba-tiba kita menikah."
"Kapan kau akan berhenti mendengarkan kata orang? Hmm? Dengarkan aku saja,"
Hinata tidak mendengarkan, memilih kembali menutup matanya.
"Otou-sama tidak akan tahu aku di sini." Tiba-tiba Hinata bergumam.
Hinata sudah memperhitungkan segala rencana dan kemungkinannya untuk bisa bermalam di rumah Shikamaru. Selama Hanabi sedang dalam misi, maka tidak akan ada yang mengompori ayahnya dan mencurigainya.
Sebenarnya, Hinata meminta ijin ayahnya untuk menemani Mirai yang harus ditinggal Kurenai menjalankan misi di rumah sakit Konoha untuk merawat pasien yang terkena jutsu ilusi.
Ijin Hinata tidak sepenuhnya bohong. Dirinya benar-benar menjaga Mirai dari pagi, namun di sore hari ia digantikan ibu Shikamaru.
Harusnya setelah itu, Hinata bisa kembali ke mansion Hyuuga. Tapi bukannya pulang ke rumah, Hinata salah jalan dan berakhir di kamar Shikamaru.
"Sekarang kau pandai berbohong ya?"
Hinata mengerutkan hidung. "Shika-kun yang menarikku ke sini. Dan aku belajar dari ahlinya." Lanjutnya menatap tajam Shikamaru.
Shikamaru tertawa renyah, mencubit pipi Hinata yang memerah. Gemas.
"Aku tidak salah kan?"
Lagipula, menginap di rumah Shikamaru yang tidak ada siapa-siapa jauh lebih baik dibandingkan Shikamaru yang menginap di mansionnya, seperti yang beberapa kali sudah pemuda itu lakukan akhir-akhir ini.
Entah apa yang sudah Shikamaru lakukan sehingga ayahnya dengan mudah selalu memberinya ijin menginap.
Jika Shikamaru hanya menginap dan tidur dengan tenang di kamar tamu yang sudah disediakan untuknya, tentu itu bukan masalah. Masalahnya Shikamaru suka diam-diam menyelinap ke kamarnya.
Membuat Hinata mati-matian memastikan jika tidak ada yang akan memergoki mereka. Selain juga harus menahan malu karena godaan-godaan Hanabi dan memastikan jika adiknya tidak bicara sembarangan dihadapan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek ✔
Fiksi Penggemar[ShikaHina - Fanfiction] [Fanon] Harus menyembunyikan hubungannya dengan Hinata itu bukan sesuatu yang Shikamaru inginkan. Tapi Shikamaru sudah terlanjur mengiyakan ketika Hinata meminta agar status mereka dirahasiakan sampai gadis itu siap. Padahal...