" udah selesai Rom? " tanya ku saat Romi mulai membuka pintu dan masuk ke kamar.
" udah kok. " jawab Romi mengangguk dengan senyum tipis yang bersarang di wajahnya.
" terus? Gerry masih ada di depan? " tanya ku sekali lagi.
" Gerry udah pulang sama yang lain. Abis nganter barang – barang kamu sama laporan ke aku tentang semuanya. " sekali lagi Romi menjawab pertanyaan ku.
" oh. " sahut ku singkat dan mulai menundukkan kepala ku. Aneh rasanya saat tahu orang yang menyakiti ku sekaligus orang tua ku meninggalkan ku saat ini.
Dan Romi yang yang tahu jika fikiran jelek Kembali memasuki fikiran ku pun langsung segera beranjak untuk duduk di dekat ku dan menarik tangan ku untuk masuk ke dalam genggamannya.
" Mikirin apa? Hm? " Tanya Romi lembut. Membuat ku menggeleng pelan.
" gak papa. " ucap ku menjawab singkat.
" kok mukanya murung gitu? Ada apa cantik? " tanya Romi sekali lagi dengan lembut dan benar – benar terdengar sangat khawatir.
" enggak kok. " ujar ku singkat dan menggeleng sekali lagi.
" kali ini, aku akan biarin kami mikirin hal – hal yang jelek. Aku akan ngasih kamu waktu Fel. Tapi lain kali, aku gak mau kamu mikirin hal – hal jelek lagi ya. Pikirkan apa yang memang pantas bikin kamu pikirkan dan buat kamu Bahagia. Jangan fikirkan hal – hal yang justru akan menyakiti kamu. Aku gak mau. Aku gak izinin. " tegur Romi Panjang lebar.
Dan Aku hanya bisa mengiyakan ucapan Romi ini. Sedikit banyak berterima kasih karena dirinya terus saja bisa memahami ku. Bahkan walau pun aku tak menceritakan apa pun pada dirinya. Rpmi masih bisa mengerti apa yang terjadi pada ku.
" iya Rom. Terima kasih. " gumam ku pelan.
Romi hanya bisa terdiam tanpa bicara apa pun setelah mendengar jawaban ku atas tegurannya ini. Dirinya mencoba untuk membiarkan ku dulu untuk sementara waktu dan membiarkan ku memikirkan semuanya setelah aku kini kehilangan mama. Memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.
*****
" Rom. " panggil ku pelan pada Romi.
" Hm? Ya? Kenapa cantik? " tanya Romi saat dirinya mendengar aku memanggilnya.
Dirinya masih saja mengenggam tangan ku dengan tangannya sama seperti sama seperti saat dirinya baru duduk di hadapan ku beberapa waktu yang lalu. Sembari sesekali mengelus tangan ku dengan jari jemarinya.
" aku mau pakai baju ya. " pinta ku pada dirinya.
Membuat Romi mengangguk dan mengiyakan permintaan ku ini. Dirinya pun mulai melepaskan genggaman tangan kami berdua. Sembari dirinya beranjak menuju ke arah lemari miliknya yang memang juga banyak tersimpan pakaian ku di sana.
Tapi, ku lihat, Romi justru hanya mengambilkan sport bra ku dengan baju kaos juga celana pendek milik dirinya. Bukan milik ku sendiri yang padahal memang tersimpan di dalam lemari milik Romi selama ini.
" kok? Baju sama celana pendek punya kamu? Bukan punya aku? " tanya ku bingung pada Romi yang kini sudah berjalan kembali mendekati ku dengan tangan yang memegang pakaian yang akan aku pakai.
" iya, pakai baju sama celana pendek aku dulu ya. Agak gede kan. Biar gak terlalu nempel di badan kamu. Takutnya malah luka – luka sama memar kamu nempel di baju sama celana kalau pakai baju sama celana kamu. " jelas Romi dan membuat ku mengiyakan penjelasan Romi. Penjelasan Romi masuk akal jika ku fikir saat ini. Dan membuat ku menyetujuinya.
Dengan perlahan, Romi mulai membantu ku untuk memakai pakaian. Dirinya cukup perlahan dan hati – hati agar tidak menyakiti ku. Di tambah lagi luka – luka juga memar ku masih nampak mengenaskan di matanya.
" sakit gak? " tanya Romi was – was.
" enggak kok. Gak papa. " jawab ku tersenyum tipis mencoba menenangkan dirinya saat ini. Aku tahu benar bagaimana khawatirnya Romi. Apalagi saat dirinya membantu ku memakai sport bra yang cukup membuat wajah ku meringis.
" mukanya was – was banget. " ujar ku sekali lagi, sembari mengelus rahang Romi setelah aku sudah memakai pakaian. Sedikit terenyuh dan terharu melihat bagaimana dirinya sekhawatir ini pada ku.
" hm. Khawatir sama kamu. Takut kamu kesakitan gara – gara badan kamu kena baju. " gumam Romi yang berhasil membuat senyum ku semakin terkembang karena jawabannya ini.
" enggak. Gak papa kok. Sakit sih. Nyeri. Tapi masih bisa aku tahan. " balas ku mencoba menenangkan Romi.
" aku minta resep ke dokter aja ya buat obat penahan sakit? Aku beliin obat penahan sakit? " tanya Romi dan membuat ku menggeleng pelan. Menolak permintaan dirinya ini untuk membelikan ku resep penahan sakit.
" gak usah. Gak papa kok. Mau istirahat aja ya? Mau peluk kamu sambil istirahat. " pinta ku pada dirinya.
" Yakin? " tanya Romi sanksi. Dirinya masih merasa khawatir pada ku.
" iya, gak papa kok. Kita istirahat aja ya? " ujar ku dan membuat Romi akhirnya mau tak mau mengiyakan ucapan ku dan mengangguk.
" ya udah. Istirahat ya sekarang. " ujar Romi membantu ku untuk berebah di ranjang dan mulai menyelimuti ku.
dirinya juga mengikuti diri ku berbaring di ranjang di samping ku. Tanpa perlu menunggu waktu yang lama, Romi langsung menarik tubuh ku dengan perlahan untuk masuk ke dalam pelukannya. Membuat ku tanpa berfikir langsung melingkarkan ke dua tangan ku di tubuhnya.
*****
" Fel. " panggil Romi seraya mengusap tubuh ku sesekali.
Tak kala dirinya merasakan jika aku masih belum tertidur di dalam pelukannya. Apalagi dirinya merasa aku terus saja bergerak tak nyaman di pelukannya sambil berbaring.
" Eungh? Kenapa Rom? " tanya ku.
" belum tidur kamu? " tanya Romi balik bertanya pada diri ku.
" belum. Gak bisa tidur. " ujar ku jujur.
" kenapa hm? Kan tadi katanya mau istirahat? Sakit ya badannya? " tanya Romi sembari sesekali mengelus punggung ku.
" gak tahu. Pikiran ku lagi numpuk banget. Semuanya kayak harus ku fikirin sekarang. Urusan ku, mama, rumah, kamu juga. Semuanya. " ujar ku akhirnya tak tahan dan mulai menghela nafas Lelah.
Semua nya yang terjadi terus saja menghantui fikiran ku. Dan aku tak bisa menghentikan itu semua. Semuanya seakan akan berlomba – lomba untuk masuk ke fikiran ku dan mengambil kewarasan ku.
" kenapa harus kamu fikirin sendiri? Hm? Kan ada aku. Kamu bisa cerita sama aku. Bagi semua masalah kamu ke aku. Buat apa ada aku di sisi kamu kalau kamu nya masih mikirin semuanya sendiri? " ucap Romi sambil tangannya berganti mengusap puncak kepala ku beberapa kali dan menenangkan diri ku.
" Aku jahat ya sama mama? aku udah bunuh mama Rom. " ujar ku berbisik merasa bersalah karena membuat nyawa mama di habisi oleh anak buah Romi.
" hei hei hei. Enggak Fel. Sama sekali enggak. Kamu anak baik. Kamu perempuan baik yang aku kenal setelah bunda. Jangan punya fikiran kaya gitu. Apa yang mama mu dapatkan sekarang itu karena ulahnya sendiri. Bukan karena kamu. Justru dia yang jahat. Dan mungkin papa juga akan melakukan apa yang aku lakukan pada mama mu jika papa tahu dirinya menyakitimu seperti ini. " jelas Romi meyakinkan ku. Meyakinkan diri ku jika semua ini pantas di dapat mama karena sikapnya selama ini pada diri ku.
" harusnya aku bisa maafin mama. " ucap ku pelan yang langsung membuat Romi langsung menggeleng Kuat saat mendengar ucapan ku barusan.
" enggak Fel. Ada hal yang bisa di maafkan dan ada juga yang tidak termaafkan. Dan perlakuan dan sikap mama mu adalah hal yang sangat tidak bisa termaafkan. Yang salah di sini adalah wanita itu. Bukan kamu. Kamu anak yang baik, cantik. " ujar Romi mencoba menenangkan ku dan mencoba untuk membuat ku tidak menyalah kan diri ku sendiri saat ini.
Romi benar - benar tak rela aku berfikir jika aku adalah penyebab mama di bunuh. Romi merasa hatinya sakit saat aku memiliki fikiran untuk memaafkan mama dan membiarkan ulah mama pada ku. Romi lebih memilih untuk membunuh mama di banding harus melihat bagaimana mama menyakiti ku.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDARA TIRI (Completed)
RomanceMulai : 01 Februari 2023 Selesai : 30 September 2023 ~ " balik dong. Mau peluk. " pinta ku dan langsung membuat Romi berbalik. " mau peluk? Hm? " tanya Romi dan membuat ku mengangguk sembari tetap memeluk dirinya semenjak tadi. " iya. " sahut ku sin...