Prolog

408 31 0
                                    


                                  ...

Apa kalian pernah berpikir, bahwa hari pernikahan sahabatmu, justru berubah menjadi hari pernikahanmu?

Aku tidak pernah memikirkan jika pernikahanku terjadi begitu tiba-tiba seperti ini. Ketika pada hari yang kurencanakan untuk menjadi tamu undangan, akan tetapi karena ada masalah, justru keluarga pihak laki-laki memintamu untuk menggantikan pengantin wanita yang kabur. Bingung dan tak tahu harus berbuat apa? Namun di satu sisi, aku ingin menyelamatkan nama baik mereka. Akhirnya aku menurut saja. Seperti orang linglung, mengenakan gaun pengantin, duduk di depan penghulu, mendengarnya mengucapkan akad. Lalu setelah semua terjadi baru sadar, bahwa aku mengambil keputusan yang konyol.

Mulai detik ini aku telah menjadi seorang istri dari sahabatku, Kim. Bisakah kuulang kejadian tadi dan menolak permintaan ibunya?

                                       ***

Dia menatapku lama dan sepertinya kami sama terkejutnya dengan hari ini.

"Tidurlah lebih dulu!" Kim mengambil nafas cukup dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan.

Aku menggeleng, "belum ngantuk."

"Ini sudah jam sebelas lebih." Dia mulai merebahkan diri di ujung ranjang bagian kanan, sedang aku di ujung kiri, duduk sambil meremas kebaya. Riasanku belum dibersihkan

"Lin," panggilnya

Aku menoleh, dia menatapku lama tanpa melanjutkan ucapannya yang terhenti.

Dia sepertinya ingin tidur, aku masih bertahan dengan rasa penasaran tentang apa yang akan dikatakannya.

Pintu diketuk oleh seseorang. Aku beranjak karena Kim bergeming.

Setelah dibuka ternyata ibu yang membawa pakaian ganti untukku. Pernikahan yang mendadak bahkan keluargaku sendiri tidak ada persiapan apa-apa.
Setelah menyerahkannya kepadaku, ibu segera pamit dan aku sekarang yang bingung bagaimana caranya mengganti baju. Aku hapal kamar ini, sehafal kamarku sendiri karena sudah terlalu sering keluar-masuk bersama keponakannya. Tidak ada kamar ganti.

Aku mulai mengumpat dalam hati.

Kim, entah apa yang dipikirkannya. Dia tersenyum mengejek.

"Hey, bisakah kamu keluar sebentar?"

Kim menggeleng.

"Aku mo ganti baju," ucapku.

Dia menggeleng lagi, seolah-olah menggoda seperti kebiasaannya selama ini.

Aku mulai kesal, "ayolah! Cuma sebentar aja."

Kim masih menggeleng, "kenapa? Malu? Kamu bisa ganti di sini, aku bakal merem."

Kulemparkan baju ganti. Kesal. Bagaimana dia bisa mengatakan kalimat itu, meski sekarang kami sudah sah sebagai suami istri, tetapi pernikahan ini terjadi untuk menyelamatkan nama keluarganya, bukan atas dasar cinta.

Kim tertawa, kemudian bangun dan menyerahkan baju ganti kepadaku yang tadi ku lempar padanya, beranjak keluar kamar. Sebelum menutup pintu dia menoleh. "Jangan lupa tutup cerminnya! Kelihatan dari ruang sebelah."

Aku melongo. Mencerna kalimat barusan. Lantas cepat-cepat menuju cermin yang memang menjadi sekat kamarnya dengan ruangan sebelah.

Segera kuperiksa cermin yang dimaksud Kim, bukankah ini kaca cermin? Memang menghadap persis ke ruang sebelah yang kutahu itu ruang kerjanya. Aku dan keponakannya sering berjoget di depannya, seolah-olah kami penyanyi yang sedang mengadakan konser.

Jangan-jangan?!!

Tidak!
Aku merutuki kebodohan.

                                   ***

Bersambung ke part satu. Kangen posting-posting lagi di Wattpad. Semoga suka 🫰

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang