Beau 7.

521 55 10
                                    

Lee Seokjin adalah pria menawan yang indah luar biasa bagi Namjoon.

Jarak sepuluh tahun antara mereka bukanlah halangan untuk saling kenal lebih. Seokjin dihormatinya sebagai yang lebih tua juga karena wibawa. Dia murah senyum, serta pendengar yang baik. Suaranya merdu membuai pendengaran, pandai menarik hati selain karena memang fisik ramping jangkung berbahu lebar berpinggang kecil yang sesekali melejitkan pikiran liar.

Tidak-tidak. Namjoon sudah jauh lebih pandai mengendalikan birahinya, karena dia takut takkan bisa sedekat itu saling duduk berbincang jika berani membiarkan diri dikendalikan insting sejati. Namjoon tak mau menyerahkan kebahagiaan manis yang tengah dirasanya, hanya untuk kepuasan sesaat yang berujung entah apa.

Jadi, pelan-pelan, Namjoon mengumpulkan setiap informasi tentang pria Omega yang indah itu.

Seperti, saat tak sengaja membawakannya makanan suatu ketika yang segera membuat Seokjin menggeliat tidak nyaman setelah mengonsumsinya. "Maaf, Namjoon. Aku kurang bersahabat dengan bawang putih juga kentang, tapi akan kuhabiskan ini. Kau sudah susah payah membuatkannya untukku. Terima kasih, ya. Ini enak sekali."

Namjoon bukan kepalang sedihnya, tapi dengan baik Seokjin malah memberinya penghiburan, mengatakan dia baik-baik saja karena tinggal minum obat dan Namjoon tak boleh bermurung durja selama mereka bersama setelahnya.

Itu hal terlarang pertama, yang harus diingat Namjoon dengan baik.

Berikutnya, Seokjin selalu menusuk gemas lesung pipi Namjoon. Katanya sungguh imut dan lucu. Namjoon sendiri tak tahu bedanya, tapi dengan ikhlas terus memberi apa yang disukai. Toh, Seokjin juga tak pernah menurunkan senyum cantiknya tiap berbincang, malahan mudah sekali tertawa merdu padahal Namjoon tak melakukan apa pun yang lucu.

"Kau sungguh naif, Namjoon. Badanmu boleh tegap besar, tapi kau polos bukan main. Menggemaskan! Oh, astaga. Aku kapan tertawa sampai perut kram begini?" katanya waktu itu, entah karena Namjoon yang tak mengerti suatu hal atau karena wajah tak paham Namjoon yang pasti mengerut jelek.

"Jangan minta maaf. Kau ini. Aku justru suka dirimu yang apa adanya."

"Mate, suka Namjoon?"

"Iya. Suka sekali."

" ... mau Namjoon ...."

"Tandai?" Seokjin menopang dagu pakai satu tangan, menatap tajam Namjoon sampai terasa udara di sekitar mereka sesak oleh wangi bunga, lalu mendadak dia tertawa. "Usaha yang bagus, tapi, belum. Aku belum bersedia sampai sana, Cowok Tampan. Tidakkah kau mau kita saling kenal secara ringan seperti ini? Karena kalau sudah bawa-bawa birahi, aku tak tahu apa saja yang bakal terjadi."

Peruntungan Namjoon kurang baik hari itu. Baiklah. Mungkin, nanti malam saat kembali bertemu, dia bisa bertanya ulang.

Alpha dalam dirinya sudah bisa diajak negosiasi dan Namjoon berhasil mengendalikan sesuai situasi.

"Kau sadar tidak? Kau sudah terpengaruh olehnya. Kau diiming-imingi sesuatu asalkan kau melakukan yang dia mau. Lihat? Kau perlahan jadi sosok yang dia inginkan." Seojoon berkata padanya suatu waktu, tapi dengan yakin Namjoon membalas bulat.

"Hyeong benar. Namjoon berubah, tapi sudah punya tujuan sekarang. Namjoon hanya mengejar kebahagiaan Namjoon dan itu bukanlah hal buruk."

"Kau yakin?

" Iya, Hyeong. Namjoon yakin pada diri sendiri. Namjoon suka Lee Seokjin dan akan memilikinya."

Beautiful Disaster | NJ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang