Beau 16.

601 62 11
                                    

Namjoon berat meninggalkan Seokjin dengan kondisi sakit pinggang. Dia jujur bingung dan sangat merasa bersalah karena telah membuat si Tuan Muda kepayahan. Senggama mereka terlalu ... ya, Namjoon mengaku, sekali dua kali bukanlah jalan keluar setelah aroma mereka menyatu. Alpha Namjoon telah meninggalkan tanda teramat jelas di lidah juga sisi kanan leher kekasih Omeganya, berupa gurat lingkaran penuh berdiameter dua centi. Bagai ditato ke atas kulit Seokjin yang peka.

Terlebih, karena Namjoon sudah merasakan bagaimana sensasi berada dalan tubuh Seokjin. Dalam. Hangat. Juga, ketat. Oh, ya. Namjoon menjadikan berkas kenangan pagi itu sebagai hal yang paling digilainya. Dia tambah tak rela pergi barang sejengkal.

Saat mereka selesai senggama, Namjoon sungguhan mencoba agar akal sehatnya kembali dan merawat Seokjin semestinya. Wajah rupawan sang kekasih entah kenapa tambah merona juga cerah, padahal sempat ada air mata membasahinya. Namun, pikiran rasional yang setengah mati dipertahankan itu segera dienyahkan dengan mudah oleh Seokjin sendiri.

Tidak tahu siapa yang memulai, mereka yang harusnya membersihkan diri dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing seperti menghadiri rapat atau pulang ke rumah sesuai janji semalam, malah memutuskan berakhir saling menindih lagi.

Seokjin tanpa sengaja membakar birahi Namjoon dengan gestur lelah pasrah, atau Namjoon yang masih terlalu dini meredakan hasrat diri dan mudah tergiur kembali oleh penampakan bokong telanjang? Entahlah. Yang pasti, mereka sekali lagi berakhir menyatukan tubuh. Um. Ya. Sayangnya hanya satu ronde yang disanggupi Seokjin. Dia sungguh payah sementara Namjoon, tampaknya tak punya lelah. Dengan kalimat serak, Seokjin tak lupa meminta Namjoon mengenakan pengaman. Harus. Selalu. Kekasihnya melakukan tanpa tanya, tapi ada sekelebat amarah dalam dada yang ingin sekali mengenyahkan benda sialan itu karena kulitnya tak bisa merasakan langsung liang panas Seokjin di dalam sana.

Alpha jantan itu ingin saling sentuh kulit dan kulit dengan Omeganya, demi Dewa!

Namun, Namjoon segera teralihkan dengan kenikmatan sensasi juga suara merdu kekasihnya. Sampai kemudian matahari kembali ke peraduan, Namjoon masih dengan berat hati mengayuh pedal sepedanya pulang.

Karena kalau tidak begitu, Seokjin akan sungguh marah dan serius mengusirnya. Padahal mau Namjoon cuma sekadar merawat. Sungguh. Dia perlahan iba akan kondisi Seokjin, tapi dengan tegas kekasihnya menyuruh pulang.

Sayang, belum juga sampai di gang depan jalan rumahnya, Namjoon yang sibuk dalam ratapan kecewa, harus mendapati pemandangan Seojoon yang ditampar Nayeon. Ya. Itu nyata dan Namjoon langsung berhenti di tempat. Tampaknya mereka bertengkar, entah karena apa. Kemudian Nayeon berpaling, gadis itu kaget, tapi hanya sebentar karena langsung berlari menuju Namjoon. Sambil tersedu-sedu.

Menyadari kesedihan tanpa ditutupi itu, Namjoon tentu saja tak sanggup menghindar tatkala Nayeon merengkuhnya. Kendaraan roda dua yang cuma dipegang sebelah tangan, sampai terabaikan di aspal karena empunya balas merengkuh, menenangkan sesenggukkan. Nayeon meracau bahwa takkan mungkin menerima Seojoon karena hatinya sudah untuk Namjoon. Juga mengatakan agar Seojoon tak seharusnya berkeras menunggu atau berharap akan dibalas. Namjoon tambah bingung mendengarnya apalagi si Kakak di kejauhan bergeming di sisi mobil, enggan melihat mereka.

"Aku akan pindah ke luar negeri dan aku butuh jawabanmu sekarang, Kak."

Gadis itu perlahan tengadah. Wajahnya sembab, tapi tatapan lurus pada Namjoon, ingin mendengar jawabannya. Nayeon mau rasa cinta yang diungkapkan kala itu, mendapat balasan yang jelas. Final.

Oh. Namjoon sungguh menyesal akan apa yang akan dilontarkannya karena bakal menambah air mata yang sudah berderai di wajah cantik nan sembab itu, tapi jawabannya takkan berubah. Malah, dia yakin sepenuhnya sekarang.

Beautiful Disaster | NJ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang