( Jangan terlalu serius, ya. )
.
Baru berpaling dan masih bingung dengan tujuan akan ke mana, Namjoon merasakan genggaman tangan Seokjin mengeras dan buru-buru menariknya berlari ke luar dari jalur utama rumah. Namjoon bertanya terengah, tapi Seokjin teguh mengajaknya tanpa menanggapi.
Berhubung telah larut, area penuh pepohonan nyaris hutan di sekitaran rumah mewah itu hanya diterangi sinar bulan. Namjoon sambil lalu tengadah ke langit, dan tak sengaja berpaling tepat ke arah jalanan yang mereka tinggalkan. Tak salah mengenali karena terakhir kali dibuat sangat ingat akibat ditegur, kendaraan roda empat yang mendadak berhenti bahkan sebelum masuk ke gerbang di sana adalah milik Lee Seungduk.
Namjoon berpaling ke Seokjin, segera menahan diri dan nyaris membuat pria itu terjerembab, tapi karena refleks yang bagus, Namjoon langsung menarik tubuh Seokjin sampai dada mereka berdempetan. Pria cantik itu terengah juga menatapnya penuh tanya.
"Apa Mate kabur dari tuan Besar?"
Seokjin mendengkus. "Kumohon, Namjoon. Tak ada waktu menjelaskan. Sekarang kita pergi atau—"
"SEOKJIN!"
Empunya nama terkesiap ke sumber suara. Mata indahnya membulat, berlawanan dengan Namjoon yang justru menajam. Mereka tak hanya melihat satu orang. Lee Seongduk tak lengah memanggil sementara lima orang pria dewasa berlari mendekati. Seokjin menggeliat lepas juga memaksa Namjoon agar bergerak. Menarik lengannya sambil putus asa meminta, karena Namjoon tak melangkah sedikit pun.
Namun, genggamannya erat di jemari Seokjin.
"Namjoon, kumohon! Ayo, pergi! Namjoon!"
Cowok itu menggeleng. Instingnya menolak kabur. "Tidak, Mate. Namjoon akan lindungi Mate."
Seokjin berteriak frustasi. Dia lelaki dewasa yang tak kurang gizi, tapi tubuh cowoknya bergeming kaku dan itu membuatnya kesal. "Mereka berlima! Kita kalah jumlah dan bukan soal melindungiku, Namjoon. Kumohon, kita pergi saja, oke? Oh, ya, ampun. KIM NAMJOON!"
"Namjoon harus miliki Mate dengan cara adil."
Seokjin mengernyit. "Ap—" Namjoon berpaling, mengusap sayang rahangnya, tersenyum pamer lesung pipi.
"Mate tenang saja. Namjoon akan menangkan Mate dengan adil." Ya, benar. Dia menolak cara lemah. Kabur? Yang benar saja.
"Oh, astaga, Namjoon. Ini bukan soal ..., " Seokjin tak jadi lanjut karena bibirnya dikulum. Namjoon melepasnya kemudian tanpa berucap apa pun dan semua terjadi sangat cepat. Seokjin yang sempat terdiam, seketika menutup mulut, terkesiap karena dengan mudah seorang bodyguard ayahnya tumbang hanya dalam sekali ayunan lengan.
Namjoon melihat sisanya berhenti mendekati, mereka saling pandang sesaat. Salah satu yang mengenakan kaus cokelat lengan pendek, paling dekat dengan orang yang dipukul Namjoon sampai tersungkur, menghampiri si rekan yang tumbang. Namjoon masih pasang kuda-kuda, kedua genggamannya terkepal erat siap terayun lagi, seorang yang mengenakan jaket hitam angkat suara serta menunjukkan kedua telapak tangannya di udara.
"Tenang, tuan. Ini hanya salah paham. Kami tidak berniat menyakiti. Hanya ingin membawa tuan Muda untuk bertemu dengan tuan Besar. Anda boleh ikut dan tak perlu ada yang terluka."
Namjoon sendirinya menguarkan feromon pedas ke sekitar sebagai peringatan. Mereka yang berdiri jaga jarak juga yang di tanah, mengedik seolah disentil lidah api. Dari mata yang bergetar, jelas tahu jika yang tengah dirasakan, bukan hal lumrah.
"Tuan Muda tidak mau. Pergilah," terang Namjoon dalam geraman.
"Namjoon," panggil Seokjin, menyentuh lengannya, tapi empunya nama tak bergeming. "Kalian pergilah. Katakan pada Papa aku tak mau dan jangan mengikuti. Sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Disaster | NJ √
Romance[ BTS - NamJin ] Baik Namjoon atau pun Seokjin tahu, mereka tidak sudi saling lepas tanpa memiliki. . . . Disclaimer : BTS adalah milik diri mereka sendiri di bawah naungan HYBE entertainment. Semua tokoh tambahan asli, plot, juga alur adalah...