🐈One🐈

1.7K 76 2
                                    

Author baca ulang cerita ini berasa baca pengalaman pribadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Author baca ulang cerita ini berasa baca pengalaman pribadi. Kalian pernah 'kan ngegebet cowok? Atau  diam-diam suka?  Endingnya sad gak sih?

🌸🌸

Felis khanzza Adira. Namaku. Aku bukan seorang artis atau bahkan seorang yang popular dalam hal apapun. Hidup aku seperti halnya gadis lain tidak terlalu memiliki banyak teman cukup dua sahabat baik yang menemani masa-masa indah SMA-ku. Tidak hal yang lebih indah selain persahabatan yang aku ceritakan, pacar saja aku tidak punya lagi pula aku tidak pintar dalam bergaul dengan para lelaki, aku pikir lelaki itu orang paling menyebalkan karena kelakuan absurd mereka yang suka menjadi biang rusuh kelas.

Getaran dari benda pipih persegi itu mengalihkan perhatianku ketika aku sibuk memoleskan bubuk berwarna kekuning halus itu pada wajahku. Diambilnya benda persegi itu sembari melirik jam setelah melihat nama sahabatku menelpon aku buru-buru mempercepat acara siap-siap untuk segera berangkat. Tidak aneh lagi sahabatku memang sering menungguku berangkat sekolah bersama setiap harinya. Aku senang setidaknya aku tidak lagi terlambat ketika berangkat sekolah. Setelah selesai mengikat tali sepatu, aku bergegas mengaitkan ransel dipundak lalu menuju ibuku yang kini sedang duduk didepan televisi. Jarak dari rumah ke sekolah memang tidak terlalu jauh hanya sekitar lima belas menit berjalan dijalanan menurun dan akhirnya sampai. Aku sudah bisa melihat temanku, Rissa sudah berdiri didepan gerbang sembari melambaikan tangannya.

"Maaf, lama!" ucapku ketika kami sama-sama memasuki gerbang gedung sekolah. Aku dan dia memang sekelas, kami baru saja memasuki kelas sebelas sekitar sebulan setelah libur panjang.

"Kirain gak bakal sekolah kamu teh?"

Aku tertawa kecil mendengar penuturannya, sayang sekali tadi aku terlambat entah aku memang terlalu santai hingga merasa setengah tujuh itu masih kepagian. Kami sama-sama memasuki koridor yang selalu di padati para siswa dan siswi.

"Za. Liat deh, itu siapa ih!" Rissa berteriak heboh. Aku meliriknya tak minat sampai aku melihat tatapannya tertuju pada seorang lelaki berjalanan dengan temannya. Aku akui dia itu lumayan dari hal wajah dan penampilan memang dari awal Rissa ini sering heboh ketika melihat adik kelas itu melintas saja bahkan sekarang kami belum mengetahui namanya.

"Gak tau. Coba tanya Thania, kan dia pernah ngospek anak kelas sepuluh." balasku.

Memang benar kami punya satu temen dekat lain yang merupakan anggota OSIS mungkin saja dia tau sedikit informasi tentangnya.

"Tau aja yang ganteng mah," aku terkekeh begitu juga Rissa. Kami kembali menelusuri koridor yang kebetulan kelas kami begitu jauh berada diujung lantai dua.

Aku kembali membuka suara. Rissa menolehkan kepalanya."Sekarang ada pidato di lapangan, ya? Bagian anak kelas sebelas Mipa?" tanyaku penasaran.

"Iya, aku mah mau nanti bagian bahasa indonesia ah," balas Rissa bersemangat. Berbeda denganku aku malas bila harus berbicara didepan orang banyak apalagi didepan warga sekolah termasuk guru. Rasanya enggak banget, yang ada aku malah gemetaran lupa dengan isi pidatonya nanti karena ini salah satu program sekolah mau tau mau perwakilan harus rela maju kedepan.

JADI KUCINGNYA CRUSH! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang