🌸🌸
Kedua kakiku kembali terhenti padahal sedikit lagi aku bisa dekat dengan Naka. Aku hanya tidak punya alasan untuk mendekatinya takut saja diikira aku ini murahan suka mendekati lelaki atau semacamnya sebelum bertempur. Yah, dia malah pergi sebelum aku menguatkan hati untuk mendekat.
"Naka!"
aku reflek membalikan badan ketika suara cempreng dari salah satu teman Naka memanggil namanya. Keperhatikan teman Naka itu membawa sebuah tas kecil yang kutau memang sempat dibawa oleh Naka sendiri tapi kini malah dia yang membawanya. Aku berlari kecil menghampiri teman Naka itu, saat berangkat dia berboncengan dengan Nadira setauku.
"Aku liat Naka disana. Sini biar aku aja sekalian mau jalan-jalan ke sana." alibiku. Cowok itu memperhatikanku tentu kami tidak terlalu kenal karena aku saja jarang bicara pada mereka kecuali sangat butuh. Cowok itu mengangguk memberikan tas kecil itu padaku. "Thanks. Kasihin ya! Gue duluan!" pamitnya berlalu pergi.
Aku menghela napas lega. Akhirnya ada perantara aku bisa mengobrol dengan Naka. Senyum terpancar dari wajahku mendekati taman yang tadi kulihat Naka berada di sana. Benar saja, dia asik berdiri menghadap pemandangan indah penghijauan. Jemariku meremas tas selempang kecil milik Naka, jantungku tak bisa diajak kompromi di saat seperti ini menambah nilai gugup saja. Kesempatan tidak lagi aku sia-siakan aku mendekati Naka guna menyampaikan amanah dari temannya yaitu tas dalam genggamanku ini. Aku mendekatinya, tepat berdiri di samping Naka.
"Tas ketinggalan nih, dari temen kamu, t--titipan." lengan kananku mengulurkan tas mini milik Naka. Cowok dengan kamera digitalnya mengalihkan pandangan dari kamera menatapku. Naka dan kamera sudah sangat membuatku menggila apalagi saat aku melihat Naka serius dalam sesuatu hal.
"Oh iya gue lupa. Makasih." kata Naka mengambil ransel itu dari lenganku lalu mengaitkan di pundaknya.
"Pemandangan disana bagus tuh? Kayanya foto di sana juga bagus." ucapku menunjuk asal dimana langit kelabu menyelimuti sekitar tanpa disadari aku menunjuk jembatan kecil di area sekitar taman. Aku masih merasakan kecanggungan bahkan sekarang aku sedang berjalan berdua di atas jembatan gantung. Naka mengajakku duduk di pinggir jembatan melihat kebun dan pegunungan hijau dari ketinggian ini. Aku kembali melirik lelaki yang kini berada di sampingku baru begini saja aku sangat senang sesekali mencuri pandang pada Naka. Angin seketika berhembus kencang, dia menatapku balik dengan mata besarnya tak lupa mulut yang tengah mengunyah permen. Aku kembali mengalihkan pandangan.
"Mau?" tawar Naka memberikan padaku dua bungkus permen greentea padaku. Aku langsung mengulurkan tangan kananku seraya berujar, "mau!"
"Makasih." lanjutku kesenangan. Aku meliriknya kembali dia kini dia tengah menatuh kameranya didepan mata selayaknya mencari angel yang pas, benar ini memang terlihat indah.
"Lo bener sekitar sini lebih bagus. Jangan heran gue emang punya hobi photograpy sekalian kenang-kenangan. Mau gue foto juga?"
"Jangan. Gue gak siap!" ujarku menutup wajahku dengan dua tangan. Naka terkekeh kecil mengalihkan kameranya tengah memotret objek lain di depan kami. Semilir angin sejuk menyapa kulitku terlihat awan mendung menghiasi langit siang menjelang sore. Aku meliriknya ada rasa gugup yang ku rasakan sekarang entah kenapa sekarang berbeda, bukan lagi kucing kecil yang bersama Naka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JADI KUCINGNYA CRUSH! [END]
Teen FictionNamaku Felisa khanzza Adira, kehidupanku biasa saja dari teman, sekolah, hingga otak. Aku tidak menyangka hidupku akan berubah seratus delapan puluh derajat setelah aku tertarik pada seorang Naka Gaffino, gara-gara pidato dimuka umum yang dia lakuka...