Namaku Felisa khanzza Adira, kehidupanku biasa saja dari teman, sekolah, hingga otak. Aku tidak menyangka hidupku akan berubah seratus delapan puluh derajat setelah aku tertarik pada seorang Naka Gaffino, gara-gara pidato dimuka umum yang dia lakuka...
Episode Spesial satu ini tidak menceritakan Khanzza, hanya menjawab kemana tubuh Khanzza yang asli waktu dia jadi kucing. Semuanya bakal terjawab disini, yang baca ini usahakan baca part 1-16 lebih dulu!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Misteri tenda pasar malam
🌸🌸
"Dari dulu setiap pasar malam menyimpan banyak misteri, kamu perdengar gak soal tenda misterius? Hanya orang-orang yang bisa masuk. Di sana banyak menyimpan barang-barang misterius. Terus yang aku denger-denger bisa ngabulin apa yang kita pikirkan. Ihh... Aku mau ketemu tenda itu!"
"Paling cuma tahayul!"
"Kesana. Aja bareng tuh---"
seorang gadis menonjolkan pipinya dengan lidah menunjuk gadis yang terdiam di bangku belakang sana tanpa teman satupun. Mereka secara bersamaan tertawa sesekali curi pandang pada Lyra. Kata orang-orang Lyra itu sama misteriusnya seperti cerita tenda pasar malem itu.
Gadis dengan kuncir kuda itu berdiri dari bangkunya lalu pergi dari dalam kelas bahkan seisi kelas masih menyoroti gadis itu yang pergi menenteng ranselnya tanpa berbicara sepatah katapun. Ketika sepatu hitam belum sempat keluar gedung sekolah hujan deras mengguyur lebat diiringi petir menyambar. Dia menghela napas astaga sudah sangat sore karena tadi ada tugas kelompok sekarang tidak tau sampai kapan dia terjebak dipintu masuk.
Ini hari ulangtahunnya bahkan tak ada satupun teman yang dia bisa ajak merayakan. Dia benci setiap kali orang-orang menatapnya dia masih bingung pada orang-orang sering kali menatapnya lalu tertawa memang apa yang lucu?
Lyra mengurungkan niat untuk pulang. Dia pergi menuju gudang tempatnya biasa menyendiri bersama gitar usang entahlah Lyra hanya menemukannya di gudang beberapa hari lalu. Sudah hampir satu tahun dia sering menghabiskan tempat di sini, mungkin ini satu-satunya tempat terbaik untuknya selain kamar. Lyra mengambil gitar usang itu sambil duduk dibangku kayu selayaknya kursi di kelas. Untung saja masih ada jendela besar membantu penerangan.
Satu petikan gitar mengawali setiap lirik lagu yang dia lantukan. Suara lembut Lyra bisa saja membius siapa yang mendengarnya mungkin saja tikus di ruangan ini menjadi mengurungkan niat untuk masuk. Sedari kecil Lyra suka sekali bernyanyi lalu dia mulai belajar bermain gitar dari internet tak disangka dia mulai mahir sejak saat itu.
Tak terasa waktu berlalu cepat dia merasakan dari jendela sudah tak ada lagi cahaya yang tersisa. Dia bergegas pergi takut - takut gerbang sekolah terkunci. Syukurlah, rintik hujan tak lagi turun hanya ada jalanan basah serta genangan air yang terlihat. Lyra berjalan santai menuju rumahnya ralat rumah itu hanya pengasuhnya dia bahkan tidak mengatahui keluarga yang telah membuangnya itu.
Sapatu hitamnya berhenti ditempat seakaan enggan untuk meninggalkan tempat itu. Lampu warna-warni serta ramainya orang-orang menghabiskan waktu mereka di lahan luas itu yang kini menjadi tempat wisata atau orang-orang mengenalnya dengan pasar malam. Selintas Lyra mengingat masa lalu. Dalam ingatannya dia yang masih kecil berpegangan tangan dengan seorang nenek terlihat nenek itu tersenyum pada lyra. Gadis itu menundukan kepala Jika saja ada kesempatan dia ingin sekali bertemu dengannya.