🐈Seven🐈

538 42 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


My Day

🌸🌸

Aku menyadari ada yang berbeda, semalam aku ingat makan malam bersama Naka. Bagaikan mimpi di siang bolong mungkin itu semua hanya khayalan makan malam di kamar Naka lalu melihat cowok itu tertawa lepas, hal mustahil untuk di lakukan. Aku menyadari ada yang berbeda saat pertama kali membuka mata, aku merasakan perbedaan tak ada kasur empuk yang ku selalu tempati, juga tak ada lagi teriakan mamah yang selalu mengomeliku di pagi hari. Aku masih menjadi seekor anabul lucu berbulu berwarna putih. Kulirik jam dinding di kamar Naka. Ini hari aku masuk sekolah setelah liburan panjang, hari pertama untuk anak kelas sepuluh akan adanya ospek.

Aku kaget, ya ini hariku bersekolah dan lihatlah aku melirik Naka, cowok itu masih berbaring di temani selimut tebalnya. Aku bergegas melompat ke atas ranjang Naka, satu kakiku mengetuk-ngetuk pundak Naka. Sulit sekali membangunkannya ini sudah lewat jam enam pagi nanti dia malah di hukum lagi.

"Meong!" teriakku berusaha memanggilnya. Namun, aku lupa kucing tak bisa menyebutkan nama hanya bisa mengeong. Aku bernapas lega Naka bergerak dari tidur aku pikir dia sudah bangun sekarang dia malah menarik selimut tebalnya kembali. Ayolah kamu kan murid teladan, kenapa jadi ngebo gini!

Tak ada cara lain selain mengeluarkan jurus jarum suntik. Aku menatap satu kaki kananku melihat satu kuku jariku cukup lancip untuk memberikan kejutan pada Naka. Maaf Naka kamu terlalu kebo, aku segera masuk ke dalam selimut mencari bokongnya. Satu tusukan berhasil membuat cowok itu terbang seketika dari atas kasur.

"Anj*r!" latahnya. Aku hanya bisa tertawa dalam hati Naka malah terjatuh mencium lantai. "Meong!" Naka setelah sadar mengelus-elus bokongnya yang mungkin aku keterlakuan membuatnya kesakitan.

"Gelo ucing teh!" cercanya sambil menatapku sebal. Aku tentu saja ingin tertawa dalam hati aku pikir Naka tidak pernah bicara kasar nyatanya sepolos apapun wajahnya ngomong kasar nomer one. Dia mendadak membuatku kaget berlari kedalam kamar mandi. Tuh, kan sekarang dia sudah kesiangan untung aku berbaik hati mau membangunkannya dengan satu jurus maut kucing.

Aku hanya menjilati jari-jari dan buluku karena terasa gatal. Instingku mengatakan untuk menjilatnya aku juga baru ingat sebuah penelitian bahwa lendir itu mengandung antiseptik untuk membunuh kuman yang bersangkar pada bulu-bulu tebalnya.  Sambil memperhatikan Naka sibuk hilir mudik mengenakan seragamnya.

"Cing, jangan kemana-mana ini gue siapin makanan buat Lo sampe gue pulang. Awas Lo kalo berak sembarangan di kamar ini, lo juga jangan coba kabur. Pulangnya gue janji bawa wiskes asal lo baek-baek jangan sampe ketauan papah!" seperti halnya orang tua yang mengkhawatirkan anaknya di tinggal sendiri di rumah, Naka tak hentinya mengoceh sambil memasukan buku-buku pelajaran kedalam ranselnya.

"Meong." aku giliran menjawab. Naka mengambil beberapa bungkus makanan sisa tadi malam yang belum sempat dia buka untukku. Aku memperhatikan Naka membuka satu persatu sosis lalu menaruhnya di atas piring entah begitu banyak jumlahnya. Lagi-lagi dia terlalu perhatian pada kucing sepertiku! Cepat kembali, mungkin disini aku akan merasa kesepian!

JADI KUCINGNYA CRUSH! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang