🌸🌸
Kedua lenganku memeluk lutut menatap kosong jendela dari kursi tempatku berada. Kejadian memalukan tadi masih berputar dalam ingatanku bayangkan saja itu pertama dan yang terburuk bagiku. Aku memang menyesal mengatakan perasaanku tadi aku tau, mungkin Naka sudah bahagia dengan pilihnya. Ku lihat Alisya tadi sangat bahagia ditambah orangnya baik, asik, dan point penting dia sangat cantik. Aku iri padanya.
Aku mengambil satu buku kecil diantara tumpukan buku pelajaran. Sebuah buku diary. Ku ambil buku kecil berwarna ungu itu. Aku tersenyum ketika aku mulai membuka lembar pertama bertuliskan Nama, hobi dan cita-cita. Konyol aku sempat-sempatnya ingin satu kampus dengan Naka.
"Kenangan lama," gumamku membuka lembaran lain. Masing-masing kertas aku hias dan gambar atau orang sebut lettering tak jarang aku curhat soal pertama aku melihatnya. Mengingat itu kembali membuat luka goresan dalam hati kian menjadi.
Aku mengambil pulpen membuka lembaran kosong terakhir dalam buku satu persatu kata ku tuliskan di atas kertas kosong itu. Aku banyak belajar hidup sebagai kucing dan segala macam kehidupannya ternyata tak semenyenangkan yang aku pikirkan. Setidaknya, sekarang aku harus banyak menghargai orang-orang di sekitarku termasuk pada hewan sekalipun. Naka, sesuatu hal yang sulit ku lupakan tapi lambat laun hidup akan mengalir aku percaya kalo kami memang di takdirkan kami akan bertemu kembali entah kapan dan dimana kalaupun tidak ada jutaan lelaki yang mungkin salah satunya terbaik untukku.
Aku menutup buku diary itu.
Satu lenganku bertompang menatap jendela luar merasakan malam ini jauh lebih dingin dari kemarin. Aku mengambil ponsel mencari nama kontak seserang entahlah sekarang aku hanya ingin menghapus nomor telepon Naka. Itu saja. Jempol sialan menghapus nomornya Naka aku tak mampu, mendadak jantungku berdegup kencang.
Aku memecet tulisan hapus tanpa ku hiraukan getaran dan keringat membasahi keningku. Dalam sekejap nama Naka berubah menjadi deretan angka tanpa phoyo profil. Aku kembali meletakan ponsel di atas meja belajar diiringi helaan napas.
"Duarr... Galau mulu ih!"
Hampir saja jantungku loncat melihat Thalia tiba-tiba muncul dari luar jendela bersama Rissa. Mereka tertawa menatapku yang kini mengelus dada. Kedua temanku itu malah menggulung tangan didada memperhatikan wajahku. Aku tau kedatangan mereka hanya untuk mengejek begitulah jika aku berhasil tentu mereka juga tak segan meminta pajak jadian! Dasar!
"Gugur satu tumbuh seribu kali. Cowok gak cuma si Naka doang, masih banyak kok cowok ganteng. Yang penting perasaan kamu sekarang tenang 'kan?" ucap Rissa mendadak menjadi penasehatku sedangkan Thalia, dia hanya mengangguk kepala. Aku melirik malas pada mereka apa mereka tidak tau aku sekarang tengah menyesal mengungkap perasaanku padanya. Aku seakan tutup mata pada hubungan mereka.
"Apa sih bukan Naka! Sok tau banget!" sanggahku pada kedua curut di hadapanku.
"Iya. Semangat dong, Khanzza! Oke-oke! Kita ajak yuk! Sambil ngerayain kelulusan kita?" Thalia menarik lenganku pelan. Aku menoleh padanya melihat raut cemberut mereka terlihat sangat lucu seakan mereka ikut merasakan kegalauanku sekarang. Keluar rumah, yang benar saja sekarang aku tak mood melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
JADI KUCINGNYA CRUSH! [END]
Teen FictionNamaku Felisa khanzza Adira, kehidupanku biasa saja dari teman, sekolah, hingga otak. Aku tidak menyangka hidupku akan berubah seratus delapan puluh derajat setelah aku tertarik pada seorang Naka Gaffino, gara-gara pidato dimuka umum yang dia lakuka...