Episode 7: Cerita

746 100 23
                                    

A little notice!

Episode ini berisi informasi sex education, BUKAN ADEGAN SEKSUAL! (yang sebetulnya saya sendiri agak canggung dan malu untuk mengetik dan researchnya 😣 tapi, menurut saya, ini penting sekali untuk diketahui karena Indonesia darurat edukasi mengenai hal intim ini akibat dianggap tabu). Jadi, menurutku masih aman untuk anak mulai 13 tahun.

Mungkin setelah membaca, beberapa orang berpikir, serius ini konten kayak gini aman buat anak usia 13 tahun!?

Saya tidak membenarkan tindakan mereka, tetapi ayok semua pada sadar dan buka mata kalian. Berita anak SD dan SMP sudah berhubungan intim dan hamil di luar nikah sekarang udah banyak. Miris sekali memang. Makanya, aku mikir, kalau aku gak bisa mencegah hal itu terjadi, minimal aku ingin memberi sedikit edukasi agar remaja bisa lebih berhati-hati.

Maksudnya gini, kalau udah punya ilmunya, minimal potensi hubungan gak sah itu untuk jadi manusia lebih kecil. Jika Tuhan mengizinkan. Saya betul-betul kasian sama calon manusia gak berdosa, tetapi malah dapet title "aib", kehilangan hak-haknya sebagai anak, dan rawan gunjingan orang-orang akibat perbuatan dua orang gak bertanggung jawab.

Selain itu, mungkin bisa jadi sedikit tambahan ilmu juga untuk yang mau menikah dalam waktu dekat wkwkwk. (gak miil belum ada pikiran ke sana kok. Cuma research aja hahahahah)

Oke, selamat menikmati :)

******

Erika mengernyit saat mendengar pertanyaan kakak iparnya. Mata yang sedari tadi tak henti mengeluarkan air mata tiba-tiba surut seketika. Otak Erika malah berpikir keras, mencoba mengingat apa yang ia rasakan saat mandi tadi.

"G-gue ... gak yakin," cicit Erika akhirnya. Waktu mandi, dia masih sibuk menangis merasa kotor. "Gue masih gak paham sama apa yang gue rasain. Gak jelas."

"Coba diinget lagi, Rik. Maksud gue, kalau misalnya lo gak ngerasa selengket atau sebasah itu di bawah sana pas tadi mandi, kudunya agak aman, sih. Maybe he used protection kayak ... kondom atau keluar bibit di luar gitu."

Pipi Erika langsung berlomba merah dengan tomat masak ketika mendengar hal itu. "A-apa gak keburu kering semaleman?" Soalnya kalau tidak salah, ketika Erika jalan dari hotel ke mobil, dia merasa biasa-biasa saja.

"Lah, mana gue tau lo selesai jam berapa? Ini, kan, coba-coba aja. Siapa tau, gitu."

"Eh, iya. Gue juga gak tau.... Tapi, langsung test pack aja kali, ya? Biar pasti?"

"Erika...." Zelina menepok jidat lelah. "Hasil tes begitu minimal kudu nunggu dua minggu setelah berhubungan dulu baru keliatan! Keburu jadi, tuh, bibit!"

"Oh...." Mana Erika tahu? Dulu, dia sempat baca cerita fiksi romansa yang keesokan harinya si perempuan langsung muntah-muntah dan hamil setelah berhubungan semalam. Prosesnya tidak seperti itu ternyata. Kenapa pelajaran di sekolah tidak sedetail ini? Apa yang menulis cerita romansa waktu itu sama-sama minim informasi, ya? Selain malas mencari tahu dan lebih suka melihat trend beauty and fashion terkini, Erika juga merasa terlalu malu dan tabu mengobrol mengenai hal intim dengan keluarganya sehingga baru tahu. Kecuali, kalau harus minta paracetamol jika rasa sakit saat datang bulan menggangu.

"Jadi, gue cek lagi, nih, sekarang?" tanya Erika.

"Terserah, lu!" gerutu Zelina malas. Ia tidak sepenuhnya kesal pada Erika yang remedial pengetahuan mengenai hal intim. Jujur, Zelina juga baru tahu banyak setelah menikah karena metode learning by doing. Namun, itu tidak sepenuhnya menyenangkan. Ada beberapa hal penting yang Zelina harap dapat diketahui sebelum menikah dan berhubungan intim untuk yang pertama kalinya dulu sehingga lebih dapat mempersiapkan diri.

Simpul KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang