Episode 6: Post-Bencana

607 89 15
                                    

Note:

Silahkan baca dulu prolog sebelum ke sini.

Oh, sebagai pengingat lagi. Ada hidden chapter 1 di Karya Karsa yang bisa kalian baca sebelum ke Episode 6 untuk mendalami pengalaman Erika setelah kepergok skandal satu malam :) Cuma dua ribuan kok hihi. Silahkan akses lewat browser karyakarsa.com supaya bisa bayar tanpa pakai koin atau beli koin lebih murah.

Mohon dukungannya buat bayar listrik sama makan wkwk ^.^ sama anu, mohon doa restu semoga dilancarkan. Aku minggu depan mau UAS sama sidang proposal. Aaaah dugun dugun banget 😣👍

Selamat menikmati (:

*****

Brak!

Suara pintu dibanting tutup menggelegar di kediaman Narendra membuat semua yang kala itu berada di sana kaget. Di siang hari yang santai ini, mama dan papanya Erika ada di rumah. Abang keduanya yang bernama Erlangga, abang pertamanya--Damian--beserta istri dan tiga anak kembar mereka bahkan sedang berkunjung setelah kemarin baru resmi menikah ulang. Mereka terlihat sedang makan siang berlesehan di karpet di ruang keluarga. Beberapa orang bahkan sampai terperangah dan tidak berkedip sama sekali saat melihat kedatangan Erika dengan wajah masam dan muram durjanya.

"Kamu itu, loh, Rik.... Pelan-pelan tutup pintunya," tegur Papa Dani, sang kepala keluarga Narendra. Dia tidak suka melihat Mama Tita, istrinya, mengelus dada saking terkejutnya dengan suara bantingan pintu itu. "Untung jantungannya mamamu tidak kumat. Buat kaget saja."

Namun, Erika yang memang sedang hancur hari ini tidak dapat menanggapi layaknya anak manja tengil seperti biasa. Langkahnya memang berhenti di ruang keluarga, tetapi matanya berkaca-kaca, bibirnya tertekuk ke bawah, dan sisa-sisa sembab masih menguasai wajahnya. "Papa...." Erika bahkan malu sekali menatap cinta pertama di hidupnya itu.

"Loh, kenapa?"

Tolong jangan benci sama buang Erika juga, Pa. Erika masih mau jadi anaknya Papa.

Namun, Erika tidak mampu menyuarakan isi hatinya. Ia langsung melempar hak tinggi yang dipakainya ke samping, lantas duduk di karpet, dan merebahkan kepalanya di paha Papa Dani sambil menutup wajah. Antara malu, takut, dan rasa tak rela kehilangan bersatu dalam tangis yang tertahan. Erika sungguh tidak siap diusir keluarganya sendiri jika sampai skandalnya menyebar.

Tentu saja, melihat hal itu membuat keheranan menyebar di dalam ruangan. Ditengah kebingungan tersebut, ada pula tiga balita lugu yang lebih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Mata bulat terang mereka melebar polos, terlihat menggemaskan ketika memandangi tantenya sambil mengunyah potongan ubi dengan lugu.

"Angis?" tanya Daisha, si balita kembar pertama.

"Onty Erika lagi sedih, Sayang," jelas Zelina, mama dari si kembar. Erika yang diam-diam mendengar hal itu makin merasa sedih.

"Napah?"

"Nanti tunggu dikasih tau, ya." Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan orang lain. "Sekarang, Aish lanjutin makan dulu, oke?"

Disaat Daisha mengambil potongan ubi lainnya, ada Dalfa--si kembar nomor 2--yang paling penasaran atas apa yang terjadi pada tantenya, Erika. Dia masih seksama menatap tantenya. Balita itu duduk paling dekat dengan Papa Dani. Makanya, paling dekat juga dengan posisi Erika saat ini.

"Kenapa, Erika?" tanya Papa Dani lembut. Tangan kirinya yang bersih mengusap kepala putrinya. Ya, Tuhan. Bagaimana bisa Erika menahan tangisnya jika perlakuan sang papa selembut ini? Bak telah membunuh demi sebotol air, Erika merasa kotor, tetapi lega di saat yang sama ketika kasih sayang dari Papa Dani masih tercurahkan padanya. Entah sampai berapa lama. Namun sekarang, Erika betul-betul sedang membutuhkannya untuk menjadi lebih tenang dan kembali menata hati yang sudah hancur berkeping-keping.

Simpul KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang