Episode 9: Sampah Tidak Tahu Diri

890 118 12
                                    

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan (:

Miil minta maaf lahir batin yaa selama ini banyak-banyak salah sama kalian. Semoga kita semua selalu bahagia dan berkah hidupnya 💙

****

Tembakan pertanyaan itu membuat Erika langsung mematung di tempat. Bingung harus menjawab apa karena berbohong pun takut dosa. Makanya, ia diam.

Melihatnya, Mama Tita menghela napas pelan. Mungkin masalahnya memang sebesar itu, pikirnya. "Kamu selalu bisa cerita sama Mama kalau ada masalah. Erika ingat itu, kan?"

Susah payah Erika mengangguk kaku. Gawat! Mata Erika mandadak berkaca-kaca lagi.

"Mama kemarin khawatir sekali waktu liat kamu pulang murung. Cuma bilang ada cowok resek, terus ngekorin kakak iparmu ke kamar setelah makan siang. Zelina juga bilang hal yang sama waktu Mama tanya lagi, gak mau cerita lebih lanjut karena menghormati privasi kamu. Tapi, Mama lebih dari kenal kamu, Erika...." Mama Tita kembali mengalihkan pandangannya ke wajan yang masih dingin itu. "Dua puluh enam tahun lebih Mama rawat kamu dari bayi. Mama tahu, meski suka merengek, putri bungsu Mama itu kuat kalau hanya menghadapi orang resek. Kalau kamu sampai sedih begitu, artinya orang itu brengsek."

"Mama...."

"Kamu bisa kasih tahu Mama. Kalau perlu, Mama sendiri yang datangin dia karena sudah buat anak perempuan Mama menangis. Begini-begini, jantung Mama ada ring logamnya. Masih kuat untuk memarahi cowok yang kamu bilang resek itu."

Tak dapat berkata-kata lagi, Erika langsung meletakkan wadah nasi, lantas memeluk kunci surganya dari belakang. Wajah Erika bersembunyi di pundak Sang Mama sementara diam-diam air mata Erika merembes "Maafin Erika, Ma," bisiknya lirih. "Maaf...."

Erika terlalu takut sama malu buat cerita ke Mama. Erika ... udah buat kecewa Mama sama Papa.

"Shh.... Gak apa-apa, Erika." Mama Tita menepuk-nepuk tangan Erika yang terkunci di perutnya dengan lembut. "Kalau kamu masih belum mau cerita, gak apa-apa. Mama bisa tunggu. Tapi, kamu jangan hadapi ini sendiri, ya?" Mama Tita menoleh ke belakang dan mengusap puncak kepala putrinya lembut.

"Erika gak pernah sendiri. Erika selalu punya keluarga. Mungkin, Erika rasa Mama, Papa, atau abang-abang kamu kurang tepat untuk paham masalah yang ini. Itu gak apa-apa. Yang penting, kamu jangan sampai jaga jarak juga dengan kakak iparmu, oke? Mama lebih tenang kalau tahu Erika ada yang mendampingi. Sampai kapan pun, meski nanti Erika sudah menikah, hidup pisah dari Mama, dan menjadi tanggung jawab suami Erika nanti.... Di mata Mama, Erika akan terus jadi putri kecilnya Mama. Menjaga dan memastikan kalau Erika baik-baik saja adalah tanggung jawab Mama sampai nanti Mama tutup usia."

Perkataan sang ibunda begitu menggetarkan hati sehingga Erika tak dapat menahan isakannya lagi. Semakin tenggelamlah wajahnya di pundak Mama Tita dengan air mata yang semakin deras pula. Namun, Erika masih belum mau menceritakan skandal yang terjadi. Makanya, ia mengalihkan isu. "M-Mama ... jahat," gumamnya setengah sesegukan. "Masa pagi-pagi udah bikin Erika nangis?"

Mama Tita pun terkekeh pelan mendengarnya seraya menyalakan kompor. "Rasanya aneh lihat kamu sudah dewasa gini. Padahal, rasanya baru kemarin Mama melahirkan kamu tepat lima menit setelah abang kembarmu si Angga. Anak bungsu Mama tiba-tiba sudah berusia 26 tahun saja...." Dimasukkannya minyak ke wajan, "Sudah mulai berani menutupi masalah dari Mama dan Papa pula.

"Besok-besok, kalau kamu menikah dan ternyata pasanganmu gak memperlakukan kamu dengan baik--apalagi sampai kasar, melukai, dan merendahkan kamu--jangan pernah ditutup-tutupi seperti ini. Mama dan Papa berhati-hati membesarkan kamu penuh kasih sayang bertahun-tahun. Tidak pernah kasar meski pernah mengomeli demi mendidik kamu sampai sebaik ini. Kalau dia gak mampu perlakukan kamu minimal dengan sama atau jauh lebih baik, mending Mama jemput kamu untuk pulang lagi. Mama gak ikhlas melepas anak Mama ke sampah gak tahu diri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simpul KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang