29. Past Splash

151 17 0
                                    

Autopsi hari ini terasa sangat berat untuk Sela. Bukan hanya Sela, bahkan Taeyong, Yuka dan duo anak koas Jisung dan Chenle.
Ke-5 orang itu tampak emosional setelah keluar dari ruang autopsi.

Seorang mayat bayi prematur datang ke ruang autopsi pagi ini. Bayi mungil itu tidak datang dalam keadaan utuh. Kepalanya nyaris putus, pergelangan kakinya patah, dan satu tangannya hilang. Tidak hanya itu saja, Sela juga menemukan jarum suntik bekas yang terjebak di tenggorokan bayi, juga pecahan kaca yang ada di anus.

Ini terlalu kejam. Sela tidak bisa membayangkan hal buruk apa yang terjadi pada bayi tak berdosa itu dan dia terlihat menangis saat memberi keterangannya pada Jeno.

"Aku tidak habis pikir ada manusia sekejam itu."

Jeno sangat paham perasaan Sela. Bahkan dia yang tidak mengikuti jalannya autopsi saja merasa ngeri.

Jeno tidak bisa bicara apapun dan hanya memeluk Sela untuk menenangkan gadis itu.

"Kita akan mencari orang kejam itu secepatnya. Dan memberikan anak itu keadilan."

Sela masih juga menangis ketika Jeno akan pergi. Jaemin sudah menunggunya di lobby untuk kembali ke kantor polisi. Ini membuat Jeno tidak tega untuk meninggalkan gadis itu.

"Jangan nangis, aku jadi ngga tega mau pergi."

"Kalau begitu jangan pergi." Rengek Sela.

"Besok deh... aku sekolah kedokteran dulu biar bisa kerja sama kamu."

Sela melepas pelukan Jeno dan merengut saat menatapnya.

"Aku pergi ya?" Tangan Jeno terulur untuk menghapus air mata Sela dan merapikan rambut depan gadis itu.

"Cium dulu."

Jeno melotot. Dia melirik ke kanan dan kekiri lalu menjawab,

"Ini di tempat umum Sel."

"Emangnya kenapa?"

"Ada banyak orang " Jeno menunjuk ke arah pos perawat yang ada di persimpangan.

Ada 6 orang perawat yang berjaga dan mereka semua tengah menatap adegan mesra antara Jeno dan Sela.

" Biar saja. Biar mereka ngga ada yang godain kamu lagi."

"Nanti saja di rumah ya."

Dua sudut bibir Sela turun ke bawah. Gadis itu menurut dan bergerak selangkah kebelakang.

Jeno tersenyum manis  sebelum benar-benar pergi dengan Jaemin sementara Sela masih berdiri di depan ruang autopsi untuk menunggu Yuka selesai membersihkan diri.

"Jaemin dan Jeno sudah pergi?" Yuka melepas gelungan rambutnya dan menatap Sela.

"Sudah baru saja."

"Kalian sudah jadian?"

Sela mengangguk.

"Kami sudah bertunangan."

Keduanya berjalan lambat menuju cafetaria. Berhadapan dengan mayat setiap hari tak membuat nafsu makan keduanya hilang. Bahkan Sela pernah menemui kondisi mayat yang lebih parah dari mayat bayi tadi. Jadi dia sudah terbiasa.

"Wow.. Jeno bergerak cepat yah.."

Sela hanya meringis dengan canggung. Seandainya saja Yuka tau kalau mereka di paksa bertunangan karena kepergok berbuat mesum di mobil.

Ow... Mau di taruh mana wajah Sela nanti.

"Bagaimana dengan Jaemin?"

Yuka langsung cemberut begitu Sela menanyakannya.

Serendipity Next Door | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang