25. Devil Beside You

111 13 0
                                    

Sela berjalan keluar ruangan setelah membersihkan dirinya di kamar mandi. Gadis itu mencoba menghirup udara segar setelah hampir 6 jam bergelut dengan mayat korban tenggelam yang sudah membusuk.

Penciumannya terasa pengar dan sejujurnya itu sering membuat Sela tidak nafsu makan. Hari-hari dimana dia berhadapan dengan tubuh yang hampir membusuk itu membuatnya mual. Meskipun dia sudah terbiasa tapi bukan berarti dia tidak mengalami masa sulit semacam itu.

Seperti kata pepatah dimana ada gula disitu ada semut. Maka di setiap Sela ingin bersantai, disitulah Jisung dan Chenle muncul. Tapi hari ini hanya Jisung saja yang muncul, Chenle nya main entah kemana.

"Kak..."

"Hmm..." Sela menjawab tanpa minat tapi dia tetap berusaha untuk memberi perhatian pada Jisung.

"Ketua Lee sangat aneh..." Jisung memiringkan kepalanya. Wajahnya terlihat bingung

"Lee Taeyong?"

Jisung mengangguk.
Sela memberikan atensinya pada Jisung. Dia mendekat pada Jisung dan berbisik.

"Kenapa?"

"Dia tidak nyambung saat aku ajak bicara, dan dia juga salah memberi perintah."

"Apa dia bau asap rokok?"

Jisung terlihat mengingat-ingat.

"Kurasa samar-samar iya."

'Tidak salah lagi..' batin Sela.

"Kuberitau padamu, dia bukan Taeyong. Mereka memang sangat mirip tapi aku sangat yakin dia bukan Taeyong." Kata Sela.

Jisung mungkin tidak mengerti maksud gadis itu tapi Jisung tidak meragukan argumennya.

"Lalu... kemana Ketua Lee yang asli?"

Sela mengedikkan bahu,

"Entahlah.. aku belum melihatnya sejak pagi."

Sela berencana memberitau Jeno melalui telepon, tapi lelaki itu tidak mengangkat teleponnya. Mungkin dia sedang dalam perjalanan, karena Jeno bilang tadi dia akan menjemput Sela.

Akan lebih baik kalau dia mengambil tas nya dan bersiap pulang, sebisa mungkin dia harus menghindari pertemuannya dengan Taeyong palsu sampai Jeno datang.



Sela tidak pernah meletakkan barang-barangnya di lounge doctor seperti rekannya yang lain.
Sering berkutat bersama mayat dan kamar jenazah membuatnya tidak terlalu nyaman berbaur dengan para dokter spesialis.

Sela lebih memilih meletakkan tasnya di loker bersama dengan anak magang intern dan koas.

Loker itu sendiri terletak di lorong paling ujung, tidak terlalu jauh dengan kamar mayat dan pos perawat. Tempat itu juga searah dengan jalur keluar, itu menjadi salah satu alasan kenapa Sela lebih memilih menyimpan barangnya disana.

Gadis itu membuka kunci lokernya lalu memasukkan make up yang tadi pagi sempat dia hamburkan begitu saja karena buru-buru. Sela juga menyempatkan diri merapikan kembali ikatan rambutnya. Ketika itu ada suara langkah kaki yang berjalan semakin mendekat.

"Ayo pulang bersamaku."

Sela mengenali suara ini, hanya saja tone suaranya sedikit lebih berat.
Gadis itu buru-buru menutup pintu lokernya dan menoleh ke samping.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serendipity Next Door | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang