27. Jeno's First Time (?)

225 15 2
                                    

Sela tidak pernah mengira dirinya akan merasa segelisah ini karena mengkhawatirkan seseorang.
Gadis itu berjalan mondar mandir di ruang tamunya dan mendesah beberapa kali dalam 1 menit.

Itu membuat Sungchan jengah. Sejujurnya suara Sela mengganggu konsentrasinya dalam bermain game. Sungchan menekan tombol pause pada joysticknya, lalu menatap Sela.

Dengan tanpa belas kasihan dia mengulurkan kaki panjangnya di tengah alur jalan Sela dan menjegal langkah gadis itu. Sela tersandung tapi tidak sampai jatuh. Detik berikutnya sebuah pukulan bertubi-tubi menghantam punggung Sungchan.

"Bedebah sialan, kembalilah ke asramamu." Umpat Sela dalam nada tinggi.

Sungchan tertawa keras, dan melindungi kepalanya dari amukan gorila betina. Lelaki itu menatap wajah kesal Sela yang memerah seolah ada asap imajiner yang mengepul dari kedua telinganya.

"Lagian, kenapa kau begitu gelisah. Lee Jeno itu kan punya 9 nyawa, jadi tenang saja."

"Kau pikir dia kucing ?"

Sungchan tergelak. Dia memegangi perutnya ketika tertawa terbahak-bahak. Sela benar-benar jengah ketika menatapnya. Gadis itu pada akhirnya menyerah setelah 4 jam menunggu Jeno lalu memilih pergi ke kamarnya.

******

Satu jam menjelang tengah malam Jeno datang. Dia merasa tidak enak harus bertamu di waktu yang sangat larut. Tapi dia juga tidak bisa mengingkari janjinya pada Sela.

"Oh.. Jeno.. " Krystal mempersilahkannya untuk masuk.

"Sela mungkin sudah tidur."

Bahu Jeno langsung merosot, dia yang awalnya sangat bersemangat karena akan bertemu Sela kini kehilangan semangatnya.

Sela mungkin akan marah padanya, gadis itu juga mungkin sudah menunggunya sejak sore. Tapi karena pekerjaan Jeno yang belum selesai, dia tidak bisa menemui Sela lebih cepat.

"Kalau begitu.. mmm.. aku akan datang lagi besok."

Krystal menggeleng,

"Kenapa harus pulang? Ini sudah larut, menginap saja disini." Kata Krystal.

Jeno menggaruk belakang kepalanya dengan wajah polos. Sebenarnya dia juga ingin menginap tapi dia merasa canggung terutama karena dia dan Sela baru bertunangan, belum menikah.

"Tapi..."

"Sela akan kecewa kalau kamu pulang. Sana naiklah, Sela tidak pernah mengunci kamarnya." Krystal tersenyum lalu mendorong punggung Jeno ke arah tangga.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Jeno tidur dengan Sela, tapi dia benar-benar belum terbiasa. Sebelumnya juga Jeno terjaga semalaman dan hanya menunggui Sela tidur karena dia terlalu tegang.

Jeno memutar kenop pintu kamar Sela dengan sangat perlahan, dan berjalan mengendap-endap persis seperti saat ia sedang mengintai musuh.

Namun usahanya itu tampak sia-sia. Sela tidak tidur, dia tidak ada di ranjangnya. Jeno menatap ke sekitar untuk mencarinya bahkan menengok ke kamar mandi untuk memastikan keberadaannya.

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok tubuh dengan pakaian terbuka yang tengah berdiri di balkon.

"Kenapa di luar malam-malam? Tidak dingin?" Jeno menghampirinya.

"Jeno? Akhirnya kau datang."

"Maaf." Jeno menatapnya penuh penyesalan lalu berjalan ke arah Sela.

"Iya."

Hawa dingin ini mulai terasa menusuk ketika angin malam berhembus. Sela mengenakan baju tidur yang cukup tipis dan tanpa lengan, itu membuat bulu-bulu di lengannya meremang ketika di terpa angin.

Serendipity Next Door | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang