28. Belum Saatnya

191 17 0
                                    

Jangan Lupa Vote & komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan Lupa Vote & komen....

🌷🌷🌷



Sela kesal. Sangat kentara dari wajahnya yang tampak tidak bersahabat. Jeno yang melihat itu hanya tersenyum tipis karena dia tau betul apa yang membuat Sela kesal.

Semalam mereka hampir melakukannya. Itu adalah malam yang sangat menegangkan bagi Jeno, dan juga malam terberat untuknya. Susah payah Jeno menahan diri dan mengelak setiap hasratnya yang menggebu. Lelaki itu menahan Sela agar tidak berbuat lebih terutama sebelum mereka resmi menikah. Namun apa yang dia rasakan sangat berbeda dengan yang Sela rasakan.

Seks itu seolah menjadi candu bagi setiap orang yang sudah pernah melakukannya. Tapi Jeno belum pernah melakukannya, yah meskipun dia akui dia pernah bermain solo beberapa kali di kamar mandi tapi Jeno tidak pernah bermain dengan wanita. Lain hal nya dengan Sela yang sudah pernah merasakannya, gadis itu kesulitan menahan dirinya.

Pada akhirnya Sela dipaksa menyerah. Alasan kuatnya karena mereka tidak memiliki kondom. Sela belum siap jika harus memiliki anak sekarang dan Jeno pun begitu.

Jeno ingin memulai semuanya dengan perlahan. Jatuh cinta, berpacaran lalu menikah dan memiliki anak. Dia tidak ingin tergesa-gesa. Karena pernikahan bukan hanya soal seks, pernikahan bukan ajang untuk melampiaskan nafsu. Ada sebuah tanggung jawab dan komitmen dalam setiap hubungan pernikahan. Dan sebagai pria dewasa dia sudah semestinya berpikir jauh kesana.

Hal yang membuat Sela sangat kesal adalah, karena Jeno meninggalkannya dan memilih tidur dengan Sungchan. Padahal kan meskipun tidak jadi melakukan 'itu', mereka bisa saja tidur sambil berpelukan, sayang-sayangan seperti itu. Tapi Jeno malah pergi seolah menghindarinya.

Jeno masih memperhatikannya bahkan ketika gadis itu duduk di meja makan. Menikmati setiap suapannya dalam diam. Mendung di wajahnya membuat Sela tampak suram dan tidak bersahabat bahkan ketika Sungchan mengajaknya bercanda pun Sela tidak membalas.

"Aku sudah selesai." Kata Sela kemudian. Meninggalkan setengah porsi nasinya tersisa di piring.

Krystal dan Yunho menatap kepergian Sela dengan tatapan bertanya, lalu kedua orang itu menatap Jeno. Seketika Jeno berhenti mengunyah dan memaksakan senyumannya kemudian.

"Ngambek mah." Gumam Jeno.

"Kebiasaan." Krystal menggerutu tapi tak mau ambil pusing dengan kelakuan Sela.

Tepat ketika Sela kembali dari kamarnya dan berjalan keluar dengan tas kerjanya, Jeno buru-buru berdiri. Dia merasa tidak enak harus meninggalkan meja makan seperti itu tapi ya mau bagaimana lagi. Jeno harus mengejar Sela.

"Sela... Sel.." panggilnya tapi tidak di gubris.

Sela masih terus berjalan keluar dari komplek perumahan sampai Jeno menahan tangannya.

"Sel.. jangan marah dong.."

Sela menarik tangannya dengan kasar, tapi tidak semudah itu lepas dari seorang Lee Jeno.

"Lepas !!"

"Aku antar ya."

Sela enggan menjawab dan sibuk menarik tangannya. Cengkraman Jeno menguat dan membuat tangannya sakit. Sela tidak punya pilihan lain selain mengikutsertakan kakinya sebagai perlawanan akhir. Gadis itu menendang 'milik' Jeno hingga sang pemilik menunduk kesakitan.

Cengkraman Jeno akhirnya terlepas.
Sela bebas dan berlari secepat yang ia bisa sebelum Jeno menangkapnya lagi. Tapi tampaknya lelaki itu tidak akan kembali mengejarnya, bahkan ketika Sela sampai di ujung komplek pun Jeno masih berjongkok memegangi 'miliknya'.

"Oops..... apa aku kelewatan?"

Sela ingin sekali bersikap tidak peduli dan pergi begitu saja, toh dia sedang marah kan. Tapi hati mungilnya memaksa untuk kembali. Sela berjalan ke arah Jeno lagi setelah lelaki itu diam di tempatnya selama beberapa menit. Sela pikir Jeno hanya pura-pura tapi ketika dia melihat wajah Jeno yang merah membuat Sela sadar kalau lelaki itu benar-benar kesakitan.

"Sakit ya??" Tanpa rasa bersalah dia bertanya.

"Iya.." jawab Jeno ditengah geramannya.

Sela berjongkok di depannya, sedikit menunduk untuk melihat wajah kesakitan Jeno.

"Mau ke rumah sakit?" Tawarnya. Tapi Jeno menggeleng.

"M-maaf.." Dan akhirnya perasaan bersalah itu muncul meski sangat terlambat.

Jeno duduk di trotoar selama beberapa saat sampai ngilu di area vitalnya mereda barulah dia bisa berdiri.

"Kau yakin tidak mau kerumah sakit?" Tanya Sela sekali lagi.

"Enggak. Buat apa."

"Barangkali pecah satu telurnya."

Jeno langsung menatapnya tajam lalu tersenyum dan mencubit pipi Sela.

"Masih genap 2 kok. Lain kali jangan seperti itu kalau marah."

"Iya..iya.."

Awalnya Sela hanya diam dan menerima petuah Jeno sebelum dia ingat kekesalannya dan kembali berargumen.

"Salah sendiri kau menyebalkan. Bagaimana bisa kau memilih tidur bersama Sungchan dan meninggalkanku? "

Jeno terkekeh pelan lalu kembali mencubit pipi Sela.

"Makanya jangan menggodaku hmm... belum saatnya kita melakukan itu."

Sela menunduk dan merengut. Wajahnya terlihat kesal dan imut disaat bersamaan dan membuat Jeno ingin sekali menciumnya. Tapi Jeno ingat mereka sedang ada di area publik jadi dia mengurungkan niatnya.

"Ayo aku antar kerja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serendipity Next Door | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang