Malam itu Kana memang makan enak. Mamanya membelikannya sebungkus sate ayam Madura kesukaannya. Tapi ya begitulah, jika mama, Kak Yuna atau Uwak Ita makan di depan meja makan di dapur, Kana tidak 'disarankan' untuk duduk makan bersama. Sedari kecil Kana cukup tahu diri bahwa kehadirannya di ruang makan mengurangi selera makan anggota keluarganya.
Sejak Yuna berdecak sebal saat makan bersamanya beberapa tahun lalu, Kana tidak mau lagi makan di ruang makan. Kak Yuna bercerita ke mamanya bahwa selera makannya berkurang, jika melihat Kana makan bersamanya. Saat-saat makan berikutnya, mamanya ikut sebal melihat Kana. Sampai sekarang, Kana sendiri yang memutuskan untuk makan terpisah dari mereka. Kana makan di sisi dinding ruang tamu sambil menyender. Kecuali jika mereka tidak ada di depan meja makan, barulah Kana di sana sendirian.
Malam ini Kana makan sangat lahap dan perasaan senang. Senang mendengar gelak tawa canda yang berasal dari dapur. Asih dan Yuna bercerita ke Uwak Ita bahwa Raka, anak Mulyani langsung menyatakan kesediaannya menikah dengan Yuna setelah Yuna tamat SMA. Terdengar Kak Yuna merengek manja ke mamanya bahwa dia sangat siap diajak menikah. Dia menjerit senang karena gagahnya sang calon suami, bak artis India. Uwak Ita mengutarakan ketidaksabarannya karena dia ternyata diajak ikut berdagang di depan rumah nantinya setelah Raka dan Yuna menikah.
"Uwak nanti kalo ikut jaga warung, ya digaji...," ucap Asih sambil meraih piring bekas makan Yuna dan menumpukkannya di atas piringnya yang sudah kosong dari makanan.
"Wah. Kira-kira berapa gajiku ya," decak Uwak Ita dengan wajah berbinar-binar. Dia sudah membayangkan akan memegang uang di setiap bulannya dan mengumpulkannya untuk membeli perhiasan.
"Mungkin lebih besar daripada penjaga warung Mak Endah," ujar Yuna sok tahu. Dia menilai Raka berduit banyak karena sudah memiliki sebuah apartemen di Jakarta. Yang Yuna tahu, apartemen di Jakarta besar-besar dan berperabotan mahal dan mewah. Dia pernah melihat penampakan sebuah apartemen di iklan-iklan yang ada di layar televisi.
"Emangnya gaji penjaga warung Mak Endah berapa, Sih?" tanya Uwak Ita ke Asih yang bangga dengan kecantikan Yuna sehingga dengan mudah mendapat jodoh dan dia bisa hidup tenang. Asih membayangkan hidupnya yang akan lebih mudah karena dia tidak perlu bekerja keras. Yuna dan Raka akan berusaha dan menghasilkan uang, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam kehidupannya.
"Wah. Kurang tau. Delapan ratus ribu kali? Tapi makan dan rokok sudah ditanggung Mak Endah," gumam Asih.
"Kalo begitu aku digaji sejuta lumayanlah," ujar Uwat Ita seraya menatap Yuna dengan penuh harap.
"Duh, Wak. Belum juga nikah sama Raka," ujar Yuna malu-malu.
"Yah. Mengkhayal dapat gaji sejuta sebulan nggak salah kan. Semoga saja kamu jadi menikah dengan Raka," ujar Uwak Ita.
Kana tersenyum menggeleng mendengar celoteh keluarganya di dapur. Dia saja mulai khawatir dengan rencana pernikahan yang sangat tiba-tiba dan cepat. Kak Yuna belum mengenal Raka siapa dan bagaimana latar belakangnya. Kak Yuna semestinya berhati-hati dan jangan langsung mengiyakan atau menuruti kata-kata Mama.
Kana sudah menghabiskan sate Maduranya. Dia lipat kertas bekas makannya dan memasukkannya ke dalam plastik hitam. Kana bangkit dari duduknya dan melangkah ke luar rumah. Kana buang sampah makanannya ke dalam tong sampah yang ada di depan pekarangan rumahnya.
Kana bersendawa. Dia sangat kenyang.
Dia kembali masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di posisi yang sama di sisi dinding. Dia teguk segelas air hangat hingga habis. Perasaan hangat menerpa dalam diri Kana. Kana mengkhayal bisa tidur nyenyak dengan perut besarnya yang kenyang.
Baru saja dia hendak masuk kamarnya, mamanya memanggilnya.
"Ya, Ma?"
"Sudah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KANA
Romance"Saya suka kamu, Kana. Saya ingin mengenal kamu lebih dekat." Bisma berujar tanpa basa basi. Kana tersenyum kecut. "Nggak salah, Pak?" "Apanya yang salah?" "Maksud, Bapak ... Bapak menyukai saya sebagai apa? Apa karena saya bisa mengasuh anak-anak B...