14. Harapan Kana

7.5K 1.2K 26
                                    

Kana malah tertawa saat Oma Beth menyemprotnya dengan shower mandi saat Kana memandikannya di dalam bak mandi. Kana basah kuyup karenanya.

"Oma Beth nakal ah," decak Kana sambil membalur tubuh kurus Oma dengan sabun mandi. Kana melakukannya dengan amat perlahan dan detail. Kana tidak jijik atau geli saat menggosok bagian sensitif Oma Beth. Dia sudah diajarkan Dian bagaimana menangani lansia saat mandi. Tantangan pekerjaan ini sangat besar, terutama saat menangani para lansia yang sedang mengalami tantrum seperti yang dialami Dian barusan. Jika tidak sabar, bisa berujung fatal. Tahun lalu ada pegawai yang dipecat karena tidak sabar menghadapi seorang kakek yang marah-marah. Pegawai tersebut malah membalas memukul kakek tersebut hingga terjatuh.

Oma Beth masih saja menyiram-nyiram Kana sampai baju Kana basah, hingga bagian dadanya terlihat dari balik bajunya yang nyeplak.

"Ih. Tet*k kamu guede, Kana." Oma Beth pegang-pegang dada Kana. Kana tertawa kecil, padahal dadanya belum tumbuh sempurna. Tapi dada Kana memang super besar, sesuai dengan tubuhnya yang besar.

"Udah, Oma. Geli ah," decak Kana.

"Nanti punya suami pasti seneng mainin tet*knya nih. Kenyal-kenyal,"

"Oma ih. Nakal." Kana dengan pelan menepis tangan Oma Beth yang sempat meremas dadanya. Ada-ada saja Oma Beth. Kana masih sangat belia, tentu dia tidak memahami tentang 'suami'. Mungkin Oma Beth mengira Kana sudah berusia duapuluhan dan mengerti akan gurauannya.

Sekarang Oma Beth biarkan Kana membasuh sekujur tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, tubuh Oma Beth sudah kering. Dengan telaten Kana pakaikan tubuh Oma Beth dengan pakaian yang bersih.

Kana arahkan kursi roda ke depan cermin.

Kana siap menata rambut tipis Oma Beth.

Sejenak Kana mengingat Mama dan uwaknya di kampung halamannya. Apa kabar mereka sekarang? Rasanya ingin merawat masa tua mereka. Meski Kana diperlakukan tidak baik dan dihina, tapi kerinduan tetap Kana rasakan, terutama terhadap mamanya.

"Kata siapa Lusi datang ke sini lusa, Kana?" tanya Oma Beth yang sekarang sudah tenang. Lusi adalah anak tertua Oma Beth. Oma Beth memiliki lima anak dan Lusilah yang paling rajin mengunjunginya. Anak-anaknya sudah berkeluarga dan sangat sibuk mengurus bisnis keluarga masing-masing. Keputusan ke panti jompo adalah dari Oma Beth sendiri. Oma Beth merasa sudah saatnya berkumpul dengan teman-teman seusianya di panti jompo. Suaminya sudah lama meninggal dunia, sepuluh tahun yang lalu. Oma sendiri sudah hampir dua tahun tinggal di panti.

"La tadi kata Mbak Dian, Oma," ucap Kana. Dia tersenyum tipis karena Oma Beth menganggapnya sudah mengenal keluarganya. Padahal selama ini Oma Beth ditangani Dian. Kana hanya sekali-sekali diperlukan untuk menemani atau merawatnya.

"Coba kamu telepon Lusi, Kana. Bilang jangan lusa. Besok saja datangnya. Suruh datang sama Olive anaknya. Oma kangen cucu Oma," rengek Oma Beth.

Kana tertawa kecil. Dia tidak memiliki ponsel.

"Nanti aku sampaikan ke Mbak Dian," ujarnya sambil terus menata rambut Oma Beth pelan-pelan.

"Sekarang aja, Kana. Pake hape kamu gih," suruh Oma memaksa.

"Aku nggak punya hape, Oma,"

"Masa?"

Kana tertawa lagi. Lucu melihat wajah tua Oma Beth seperti anak kecil yang tidak percaya akan sesuatu yang katakan.

"Iya, Oma. Nggak punya," ujar Kana.

"Kalo gitu nanti Oma bilang ke Lusi beli hape buat kamu ya?" ujar Oma Beth.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang