16. Cinta Pertama Kana

8.6K 1K 62
                                    




Bu Wita sangat bangga dengan pencapaian Kana. Kana sudah mendapatkan ijazah SMAnya dengan nilai yang sangat memuaskan. Lebih hebatnya lagi, Kana berhasil lulus dan diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta Selatan dengan jalur beasiswa. Jadi Kana tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk biaya kuliahnya, dia hanya harus pandai mengatur keuangan untuk biaya kehidupan sehari-hari.

Sesuai cita-cita Kana yang ingin menjadi guru, Kana memilih jurusan pendidikan.

Bu Wita tidak lupa berpesan kepada Kana untuk tetap belajar dengan giat agar bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan segera melamar menjadi guru di sekolah yang dia mau. Bu Wita juga tidak ingin Kana merasa segan memintanya uang saat Kana kekurangan. Namun Kana tidak ingin merepotkan. Bu Wita sudah terlalu baik bagi Kana. Kana masih mampu membiayai hidupnya sehari-hari di awal-awal kuliah, karena uang tabungan Kana yang lumayan banyak. Kana pun memilih menyewa kamar kos yang terjangkau yang berada di dalam gang sempit.

Hidup Kana juga semakin berwarna. Dia punya banyak teman kuliah. Bahkan ada yang serupa dengannya, gendut dan menyenangkan. Kana juga sudah punya pacar, Abi namanya. Dia bekerja di sebuah bengkel ternama di dekat kos Kana. Abi lulusan teknik mesin dari kampus di kota Bandung. Abi berparas manis dan bertubuh kurus. Kana sangat menyayangi Abi.

Sejak lulus dari SMA, Kana sudah memiliki beberapa akun sosial media. Maklum, Kana ingin menjelajah dunia lebih luas, dan menurutnya salah satu cara pengembangan diri adalah melalui media sosial. Kana mengenal Abi lewat sosial media. Janjian, lalu saling suka dan bertukar nomor kontak. Kana sudah pacaran dengan Abi kurang lebih dua bulan hingga sekarang.

Tapi hubungan kasih sayang Kana dengan Abi tidak begitu disukai teman Kana yang bernama Fina, yang juga bertubuh gendut seperti Kana. Tapi tubuh Fina lebih rendah dibanding Kana yang sangat tinggi.

"Kenapa murung? Dia minjam uang lagi?" tanya Fina dengan sinisnya.

Kana menelan ludah kelu saat matanya tertuju ke layar ponselnya.

"Berapa?"

"Dua ratus ribu...."

"Sudah berapa total dia pinjem duit kamu?"

"Tiga juta,"

"Dibalikin nggak duit kamu?"

"Separuhnya sih,"

Kana hela napas panjang. Baru dua bulan pacaran, Abi sudah berani meminjam uang Kana.

Fina mencebikkan bibirnya.

"Udah aku bilang. Dia nggak tulus. Cuma seneng karena kamu banyak duit,"

"Tapi aku sayang ma dia,"

"Sampe kapan ... kamu aja sering murung kalo dia mulai minjam duit lagi. Yang tegas, Kana. Emang sih dua atau tiga juta tuh nggak seberapa. Tapi yang bikin jengkel tuh dia minjam terus-terusan. Belum lagi kalo dia minta duit rokok. Paling sebel deh kalo dia rayu kamu minta duit rokok. Beh, kata-kata rayuannyaaaa,"

Kana hela napasnya lagi. Kali ini sangat panjang. Entahlah, dia memang sangat menyayangi Abi, terlepas Abi yang sering meminta meminjamkannya uang. Mungkin Kana terlalu bahagia karena ternyata ada seorang laki-laki manis menyatakan menyukai dirinya dan mencintainya, meskipun dirinya berbadan gemuk. Abi memang pandai merayu Kana dengan mengatakan bahwa dia menerima Kana apa adanya.

Tiba-tiba ponsel Kana berbunyi panjang.

"Abi?" tanya Fina.

Kana mengangguk.

"Iya, Bi ... oh ... mau ke sini?"

Fina gelisah. Dia siap-siap beranjak dari duduknya.

"Ya. Nggak papa. Ada kok uangnya ... tiga ratus? Tadi katanya dua ratus,"

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang