125. Kana Ndut

7K 763 25
                                    

Meski laki-laki lagi, Kana tidak kecewa dan tetap mencurahkan kasih sayangnya kepada Dean, anak ketiganya. Padahal dia dan Bisma sudah mengikuti program yang disarankan dokter kandungan, tetap saja hasilnya laki-laki.

"Apa kataku. Kita coba terus lagi sampai dapat. Kamu kayaknya nggak lelah melahirkan malah mudah sekali," ujar Bisma saat Kana memakaikan baju ke tubuh kecil Dean. Dean sudah berusia tiga bulan sekarang dan sudah bisa diajak bercanda.

"Uwwaaaa." Dean bersuara seolah menyetujui usulan papanya.

"Tuh. Mau adik lagi kan?" Bisma iseng seolah bertanya kepada Dean.

"Uwwaaa,"

Dean adalah bayi yang gampang sekali senyum.

"Ini kamu banget," puji Bisma seraya meraih tubuh Dean dan menggendongnya.

Kana peluk Bisma dari belakang.

Bisma tersenyum hangat. Senang akan sikap Kana yang semakin manja, terutama setiap sehabis melahirkan. Itu saat-saat tepat dia memanjakan sang istri tercinta. Melihat Kana yang selalu senyum, perasaan Bisma tenang dan bahagia. Kana istri yang penyayang dan pandai mengurus anak-anak.

"Hm?" gumam Bisma bertanya.

"Mau cewek," rengek Kana.

"Sabar dong,"

Bisma tatap wajah Dean yang sangat mirip dengan wajah Kana. "Duh, ini cewek nggak jadi," gumamnya disertai tawa kecilnya. Kana eratkan pelukannya.

***

Dua tahun berlalu,

Mita justru sangat senang cucu-cucunya laki-laki. Rumah besar Bisma pun semakin bertambah ramai dan semarak dengan hadirnya empat anak laki-laki, Jake, Sean, Jean dan Dean. Mita semakin bertambah semangat mengurus bayi-bayi Kana dan Bisma. Dialah yang memandikan cucu-cucunya tanpa merasa lelah. Dia juga yang menjaga mereka kala Kana sedang memiliki kegiatan lain atau sedang memperhatikan Clay, Jillian dan Jordan.

Clay juga sesekali menyempatkan merawat adik-adik kecilnya. Sejak selesai kuliah dari Singapura, Clay yang ternyata belum mau meneruskan kuliahnya, kembali ke Jakarta dan bekerja di sebuah perusahaan. Kini Clay menjadi pegawai tetap di perusahaan tersebut setelah tiga bulan masa percobaan. Clay juga sudah mulai menyicil membeli apartemen besar di kawasan elit Sudirman, meski usianya masih sangat belia. Bisma yang mengajarnya mengelola keuangan dengan baik. Walau sebenarnya Bisma mampu membelikannya, namun Bisma ingin memberi pelajaran kepada Clay untuk tetap bekerja dan menyisihkan uang dari hasil kerja kerasnya. Ide ini dari Kana, karena sedari kecil dia sudah terbiasa hidup hemat dan hanya membeli barang sesuai kebutuhan dan tidak lupa menyisihkan uang untuk investasi.

"Jean, jangan dorong Dean ah. Duh, bocil," rutuk Jordan saat melihat Jean mendorong punggung Dean karena hendak mengambil pedang-pedangannya. Dean hampir saja jatuh, untung Jordan sigap menahannya.

"Makanya jangan berdiri di situ tadi," gerutu Jean tanpa merasa bersalah.

"Pinjam, Mas! Pinjaaaam," teriak Dean merengek.

Jean yang tidak mau meminjamkan pedang-pedangannya berlari menjauh dari Dean.

"Huuuu," Dean menangis sambil berlari menuju Jordan.

Jordan raih tubuhnya dan menggendongnya. Dia tertawa kecil melihat pantat Jean yang bergoyang karena isi napinya penuh. Meski usianya lebih tua dari Dean, Jean masih memakai napi, sedangkan Dean sudah tidak pakai napi lagi. Jean memang anak yang susah diatur sejak kecil. Kata omanya, persis Bisma kecil dulu yang terkadang suka usil terhadap saudara sepupu-sepupunya.

"Udah. Nanti minta Papa belikan pedang-pedangan yang baru," bujuk Jordan.

Ternyata ucapan Jordan didengar Jean.

Jean tiba-tiba berlari balik menuju Jordan sambil menyodorkan pedang-pedangannya ke arah Dean yang sudah selesai menangis.

"Ini. Ambil," ujar Jean. Dean ambil mainan pedang-pedangan dari Jean.

"Kok?" decak Jordan yang heran akan sikap Jean yang tiba-tiba berubah baik.

"Mau yang baru saja dari Papa," ujar Jean dengan wajah polosnya.

"Ih. Dasar!" Jordan menggeleng tertawa. Tapi dia senang akhirnya Jean mau memainkan pedang-pedangan secara bergantian dengan Dean.

Keceriaan selalu menghiasi hari-hari di rumah Bisma. Sadar anak-anaknya banyak, Bisma mengurangi kegiatannya di kantor dan sering memantau pekerjaannya dari rumah. Dia pergi ke kantor di saat-saat genting saja. Sikap Bisma pun semakin hari semakin santai dan tidak lagi dingin seperti sebelumnya, kecuali bercinta di atas ranjang, tetap garang dan senang jika Kana menjerit kesakitan.

Kana dan Bisma tidak mempekerjakan pengasuh untuk anak-anak mereka. Mita pun mendukung keputusan mereka berdua. Mita bertambah sehat seiring waktu meskipun usianya semakin sepuh. Dia sering berolah raga bersama cucu-cucunya, terutama dengan Jillian dan Jordan. Dua gadis ini memang sangat rajin senam dan berolah raga di teras belakang. Lucunya, terkadang adik-adik kecil mereka pun ikut-ikutan senam. Jean dan Dean yang kerap dijadikan alat senam Jillian dan Jordan, saat melakukan senam kaki. Suasana selalu ramai di rumah Bisma sekarang.

***

Kebahagiaan keluarga Kana dan Bisma bertambah sejak kehadiran putri mereka, Kiarra Osaka Nataprawira. Bisma akhirnya bisa menghela lega karena harapan istrinya terkabul. Keduanya memutuskan untuk tidak lagi menambah momongan.

Mita sang Oma juga turut senang. Sejak lahir Kiarra, Kana terlihat semakin semangat dan rajin merawat diri. Tubuhnya tetap berisi serta sehat dan bugar. Bisma tidak mau Kana kurus, karena dia menyukai tubuh Kana yang berisi. Kesenangan Bisma adalah bokong Kana yang besar karena membuatnya semangat saat bercinta. Bagi Bisma beradu dengan bokong Kana lebih berasa dan mengasyikkan saat dihentak. Dasar Bisma.

Bisma juga senang rebah di atas paha besar Kana saat bersantai sambil memperhatikan anak-anak bermain bersama. Seperti sore ini, dia tampak santai rebah di atas pangkuan Kana sambil bersenda gurau. Pasangan suami istri yang bahagia itu sedang memperhatikan tingkah anak-anak mereka yang semakin hari semakin menggemaskan.

Clay, Jillian, Jordan asyik bermain bersama Kiarra, Jake bermain dengan Sean dan Jean bermain dengan Dean. Mereka semua memiliki pasangan bermain yang cocok. Jarang sekali ada pertengkaran di antara mereka. Akan tetapi ada sesekali terdengar Dean berteriak karena Jean yang mengusilinya. Dan Clay akan sibuk melerai, juga Mita yang ikut mengomeli Jean. Tapi pertengkaran mereka tidak pernah lama, setelahnya mereka akan kembali bermain bersama.

"Kana," tegur Bisma yang mengamati wajah Kana yang tersenyum melihat anak-anak bermain riang di tepi kolam ikan di halaman belakang rumah.

Kana sepertinya tidak mendengar teguran suaminya. Matanya yang berbinar terus tertuju ke anak-anak yang bermain riang, dan tangannya yang asyik mengusap-usap kepala Bisma di atas pangkuannya.

"Ndut," tegur Bisma iseng.

Kana tersentak. Dia lalu menunduk melihat wajah tampan Bisma yang tersenyum menyeringai.

"Kamu dipanggil Kana nggak dengar, dipanggil Ndut malah dengar," gerutu Bisma.

Dahi Kana mengernyit. "Emang Mas panggil aku barusan?" tanyanya.

Bisma mendengus tersenyum. "Iya," jawabnya sambil beranjak dari rebahnya dan mendudukkan tubuhnya di samping Kana.

Kana tergelak menyadari dirinya malah menoleh saat disapa 'Ndut' oleh suaminya.

"Tadi Clay cerita apa sama kamu sampe dia bilang nggak boleh cerita ke aku?" ujar Bisma bertanya.

"Oh. Masalah pekerjaannya yang semakin sulit di kantor," jawab Kana.

"Trus kenapa nggak boleh cerita ke aku?"

Kana hela napas panjang. Matanya kini tertuju ke Clay yang sedang menggendong Kiarra. Clay tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan berpenampilan sederhana.

"Ah. Biasalah. Kata Clay dia sering jadi sasaran amarah atasannya di kantor," ujar Kana seperti enggan bercerita.

"Aku masih ngerasa ada yang kalian sembunyikan dariku," ujar Bisma.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang