Ini yang ditakutkan Kana. Dia didata petugas dinas sosial. Kana pasrah akan dipulangkan ke kampung halamannya sore ini juga. Dia tidak perlu menginap karena data yang dia miliki sudah jelas. Kini Kana duduk termangu di dalam ruangan bersama para pengemis jalanan lainnya, menunggu giliran diangkut mobil yang akan mengantar mereka menuju terminal bus, lalu kemudian mengantar mereka ke kampung masing-masing.
Kana yang tidak mau pulang, nekad ke luar dari ruangan. Dia berjalan menuju ruangan di mana dia didata sebelumnya.
"Lo. Kamu bukannya sudah didata?" tanya Ibu yang berkerudung cokelat. Dia sebelumnya yang menayakan data diri Kana dan mendatanya.
"Bu...."
Kana duduk bersimpuh di depan ibu itu. Untungnya saat itu sedang jadwal makan siang, dan hanya ada dua orang ibu-ibu yang sedang berada di dalam ruangan.
"Kenapa?"
"Saya nggak mau pulang,"
"Eh. Nggak bisa begitu. Kamu harus pulang seperti yang lainnya. Jangan bikin kumuh Jakarta dong. Ini ibukota negara,"
"Saya mau sekolah. Di kampung saya nggak bisa sekolah,"
Ibu itu tertawa menggeleng. Tentu dia tidak mempercayai Kana begitu saja.
"Saya nggak diharapkan Mama saya, Bu. Mama saya nggak mau menerima saya lagi di rumah. Saya diusir,"
"La kamu juga mau tidur di mana di sini? Di emperan toko?"
"Bu. Kasih saya kerjaan apa saja. Nggak usah digaji nggak papa. Saya hanya mau sekolah,"
Kana menangis sejadi-jadinya sambil memegang kaki ibu itu.
Ibu itu dan temannya saling pandang dan tertawa kecil. Sepertinya mereka sudah sering menghadapi orang-orang yang berulah seperti Kana dan kedapatan berbohong.
"Saya bisa tidur di mana aja, Bu. Saya mau sekolah, mau jadi guru, saya diusir dari rumah, Bu. Saya takut diperkosa di rumah,"
Kedua ibu itu terkaget-kaget mendengar ucapan Kana.
Ibu berkerudung cokelat itu menatap wajah Kana yang bersimbah air mata.
"Pekerjaan apa saja, Bu. Tolonglah. Saya bisa bersih-bersih, bisa beres-beres, kerjaan saya bagus, Bu. Percayalah. Saya hanya mau sekolah. Saya nggak mau pulang ke rumah...." Kana terus menangis tersedu-sedu. Dia benar-benar tidak mau pulang dan membayangkan betapa sulit hidupnya di rumah di kampung halamannya.
Ibu itu turun dari duduknya dan mengusap-usap bahu besar Kana.
"Bu. Tolonglah ... saya bisa tidur di mana saja. Di sini bisa kan, Bu?"
Kana terus memohon.
Ibu itu menggeleng sambil tersenyum hangat.
"Pulang saja ke Serang. Kamu bisa sekolah di sana,"
"Ibuuuuu...."
Kana peluk ibu itu kuat-kuat.
"Ibuuuuu...."
Kana menangis lagi. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan keadaannya yang sebenarnya.
_______
Kana kembali ke ruangan dan terduduk lesu di sudut ruangan. Kini ada tinggal dirinya dan seorang perempuan dua puluh tahunan. Tujuan mereka berdua sama-sama ke Serang.
Kana tidak mau menyentuh makanan dan minuman yang disediakan petugas. Dia beri saja semuanya ke perempuan itu. Perempuan itu lalu menyimpannya ke dalam tasnya. Kana sama sekali tidak berselera.
"Kana Ranjani. Junita Adian..."
Kana dan perempuan itu bangkit dari duduk dan melangkah ke luar ruangan.
Kana terlihat tenang dan pasrah.
"Jangan ke Jakarta lagi kalo nggak ngapa-ngapain. Jangan nyampah," desis seorang bapak-bapak berseragam ke arah Kana dan perempuan bernama Junita.
"Iya, Pak," balas Kana sopan dengan menundukkan kepalanya.
Kana ikuti langkah bapak itu.
______
Sementara itu di sebuah ruangan.
Dua ibu-ibu yang berada di ruang pendataan tampak saling tatap dan terdiam setelah Kana ke luar dari ruangan dengan lesu dan tidak semangat.
"Kayaknya anaknya cerdas kalo dilihat dari sorot matanya. Kasihan juga...." Ibu yang dipeluk Kana tertegun mengingat kesedihan yang Kana tunjukkan beberapa saat lalu.
"Iya. Kayak bingung. Tapi kok di a diusir dari rumah dan mau diperkosa. Itu gimana ceritanya. Pasti keluarganya berantakan. Apa kita naikkan saja ke atasan beritanya," tanggap ibu yang lain.
"Kalo nggak punya bukti kuat ... jadi ribet,"
"Hm ... apa kita pekerjakan saja dia di panti asuhan atau panti jompo. Itu banyak pegawai yang nggak beres kerjaannya...."
"Dia di bawah umur...."
Ibu yang berkerudung cokelat lalu meraih ponsel dari sakunya.
_______
"Kana!"
Hampir saja Kana menaiki mobil jemputan, dia dipanggil ibu berkerudung cokelat pegawai pemerintahan.
Ibu itu mendekati Kana dan menarik lengan Kana dari mobil. Dia juga meminta izin ke bapak-bapak yang mengawasi mobil yang hampir Kana naiki tadi.
"Ada pekerjaan buat kamu," bisik ibu itu.
"Ibu...."
"Ssst. Jangan keras-keras. Ikut Ibu."
______
Ibu berkerudung cokelat itu tak mampu membendung tangisnya saat Kana menceritakan yang dia alami di rumahnya hingga tiba di Jakarta. Kana juga bercerita bahwa dia baru dua hari bekerja di warteg dan dia tidak sanggup mendengar hinaan dan cacian, meski sudah bekerja sebaik dan sekeras mungkin. Kana tunjukkan telapak tangan serta lengannya juga betisnya yang membiru akibat bekerja di luar kuasa tenaganya. Meski bertubuh besar, Kana juga butuh istirahat.
Entah kenapa Kana seolah mendapat energi lebih saat bercerita. Ibu itu pun jadi iba dan semangat memberinya pekerjaan.
"Tapi Kana. Ini sebenarnya melawan perturan negara. Ibu benar-benar ingin membantu kamu,"
"Aku hanya mau sekolah, Bu. Aku janji akan bekerja sebaik-baiknya. Aku akan jaga nama ibu,"
***
_____
Dikit dulu yaaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
KANA
Romance"Saya suka kamu, Kana. Saya ingin mengenal kamu lebih dekat." Bisma berujar tanpa basa basi. Kana tersenyum kecut. "Nggak salah, Pak?" "Apanya yang salah?" "Maksud, Bapak ... Bapak menyukai saya sebagai apa? Apa karena saya bisa mengasuh anak-anak B...