6. Sendu Kana

8.3K 1.1K 49
                                    

Kana menghabiskan waktunya di dalam kamar Uwak Ita saat hari pernikahan Yuna. Sepertinya mamanya memang tidak memperdulikannya. Kana tidak ditanya atau dilihatnya. Kana hanya bisa mendengar suara-suara sibuk di seputar rumahnya.

"Anaknya yang satu lagi si Kana di mana ya? Kok nggak keliatan?"

Ada terdengar suara ibu-ibu bercakap-cakap di dapur. Kamar Uwak Ita memang berdekatan dengan dapur.

"Iya juga ya. Badan segede itu kok nggak keliatan,"

"Eh, Ita. Kana di mana?"

Ternyata ada Uwak Ita di dapur.

"Malu dia. Kan Kana pemalu," jawab Ita sekadarnya.

"Lha kalo malu di mana dia?" tanya ibu-ibu itu lagi.

"Di rumah adikku di Pandeglang," jawab Ita berbohong.

"Jauh amat? Gua kira diumpetin ma Asih. Mungkin malu punya anak begituan. Gede item, jalan kek susak amat. Eh, mau didaftarin ke penyalur ART katanya. Emang bisa gawe tuh anak, gerak aja susah. Yang ada ntar disiksa majikan kayak anaknya Ipah noh yang kerja di Bekasi,"

Uwak Ita diam tidak menanggapi. Dia hanya berusaha menutupi sikap Asih, meskipun dia sendiri tidak setuju dengan keinginan Asih.

Uwak Ita tidak setuju dengan pendapat ibu-ibu itu terhadap Kana. Kana justru rajin dan cekatan saat bekerja. Buktinya, kamarnya bersih dan wangi karena sentuhan Kana. Tapi apa boleh buat. Dia harus menuruti setiap rencana Asih. Dia saja menumpang hidup di rumah Asih.

Sementara Kana diam sambil duduk selonjoran. Dia asyik bermain game di ponsel punya Uwak Ita. Uwak Ita meminjamkannya agar Kana tidak bosan selama berada di dalam kamarnya.

Tak lama kemudian, dapur terdengar sepi. Kana menduga ibu-ibu dan Uwak Ita kembali ke ruang tamu di depan.

Kana tersentak, pintu kamar dibuka dari luar.

"Eh, Uwak. Aku kira siapa...," ujar Kana lega. Dia senang dengan perubahan sikap Uwak Ita yang tidak kasar lagi. Apalagi Uwak Ita datang kepadanya sambil membawakannya satu nampan besar dengan beragam makanan.

"Nih. Kamu makan dulu. Uwak ambil nasi dan lauk banyak, biar Uwak nggak bolak balik," ucap Uwak Ita sambil meletakkan nampan besar di depan Kana.

"Makasih banyak, Wak," ucap Kana senang. "Ayah masih di luar?" tanya Kana kemudian. Kana belum bertemu ayahnya sejak tiba di rumahnya.

Mendengar pertanyaan Kana, Uwak Ita tutup pintu kamar dan menguncinya.

Dia duduk di depan Kana sambil menatap Kana sedih.

"Kamu nggak ditanya," ujar Uwak Ita. Matanya berkaca-kaca. Sedih melihat keadaan Kana. Dedi memang tidak menanyakan Kana sejak tiba di rumah. Dia sangat terpesona dengan kecantikan dan kesempurnaan anak kandung pertamanya. Yuna sangat cantik jelita, sehingga dia tidak mau menyia-nyiakan waktunya bersama Yuna dengan mengajak berbincang bersama, hingga melupakan Kana.

"Oh. Nggak papa, Wak. Kok malah Wak yang nangis," ujar Kana yang melihat Uwak Ita menangis terisak.

"Kamu..., kalo Uwak punya duit, kita bisa pergi berdua...," ucap Uwak Ita sambil melap pipinya dengan sapu tangan.

"Haha. Uwak. Uwak jangan gitu ah. Aku baik-baik saja kok. Sedih sih. Tapi ya..., demi Kak Yuna dan Mama. Kalo aku ke luar, nanti malah merepotkan semua...,"

Kana melihat kesungguhan Uwak Ita yang bersimpati terhadap dirinya. Ternyata ada hikmah indah sejak dia berada dalam satu kamar dengan Uwak Ita. Sikap Uwak yang berubah baik dan sayang terhadap dirinya. Uwak Ita tidak pernah lupa memberinya makanan dan minuman sejak dia tidak diperkenankan muncul di tengah-tengah pesta.

"Sudah, Wak. Ke luar aja. Nanti kalo Uwak lama-lama di kamar, Mama malah curiga," ujar Kana sambil bersiap-siap makan.

Uwak Ita bangkit dari duduknya.

"Uwak mau pegang hape?" tanya Kana.

"Nggak perlu. Di luar sibuk, Kana. Mana sempat liat-liat hape," balas Uwak Ita yang sudah berada di depan pintu.

"Enak, Wak. Makasih ya?" ucap Kana lagi.

"Kurang nggak? Kalo kurang Uwak ambil lagi?" canda Uwak Ita.

Kana tertawa kecil. Dia ambil satu potong ayam, memamerkannya ke Uwak Ita, lalu melahapnya dengan wajah riang.

Uwak Ita ke luar dari kamar dan kembali menutup pintu kamar dan menguncinya dari luar. Dia lega dengan ketegaran Kana.

Beberapa saat kemudian, terdengar sorak sorai dari ruang tamu saat ucapan ijab kabul dinyatakan sah. Bukannya sedih karena tidak bisa menyaksikan kakaknya menikah, Kana justru tersenyum senang. Dia doakan kakaknya hidup bahagia dengan laki-laki yang disayangnya.

______

Pesta pernikahan Yuna berlangsung sukses dan diberi pujian tetangga sekitar dan tamu-tamu. Tidak ada insiden atau kejadian yang tidak mengenakkan selama pesta organ tunggal. Perasaan Asih senang dan bangga dengan semua pihak yang mendukung pesta pernikahan anak tercantiknya. Asih bahagia mendengar puja puji para tamu undangan terhadap kecantikan Yuna saat bersanding. Mereka juga memuji sang mempelai pria yang gagah bak artis India. Maklum, mendiang Ayah Raka berasal dari India.

"Mama mendoakan kamu selalu bahagia dalam berumah tangga. Mama nggak mau nasib rumah tangga kamu kayak rumah tangga Mama. Nurut sama suami selama dia di jalan yang benar. Kalo ada masalah, dirembuk bersama," begitu nasihat Asih saat akad nikah baru saja selesai. Doa yang sama untuk Yuna dari ayahnya.

Yuna sangat bahagia di hari pernikahannya. Hampir semua temannya menghadiri dan mendukungnya. Yuna memiliki banyak teman karena ramah dan royal. Asih sangat memanjakan Yuna dengan memberinya uang jajan yang banyak, sehingga Yuna sering menraktir teman-teman di sekolah.

Dua hari setelah pernikahan Yuna dan Raka, Kana masih saja menghabiskan waktunya di dalam kamar Uwak Ita. Saat haus dan lapar, Uwak Ita membawakan makanan dan minuman ke dalam kamar untuk Kana. Kana sebisa mungkin menuju dapur dan kamar mandi saat keadaan benar-benar sepi. Uwak Ita dipesan oleh Asih, Kana belum diperbolehkan ke luar kamar, karena mama Raka masih menginap di rumah Asih.

"Besok Mulyani pulang ke Bekasi. Bilang ke Kana dia boleh ke luar dari kamar. Tapi jangan sering-sering ke ruang tamu," pesan Asih ke Uwak Ita. "Kalo mau jajan, lewat belakang saja,"

Uwak ita hela napas panjang. Asih sungguh keterlaluan.

"Kamu kok tega...," desah Uwak Ita.

"Aku harus bagaimana, Wak? Bertahun-tahun aku dihina teman-temanku karena punya anak jelek,"

"Trus mau kamu Kana harus gimana? Ke luar dari rumah ini? Kamu saja belum mau dia pergi bekerja jauh dari rumah. Masih mau uangnya dan dia tidak boleh ke mana-mana," ujar Uwak Ita. Dia sudah tahu rencana Asih yang akan mempekerjakan Kana. Kana juga bercerita kepadanya rencana mamanya yang akan mengambil gajinya setiap bulan. Kana belum cukup umur, sehingga gaji yang dia terima juga tidak besar.

Asih menghela napas jengkel. Dia jengah dengan sikap Uwak Ita yang berubah membela Kana.

"Baik. Aku akan bilang ke Kana. Jangan khawatir. Anakmu yang jelek itu sangat penurut," desis Uwak Ita.

"Ingat, Wak. Katanya mau bekerja dan bergaji satu juta," ungkit Asih seolah mengancam.

Uwak Ita diam saja. Rasanya dia ingin ke luar dari rumah Asih. Apalagi sekarang sudah ada anggota baru, suami Yuna. Suasana rumah pasti akan berubah setelahnya. Uwak Ita saja mulai sungkan jika Raka ke dapur atau mau ke kamar mandi, karena harus melewati kamarnya. Uwak Ita harus terbiasa dengan suasana baru. Uwak Ita jadi membenarkan pendapat Kana bahwa sebaiknya Yuna meneruskan kuliah di kota dengan jalur beasiswa. Toh nilai Yuna sangat baik dan termasuk tertinggi di sekolahnya.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang