"Kenapa kau memilih jadi guru sih? Padahal yang lain jadi karyawan. Apa kerennya jadi guru coba?"
Sunoo hanya bergeming sambil sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja sebagai guru di SMA swasta khusus pria. Mendengar ibunya mengomel soal dia menjadi guru adalah hal terakhir yang dia ingin dengar pagi itu.
"Aku berangkat dulu."
"Lihatlah attitude-mu! Ibu sudah capek-capek membuatkan sarapan untukmu dan kau pergi begitu saja?"
Sunoo menghela napas. Dia yang sudah berjalan menuju pintu depan akhirnya putar balik hanya untuk mengambil sandwich-nya, lalu digigitnya sambil berjalan ke depan.
"Punya anak laki-laki biar bisa dibanggakan karena bekerja di perusahaan, malah memilih jadi guru. Padahal jadi guru gajinya kecil. Sia-sia sekali aku menguliahkanmu mahal-mahal. Tau begini ibu membiayai kuliah kakakmu saja biar dia jadi dokter."
Sunoo tetap tak membalas apapun. Dia langsung pergi setelah pamit, menaiki motor vespanya menuju ke tempat kerja barunya.
Kalau ditanya apakah dia sakit hati, tentu saja dia sakit hati. Menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil tapi ibunya berambisi menjadikan ia untuk bekerja di bidang bisnis yang sama sekali tidak ia minati. Beruntung meski ia kuliah di bidang akuntansi, gelarnya masih berguna untuk melamar sebagai guru walau ia perlu menempuh setahun supaya bisa menjadi seorang pendidik.
Sekolah tampak ramai saat ia tiba. Memarkirkan vespa maticnya di antara mobil mahal milik guru-guru yang lain, Sunoo lantas bergegas menuju ruang wakil kepala sekolah untuk memberitahu kedatangannya hari ini.
Choi Soobin nama wakil kepala sekolah SMA Kwang Sun, menyambutnya dengan senyum hangat. Mereka mengobrol sejenak lantas Sunoo diantar ke ruang guru untuk memberi tahu letak mejanya.
"Semuanya, mohon perhatian."
Para guru di ruang guru lantas memokuskan pandangan pada wakil kepala sekolah. Baik tua maupun muda tampak berdiri serentak untuk menyambut wakasek muda itu.
"Hari ini kita kedatangan rekan kerja baru. Beliau disini menggantikan Nyonya Arin mengajar akuntansi kelas 2. Tuan, silahkan perkenalkan diri Anda."
"Ah ya, saya Kim Sunoo. Seperti yang Tuan Soobin bilang, mulai hari ini saya akan mengajar Akuntansi kelas 2 di sekolah ini. Mohon bimbingannya."
Setelah perkenalan singkat, Soobin pun pergi dan Sunoo menempati mejanya. Ia tidak sempat berkenalan dengan semua guru, karena bel masuk telah berbunyi sehingga sebagian yang kedapatan jam mengajar pagi tampak terburu-buru menyiapkan diri.
Sunoo juga termasuk yang terburu-buru itu. Di hari pertamanya bekerja, dia mendapatkan jadwal mengajar sebanyak 3 kali pertemuan untuk 3 kelas berbeda.
"Sunoo ssaem, kau mau pergi bersamaku? Aku akan mengajar di kelas 2-A tepat di samping kelasmu pagi ini."
"Ah tentu saja, Heeseung ssaem. Ayo."
Keduanya berjalan beriringan menuju kelas 2 yang letaknya berada di lantai 2 gedung utama. Sambil berjalan itulah mereka saling mengobrol. Sunoo akhirnya tau kalau ternyata Heeseung sudah mengajar disana selama 5 tahun untuk mata pelajaran sejarah.
"Sudah sampai. Ini kelas 2-A, dan itu kelas 2-B. Kalau kau membutuhkan sesuatu, bilang saja padaku ya."
Sunoo mengangguk. "Iya, Hyung. Terimakasih ya. Aku masuk dulu."
Mereka pun berpisah. Sunoo berjalan menuju kelas 2-B yang terdengar paling ramai diantara kelas yang lain. Begitu dia membuka pintu, hal pertama yang dia lihat adalah dua orang siswa yang sedang menarik kerah satu sama lain. Keduanya termasuk siswa yang lain terdiam saat melihat kedatangannya.
"Ada apa ini?" tanya Sunoo seraya menghampiri mereka. Menatap sekitar membaca situasi.
Kedua siswa yang saling menarik kerah tadi lantas saling melepaskan. Mereka pun berjauhan dan berusaha tidak bertemu tatap dengan Sunoo.
"Kalian berdua berkelahi?" tanyanya lagi.
Karena tidak ada satupun yang menjawabnya, Sunoo lantas memanggil ketua kelas.
"Kau ketua kelasnya? Jelaskan padaku ada apa ini sebenarnya. Kenapa kau tidak melerai mereka?" omel Sunoo pada pemuda bernama dada Park Jungwon.
Jungwon tampak menatap teman-teman sekelasnya dulu sebelum menjawab. "Mereka hanya bercanda."
Sunoo menatap Jungwon heran. "Bercanda? Kalian bercandanya dengan berkelahi? Nonsense."
Jungwon menggendikkan bahunya tak acuh sambil duduk kembali di kursinya. "Disini sudah biasa kok bercanda seperti itu. Kau pasti guru baru kan?"
Sunoo tampak menganga, tak percaya melihat attitude Jungwon yang tampak pongah berbicara dengannya.
Karena dirasa sia-sia saja bicara dengan Jungwon, Sunoo pun menatap kedua siswa tadi secara bergantian. Yang satu bernama Kyungmin, satu lagi bernama Park Riki.
Hal yang membuat Sunoo aneh, Kyungmin terlihat baik-baik saja sedangkan Riki....
"Tunggu dulu. Kenapa seragammu kotor sekali? Kau habis jatuh?"
Sunoo berusaha menggapai Riki untuk melihat kondisinya dengan jelas tapi tangannya ditepis dengan kasar oleh pemuda itu. Sunoo terkejut menatapnya. Ia belum sempat bicara lagi saat Riki bergegas keluar dari kelas. Tidak berlari, hanya berjalan cepat karena salah satu kakinya tampak pincang.
"Nangis tuh pasti," celetuk salah seorang siswa yang membuat Sunoo menoleh padanya.
"Maksud kalian apa? Kalian membully dia?"
Tidak ada seorang pun yang menjawab. Tapi Sunoo bisa lihat ekspresi puas di wajah mereka saat Riki pergi.
"Jawab aku! Kalian mau kuadukan pada kepala sekolah, hah?!" Bentaknya jengah. Sungguh ia jengah menghadapi diamnya anak-anak sombong ini.
Bukannya takut, mereka justru tertawa seolah mengejek ancaman Sunoo.
"Coba saja adukan kami ke kepala sekolah. Kau hanya guru baru, lebih baik mengajar saja yang benar, tidak usah ikut campur urusan kami."
Hah?
Ucapan Jungwon benar-benar membuat Sunoo terdiam seribu bahasa. Ia jadi mempertanyakan, benarkah ia sedang menghadapi anak SMA? Kenapa sikap mereka seperti ini pada guru? Apa memang ini wajar?
"Mau mengajar tidak sih? Atau mau kita adukan ke kepala sekolah kalau kau tidak melaksanakan tugasmu dengan baik?"
Oke, ini aneh. Sunoo harus bertanya pada Heeseung nanti.
Mau tak mau Sunoo tetap mengajar pagi itu, dengan pikiran kalut dan bingung terutama memikirkan siswa bernama Riki.
Dia baik-baik saja kan?
Tbc