letters - 11

352 46 5
                                    

"Hyung."

Sunoo refleks menoleh saat mendengar Riki memanggil. Mereka saat ini hanya berdua saja di apartemen Jay karena sang pemilik tempat belum kembali sejak siang. Keduanya yang bosan, memilih menonton TV sambil rebahan di atas karpet.

"Kenapa?" tanya Sunoo saat Riki tak kunjung bicara.

"Kau berencana kemana setelah ini?"

Sunoo kembali menatap TV dan menghela napas. "Entahlah. Aku tidak tau harus kemana lagi."

"Tidak pulang?"

Pria 26 tahun itu menggeleng. "Ibuku pasti akan marah besar kalau melihatku pulang sambil membawa kotak itu."

Riki mengangguk mengerti. "Jadi kau akan tetap disini?"

"Yah, mau bagaimana lagi, aku tidak punya tempat pulang yang lain."

Riki tampak berpikir. Matanya menatap pada layar TV, tapi pikirannya melayang entah kemana.

"Tinggallah bersamaku."

Sunoo menoleh secepat kilat. Mata sipitnya tampak melebar, yang membuat Riki ikut menoleh dan buru-buru mengoreksi kalimatnya.

"Ah maksudku kau bisa pulang ke apartemenku. Aku tinggal sendirian, meskipun terkadang papa menginap. Kau bisa menempati kamar papa kalau mau."

Sunoo menghela napas. Oke, dia tampaknya berpikir terlalu jauh. Hm, tapi kenapa ada yang aneh ya?

"Kau tidak tinggal serumah dengan Jungwon?"

Riki menggeleng. "Aku tidak mau serumah dengannya. Papa masih punya apartemen, jadi aku tempati saja daripada kosong."

Ya, bisa dipahami kenapa Riki memilih tinggal sendiri. Dia pasti tidak ingin melihat wajah orang yang selalu memukulinya di sekolah selama 24 jam setiap hari.

"Tapi aku sungkan dengan Tuan Jake. Tuan Sunghoon juga pasti tidak akan setuju. Kau tau sendiri kan pagi ini aku dipecat karena apa? Rasanya tidak mungkin aku punya muka untuk berhadapan dengan orangtuamu."

Iya juga, Riki baru ingat kalau Sunoo dipecat karena difitnah mengajaknya ke motel. Selain Jungwon, Riki juga tidak ingin bertemu dengan ayahnya yang sama sekali tidak mempercayainya dan justru mengambil keputusan sepihak seperti ini.

"Sudah, jangan pikirkan hyung. Papamu tadi menelepon kan? Dia terdengar khawatir sekali padamu, pulanglah, aku akan disini menunggu Jay datang."

Riki tetap bergeming di tempat sambil menggeleng. "Tidak mau."

Sunoo lantas menoleh, memerhatikan Riki yang sejak tadi dalam posisi tengkurap sambil memeluk bantal boneka rubah gurun.

"Tidak kasihan pada papamu?"

"Papa ada ayah."

"Iya sih, tapi kan dia khawatir padamu, Riki."

"Papa ada ayah, tapi hyung sama siapa?"

Sunoo tertegun sesaat. Kemudian berkata lirih, "A-aku ada Jay disini."

"Tapi sekarang Jay hyung bersama Jungwon kan? Lalu hyung sama siapa kalau aku pulang sekarang?"

Sekali lagi Sunoo dibuat bungkam. Riki benar, dia tidak punya siapa-siapa. Ayahnya memilih berpisah dari ibunya, dan ibunya pun lebih menyayangi kakak perempuannya dibanding dia.

Tidak punya teman. Tidak juga pasangan.

Lantas Sunoo punya siapa?

"Hyung punya aku."

Sunoo masih menatapnya saat Riki menoleh. Pemuda itu mengulas senyum tipis yang terkesan canggung, beda dengan sorot matanya yang lembut.

"Aku akan menemani hyung biar hyung tidak kesepian lagi."

8 lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang