letters - 14

215 31 16
                                    

Sunoo kembali ke sekolah dengan perasaan gugup. Meski Jungwon telah meminta maaf, begitu juga Sunghoon, dia tetap merasa takut dan khawatir para siswa bahkan para guru masih bersikap sinis padanya.

Langkah kakinya berhenti tepat sebelum memasuki gedung utama. Dia mencengkram erat kotak di tangannya sembari mengatur napasnya.

Ayolah Sunoo, tenang. Kau pasti bisa.

Tiba-tiba saja seseorang merebut kotaknya dan membuat Sunoo sontak memekik kaget. Dia menghela napas setelah melihat Riki di depannya.

"Ah kau mengagetkanku, Riki."

"Sedang apa disini, ssaem? Tidak masuk?"

"Iya ini mau masuk kok. Sini kotaknya."

Bukannya menyerahkan kembali kotaknya, Riki justru berjalan duluan memasuki gedung, membuat Sunoo menggeleng pelan lantas mengikuti langkah panjangnya.

Para siswa yang mereka lewati tampak memperhatikan keduanya sambil berbisik-bisik satu sama lain. Sunoo merasa tubuhnya agak gemetaran saat melewati mereka. Dia bahkan sampai tidak berani mengangkat wajahnya, hanya berjalan sambil menunduk mengikuti kemana langkah kaki Riki pergi.

Hingga kemudian Sunoo menabrak punggung Riki yang berhenti secara tiba-tiba. Saat mengangkat wajahnya, dia baru sadar kalau mereka tidak ke kantor guru melainkan ke sebuah sudut gedung yang hanya ada mereka berdua saja.

"Kenapa kita kesini?" tanyanya sambil melihat sekeliling yang benar-benar sepi.

Riki berbalik untuk menyerahkan kotak itu pada pemiliknya.

"Tidak usah pedulikan kata orang, Ssaem. Kalau kau merasa tidak salah, jangan tundukkan kepalamu."

Sunoo memandang Riki terkesima. Sejak kapan Riki tiba-tiba jadi bijak begini? Kelihatan sangat dewasa, Sunoo sampai ragu kalau usia Riki benar-benar 16 tahun.

"Bilang padaku kalau ada apa-apa, aku ke kelas dulu."

Riki berjalan melewati Sunoo untuk pergi menuju kelasnya. Sunoo sendiri masih berdiri di sana selama beberapa menit sebelum akhirnya beranjak ke ruang guru.

Riki benar, Sunoo tidak salah. Dia harus tetap percaya diri dan kembali menjadi dirinya seperti dulu.

🍦🍦🍦

Tapi ya, perubahan memang tidaklah mudah. Sunoo dapat merasakan ucapan-ucapan sinis dari sebagian orang di sekolah termasuk guru-guru. Bahkan mereka juga menyindir Sunoo menyuap kepala sekolah untuk bisa kembali ke sekolah, menyebutnya sebagai simpanan pejabat sehingga mudah kembali ke sekolah meski tersandung rumor pedofil, dan masih banyak lagi.

Telinga Sunoo panas mendengar semua itu. Tapi dia berusaha menutupinya dengan senyum manis yang ia tebar ke semua orang. Seperti kata Riki, dia tidak salah, jadi buat apa takut?

"Sunoo ssaem."

Kepalanya menoleh saat seseorang memanggil namanya. Dia tersenyum saat tau itu Heeseung.

"Ya, ssaem?"

"Kau tidak ingin pergi ke kantin?"

Sunoo menggeleng pelan dengan tetap mempertahankan senyumnya. "Aku bawa bekal dari rumah. Kau saja yang pergi, ssaem."

Heeseung memandangnya prihatin. "Pasti berat untukmu ya."

Pemuda 26 tahun itu terkekeh. "Jujur iya, tapi aku tidak punya pilihan selain menghadapinya kan? Pergilah, ssaem. Kalau kau tidak pergi sekarang, makanannya pasti sudah habis."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

8 lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang