letters - 3

426 59 1
                                    

Jadwal mengajar Sunoo di kelas 2-B hanya dua kali dalam seminggu. Hari senin dan jumat. Karena itulah dia tidak bisa bertemu Riki setiap hari.

Entahlah. Dia juga tidak mengerti kenapa dia sebegitu inginnya bertemu Riki setiap hari. Terkadang ia mendapati dirinya iseng melewati kelas 2-B hanya untuk mengintip Riki. Sayang sekali, Riki jarang terlihat di kelas.

Ingin mencari ke tempat lain pun tak bisa. Karena dia sendiri masih belum tau denah sekolah itu. Tanpa sadar, sebenarnya dia berharap Riki mau memenuhi permintaannya hari itu. Padahal Heeseung lebih dari bisa menemaninya kemanapun dia mau.

Hari jumat akhirnya tiba. Di jam terakhir, dia masuk ke kelas 2-B yang tampak lengang dari biasanya. Hanya segelintir siswa di kelas, tak ayal membuat Sunoo mengerutkan dahinya bingung.

"Kemana yang lain? Sepi sekali," ujarnya sambil memperhatikan bangku-bangku yang kosong.

Jungwon dan Riki juga ikut tidak terlihat.

"Tidak tau, ssaem," balas salah satu diantara mereka.

Mendadak Sunoo merasakan perasaan tidak enak. Dia lantas memberikan tugas dadakan, kemudian bergegas keluar dari kelas berniat mencari siswa yang lain.

Tujuan pertamanya adalah toilet di lantai 2. Sayangnya begitu sampai disana ternyata kosong. Bingung, dia pun mencoba mencari ke toilet di lantai 1 dan 3. Tapi tetap saja hasilnya nihil.

"Kemana sih mereka? Kantin?"

Mengikuti pemikirannya, dia pun bergegas menuju kantin siswa. Tapi hasilnya pun sama, dia tidak menemukan satupun siswa kelas 2-B.

Sunoo tidak menyerah. Dia terus melangkahkan kakinya kemanapun. Gedung olahraga indoor, gudang sekolah, bahkan ruang ekskulpun dia datangi. Namun dia tetap tak menemukan mereka.

Entah kenapa Sunoo mendadak takut. Takut bila Riki kenapa-kenapa lagi.

"Kemana mereka sebenarnya? Aku harus mencari kemana lagi? Halaman belakang sekolah? Ah aku harus kesana."

Dengan wajah bermandikan peluh, guru muda itu pun berlari menuju halaman belakang sekolah.

Semakin dekat dari tujuan, semakin dia bisa mendengar keributan di sana. Dengan pikiran berkecamuk, Sunoo mempercepat larinya dan berhenti tepat saat melihat Riki jatuh di depan matanya.

Wajah penuh dengan lebam. Pakaian kotor dan berantakan. Sunoo menatap ngeri.

"RIKI!"

Segera ia berlari menghampiri pemuda Jepang tersebut. Dirinya langsung berlutut dan memangku kepala Riki yang lemas.

"Hooo pahlawannya datang."

Suara yang begitu familiar membuat Sunoo langsung menoleh. Ia menatap sengit pada Jungwon yang berjalan menghampirinya dengan senyum meremehkan.

"Kenapa kau berbuat begini pada temanmu sendiri, Jungwon? Kau anak kepala sekolah bukan? Seharusnya kau memberi contoh yang baik, bukan malah merundung temanmu!"

Jungwon mengejeknya dengan cara mengorek kupingnya sendiri. "Berisik, bangsat."

Sunoo melotot. "Jaga bicaramu! Aku ini gurumu, aku lebih tua darimu!"

"Hah! Mau kau guruku, lebih tua dariku, menurutmu aku peduli? Berapa sih gajimu, huh? Tidak usah sok ikut campur urusanku. Mending kau menjilat saja pada ayahku biar gajimu makin banyak. Atau sekalian saja menjadi lacur ayahku seperti papanya bocah itu."

Sunoo geram. Dia membaringkan Riki dengan perlahan, lantas bangkit menghampiri Jungwon dan PLAK! satu tamparan mendarat di pipi yang lebih muda.

"Keterlaluan! Siapa yang mengajarimu bicara seperti itu, Park Jungwon?! Aku akan mengadukan ini pada ayahmu. Kau sudah kelewatan."

Sunoo terkesiap saat Jungwon menarik kerah kemejanya dengan sangat kasar. Ia merasa tercekik mengingat betapa eratnya Jungwon menarik kerahnya.

"Kau mau mengadukanku ke ayahku? Silahkan saja. Tapi aku juga tidak akan tinggal diam. Akan kubuat kau hancur seperti si bajingan Jongseong. Lihat saja."

Jungwon pun mendorongnya kasar hingga Sunoo jatuh terduduk di atas tanah berlapis paving. Pemuda itu lantas pergi bersama kawan-kawannya menyisakan Sunoo hanya dengan Riki saja.

Mengabaikan telapak tangannya yang lecet hingga berdarah, Sunoo pun beranjak menghampiri Riki. Kondisi Riki cukup parah, tapi untungnya Riki masih sadar.

"Kuantar ke UKS ya? Bisa berdiri?" tanyanya lembut sembari membantu Riki untuk bangkit perlahan-lahan.

Dengan satu lengan Riki tersampir di bahunya, Sunoo pun menuntun Riki menuju ruang UKS yang cukup jauh. Tak ada yang membantu mereka karena jam pelajaran memang masih berlangsung.

Sesampai di UKS, perawat yang berjaga segera membantu Sunoo untuk mengobati Riki. Sunoo kira Riki hanya terluka di bagian wajah, tapi ternyata saat perawat itu melepaskan seragamnya, ditemukan banyak sekali luka dan lebam di dada, perut dan punggung Riki. Sunoo dibuat lemas melihatnya. Terlebih banyak sekali luka dan lebam yang sudah cukup lama bertahan di tubuh yang lebih muda.

"Ssaem, tanganmu juga berdarah."

Sunoo hanya melihat tangannya yang terdapat goresan panjang dan darah yang sudah mengering dengan tatapan datar. Ia diam saja ketika perawat membebat lukanya. Matanya justru fokus sepenuhnya pada Riki yang sedang tertidur setelah diberi obat oleh perawat. Sungguh miris rasanya melihat anak yang tak berdosa seperti Riki harus merasakan penderitaan ini.

"Suster."

"Ya, Ssaem."

"Bisakah aku menitipkan Riki sebentar padamu? Ada yang harus aku urus."

"Ah tentu saja. Aku akan menemaninya disini."

"Terimakasih."

Sunoo lantas bangkit dan bergegas keluar dari UKS.

Dia tidak bisa diam saja menyaksikan semua ini. Ayah Jungwon harus tau kelakuan putranya.

Tbc

8 lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang