"Riki, sekolah ya?"
"Demi hyung, please"
Dan disinilah Riki sekarang. Dia tetap menatap lurus ke depan meski di sekelilingnya banyak yang berbisik sambil menunjuknya. Mungkin tentang rumor ia dan Sunoo sudah sampai ke telinga semua orang.
Riki tidak peduli, toh dia tidak salah. Langkah kakinya tetap tegas dan angkuh menuju kelas 2-B.
Mendekati kelasnya, Riki mulai membayangkan berbagai skenario. Seperti tiba-tiba dilempari telur, kejatuhan air comberan saat membuka pintu, mejanya dipenuhi coretan. Wow begitu banyak yang sudah ia lalui sampai-sampai isi pikirannya negatif semua.
Cklek
Suasana kelas hening. Semua orang yang ada di dalam kelas hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hingga ia pun bertemu tatap dengan si raja hutan yang tak lain adalah kakak kembarnya sendiri. Jungwon beranjak bangkit dari kursi dan berjalan menghampirinya.
"Ikut aku," katanya sambil menyeret kerah seragam Riki keluar dari kelas.
Riki hanya mengikuti langkah Jungwon meski tubuhnya agak membungkuk karena kerahnya masih dicekal. Dia juga tidak bicara apapun. Orang-orang yang menjadikan mereka tontonan juga sama sekali tidak ia pedulikan.
Tumben-tumbennya Jungwon menyeret dirinya ke halaman belakang sekolah hanya sendirian. Biasanya mereka berkelompok bersama Kyungmin dkk untuk mengeroyoknya. Tapi anehnya tadi Kyungmin seperti acuh padanya. Ada apa ini?
Jungwon melepaskan cekalannya sambil mendorong tubuh Riki hingga mundur beberapa langkah. Mereka pun berhadapan, tampak Jungwon sedang melepas blazer sekolahnya.
"Lepas tasmu."
Riki menurut. Dia melepas dan melempar tasnya ke pinggir. Begitu juga dengan blazernya, sehingga kini mereka sama-sama hanya mengenakan kemeja putih.
Tanpa aba-aba Jungwon maju dan meninju wajah Riki. Meskipun tidak tau apa motif Jungwon, Riki sama sekali tidak menghindar seperti yang ia lakukan biasanya. Ia membiarkan Jungwon terus menghajar tubuhnya. Kemeja yang awalnya putih bersih, perlahan dipenuhi warna-warna tone bumi.
Riki bisa merasakan ada darah yang keluar dari tubuhnya. Tapi dia tetap tidak berkutik saat Jungwon menghajarnya makin ganas. Tubuhnya bahkan sudah tergeletak di atas tanah berpaving yang kotor. Jungwon masih menghajar wajahnya dengan rahang terkatup tegang.
"Bangsat! Kenapa diam saja hah?! Lawan aku! Kau sebut dirimu laki-laki? Jadi kau terima saat papa disebut pelacur?! Kau terima disebut anak pembawa sial?! Kau terima saat Sunoo difitnah pedofil?!"
Ucapan Jungwon seolah memantik murka di batin Riki. Dia pun dengan mudah membalik posisi mereka. Menduduki Jungwon sembari menghajar wajahnya habis-habisan. Kali ini giliran Jungwon yang tidak berkutik.
"Kau boleh hajar aku sepuasmu tapi jangan sekalipun mengganggu papa dan Sunoo hyung."
Jungwon tersenyum miring. "That's it, itulah yang kutunggu Riki."
Yang lebih muda memberikan pukulan terakhir di wajah Jungwon sebelum memilih duduk di sampingnya. Mereka sama-sama berbaring di atas paving penuh tanah. Nafas memburu dengan dada naik turun. Menatap langit biru di atas mereka yang begitu bersih.
"Papa mengkhawatirkanmu."
"Aku tau."
"Pulanglah. Sampai kapan kau akan tinggal di rumah Jay hyung?"
"Sampai Sunoo hyung kembali bekerja di sekolah."
Jungwon memejamkan mata sejenak, merasakan bagaimana detak jantungnya perlahan kembali normal.