Ending

71 11 10
                                    

Pemuda tersebut tersenyum simpul. Ia mempersilahkan keduanya untuk duduk di kursi yang tak jauh dari mereka.

"Kenalin, gua Andreas Victorious. Panggil aja Andreas. Gua ditugaskan Arkanza buat pura-pura jadi dia dan bawa jauh Rinjani, udah sih itu aja,"

"Ga ada niatan lain kan?" tanya Achaz.

"Engga ada, 100 juta dari Arkanza udah cukup sih. Eh, tapi kok lo paham sama bahasa tubuh gua?"

"Ga usah kepo,"

"Awal pertemuan lo sama Arkan gimana?"

"Kepoan juga, tapi, it's okay bakal gua jelasin. Awalnya gua iseng aja jalan-jalan dan hampir aja ketabrak sama motor Arkanza. Merah mirip, akhirnya Arkanza ngasih tugas itu dengan bayaran 100 juta per enam bulan,"

"Terus, kalau udah dapetin Rinjani gua bakal pergi dari Indonesia," lanjutnya.

"Gua rasa, infonya cukup, gua balik dulu ya," Mala dan Achaz mengangguk. Sekonyol itu Arkanza.

"Bisa-bisanya gue jatuh cinta sama cowo modelan abi mu nak," lirih Mala.

"Ada aja tingkahnya,"

*:..。o○ ○o。..:*

Mala merasakan adanya perbedaan didalam dirinya. Ia merasa ada kekosongan, dihari-harinya tak ada lagi candaan dari seorang Arkanza. Hanya ada kesunyian menyelimuti hari-harinya. Ia rindu semua kenangan dengan suaminya. Bertukar cerita, canda, tawa, dan saling menguatkan saat dalam kondisi yang kurang memungkinkan.

Perlahan, tangannya membuka lembaran demi lembaran album foto milik Raya. Disanalah foto Arkan terpapang jelas, dari mulai bayi hingga sebesar ini. Hingga membuat seorang Nirmala yang hanya mau menerima seorang Arsyad, yang saat itu dinyatakan tewas.

"Kamu lucu ya, kak," lirih Mala.

"Zani harus kayak abi ya, walaupun Zani perempuan, Zani harus kuat kayak abi,"

Halaman selanjutnya, Mala tersenyum tipis. Sedekat itu Arkan dengan Alya dan Lina. Ia terlihat seperti kakak dengan dua adik perempuan nya. Walaupun terlihat seperti tom and jerry, tapi Arkan begitu menjaga Alya, dengan atau tanpa perintah dari uncle nya, Fenly.

"Kaset apa ini?"

Mala mengambil laptopnya dan mulai memutar kaset, senyuman tipis kembali tercetak diwajah Mala. Ternyata video liburan keluarga Fajri saat Lina hadir di tengah-tengah mereka.

"Haloo Arkanza tamvan disini,"

"Tampanan ayah, iya ga bun?"

"Heleh! Ga usah didengerin gays, anggep aja angin lalu, biasa supir aku gays,"

"Arkanza,"

"Hehehe maaf bunda,"

"Gays ini bunda aku yang paling cantik dan ini dede aku, namanya Anggi. Lucu kan? Iya kayak aku,"

"Dan ini ayah aku, ganteng sih tapi ngeselin. Dia hebat banget tau, bisa bunuh orang. Orang-orangan disawah maksudnya,"

"Sampai sini dulu ya gays, Arkanza yang tamvan ini ngantuk, papay, eh salah, assalamu'alaikum,"

Mala terkekeh. Dari kecil emang udah julit ya. Ia masih berharap bisa bersama Arkan lagi, ya walaupun itu kelihatannya ga mungkin. Dikarenakan, Arkanza sudah tenang dibawah tanah.

"Mala kangen,"

Selesai dengan kaset, ia kembali membuka album foto tersebut. Lagi-lagi Mala hanya bisa tersenyum melihat wajah lucu suaminya saat kecil. Amat menggemaskan, ingin rasanya ia memiliki anak se menggemaskan suaminya. Pipi chubby milik Arkan begitu menggoda, pengen banget dicubit.

"Bismillah, pipi chubby nya nurun," lirih Mala.

Halaman selanjutnya adalah kenangan masa SMA Arkan. Tak banyak, hanya beberapa foto saja. Arkan dengan wajah cueknya, tanpa senyum sedikitpun. Namun, tetap saja tampan. Wajah tampannya memang sudah terbentuk sejak kecil. Mala merindukan wajah itu.

"Pengen meluk kamu lagi dan elusin kamu lagi, kak,"

*:..。o○ ○o。..:*

"Mala, bangun sayang, hey, udah subuh loh," ucap seorang pria. Pria yang begitu menyayangi dan mencintai wanita yang tengah tertidur dengan keringat yang membasahi wajahnya. Mala membuka matanya perlahan.

"K-kakak?"

"Iya, kenapa? Kangen? Baru juga ditinggal sehari," balasnya dengan nada merajuk. Mala menggeleng pelan.

"Kamu ga kangen aku? Yang benar aja, Zani masa umi ga kangen abi?" adunya pada perut buncit Mala.

"Kamu kenapa, hmm? Tidur apa olahraga, sampai keringatan gitu. Udah gitu nangis lagi,"

"I-ini beneran Kak Arkan? Bukan Andreas?"

"Andreas siapa? Semalem kakak nemenin kamu tidur loh," Mala langsung memeluk tubuh lelaki tersebut sangat erat. Apakah tadi mimpi? Atau justru ini mimpi? Kalau iya, Mala tak ingin bangun sekarang.

"Mala kangen kakak," pria yang tak lain adalah Arkan, hanya bisa mengusap kepala Mala. Sepertinya ada yang mengganggu tidur cantik wanitanya.

"Kakak disini, Mal,"

"Jangan pergi please,"

"Ga akan,"

"Andreas siapa, kamu selingkuh ya?"

"Jangan dibahas dulu, hisk, masih takut, hisk," balas Mala ditengah tangisnya.

"Iya iya, maaf, sekarang sholat yuk, biar hatinya tenang,"












Alhamdulillah selesai juga. Kira-kira, yang mimpi yang mana?

Ada extra chapter lagi? ~ Arkan

Ga ada!

Terimakasih yang udah mampir dan votmen. Arkanza masih bisa dijumpai di IG rp nya ya : @dav.arkanza

See you

AA Davendra 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang