19. Ahmad Arkanza Davendra

52 10 3
                                    

Arkanza Davendra, laki-laki yang sudah membuat banyak wanita terpesona. Nirmala, dialah salah satunya, wanita ini tengah mengandung buah cintanya dengan Arkanza. Begitu banyak ujian yang harus mereka lewati dari awal pernikahan sampai detik ini.

Dari mulai Putri yang mencoba membuat mereka renggang. Kemudian, penyerangan berakhir Mala yang terjun dari mobil. Kemudian, kejutan ulang tahun Arkan yang berujung kekecewaan Arkan. Disusul saat ini, penyakit Arkan yang baru ia ketahui.

"Ya Allah, jujur Mala ga kuat," gumam Mala. Pertemuan nya dengan Arkanza, kekasih Rinjani membuatnya semakin bingung dengan skenario yang telah dibuatkan untuknya. Lelaki itu, sangatlah mirip dengan suaminya.

"Zani yang kuat ya, nak, umi yakin kalau kita bakal bareng lagi sama abi," ucap Mala sambil mengelus perutnya.

Hari ini jadwalnya untuk mengecek perkembangan calon anaknya. Ingin rasanya ditemani Arkan, suaminya, namun, keinginan itu hanyalah khayalan semata. Sampai detik ini, Raya tak mengetahui putranya tengah berjuang. Hanya Fajri dan dirinya.

Perjalanan menuju rumah sakit begitu singkat. Hanya berjarak sekitar 1 km dan ditempuh menggunakan mobil. Ia memberanikan diri untuk datang kerumah sakit sendirian. Beberapa pasang mata memperhatikan nya dengan tatapan berbeda.

"Periksa kandungan nduk?" tanya ibu-ibu yang ada disebelahnya. Ia tengah menunggu giliran.

"Iya bu," balasnya ramah.

"Suaminya mana? Kayak saya dong, ditemenin suami saya," balas seorang wanita yang ada disebelah kirinya.

"Tidak usah didengarkan, nikah muda ya?" Mala mengangguk pelan.

"Nikah muda atau hamil diluar nikah? Kelihatannya masih anak-anak," Mala tersenyum simpul dan menatap wanita itu. Ia memperhatikan dari atas sampai bawah.

"Bukannya itu mba?" tanya Mala.

"Jangan sembarangan ya mba," timpal seorang pria yang diyakininya suami dari mba-mba yang ada disebelahnya.

"Ups, maaf,"

"Nirmala Adisti Davendra,"

"Saya sus,"

"Silahkan, anda sudah ditunggu," Mala hanya mengangguk dan berpamitan pada ibu-ibu yang menemaninya tadi.

"Davendra? Istrinya Arkanza dong," sebelum masuk ruangan Mala sempat mendengar itu.

"Silahkan duduk, Arkan nya mana? Tumben,"

"Lagi ikut ayah,"

"Masih muda tapi kerjaannya udah numpuk aja ya,"

"Hehehe, maklum aunty, bisnis men," kekeh Mala. Dokter yang menanganinya adalah Shafira, istri dari Ricky.

Mala mulai membaringkan dirinya untuk diperiksa kondisi calon anaknya. Terlihat jelas janin yang tengah ia kandung. Sudah lengkap, tinggal menunggu kelahirannya saja.

"Lihat Mala, Zani nya sehat, sering nendang ga?"

"Iya, nendangnya lumayan keras juga,"

"Alhamdulillah kalau gitu, sering-sering dengerin musik atau sejenisnya ya, biar tambah aktif," Mala hanya mengangguk. Setelah selesai, Shafira langsung menulis resep vitamin yang harus ditebus Mala dan memberikan hasil USG nya.

"Datang kesini lagi pas bulan ke7 ya, kalau bisa minta ditemenin Arkan, supaya dia tau apa saja yang harus dipersiapkan,"

"Iya aunty, kalau gitu Mala permisi, assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam," Mala memejamkan matanya sejenak. Semoga saja Arkan sudah dirumah saat pemeriksaan selanjutnya.

"Mala," ia menoleh dan mendapati Jeno di sana.

"Ikut gue,"

"Kemana?"

"Arkan pengen ketemu lo,"

"Serius?"

"Iya, hari ini dia akan melakukan operasi, dia pengen liat lo, seenggaknya terakhir sebelum dia ga ada," Mala menarik napas sejenak. Dan mengangguk pelan. Ia mengikuti langkah Jeno menuju sebuah ruang ICU. Didepan ruang tersebut, terdapat Fajri dan Adrian.

"Cepet amat," gerutu Adrian.

"Tadi gue ketemu Mala didepan ruangan nya aunty Shafira," balas Jeno.

"Boleh Mala masuk?" tanya Mala.

"Silahkan,"

Kakinya mulai melangkah pelan menuju brangkar, terdapat seorang laki-laki yang amat ia cinta dan ia rindukan. Ia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh.

"A-assalamualaikum," lirih Mala.

"Waalaikumsalam," senyuman Arkan tercetak begitu jelas. Tangannya mulai bergerak mengusap bulir-bulir yang tanpa sengaja jatuh.

"Jangan nangis," tangannya beralih pada perut yang kian membuncit.

"Baru periksa ya?" Mala mengangguk pelan.

"Gimana?"

"A-alhamdulillah sehat,"

"Insya Allah kakak akan sembuh demi kamu dan Zani," air mata Mala kian mengalir deras. Ia tak bisa menahan semuanya.

"Sstt, jangan nangis, do'ain kakak ya,"

"Selalu,"

"Peluk, mau?" Mala mendekap tubuh yang amat ia rindukan kehadirannya. Ia ingin mendekap nya lebih lama.

"Maaf, pasien akan segera kami bawa ke ruang operasi,"

"Sebentar, sus, inget pesen kakak, habis ini pulang dan jangan kembali sebelum dijemput Jeno atau Adrian, kakak ga mau kamu nangis setelah ini. Paham?" terpaksa Mala mengangguk. Ia keluar setelah mendekap kembali tubuh Arkan. Fajri membawa Mala kedalam rangkulannya, berusaha menguatkan menantunya. Pintu ICU mulai terbuka, brankar berisi Arkan berjalan melewati mereka.

"Sebentar, sus, Jen,"

"Anterin Mala pulang," Jeno hanya mengangguk.













Mari kita berdoa untuk Arkan, semoga lekas sembuh

Sembuh ga sembuh masih jalan kan ceritanya? ~ Arkan

Tamat lah

AA Davendra 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang