13. Ahmad Arkanza Davendra

65 15 10
                                    

Mala sudah dipindahkan ke ruang rawat pagi tadi. Arkan tak meninggalkan Mala barang sedetikpun. Ia selalu berada di sebelah Mala sambil menggenggam tangannya. Ia juga tadarus sambil sesekali mengusap perut Mala.

"Sadaqallahulazim, oh ya, kemarin kakak sempet nanya dokter masalah jenis kelamin,"

"Apa kak? Laki-laki atau perempuan?"

"Suprise dong, kalau kakak kasih tau kamu sekarang, nanti readers tau lagi,"

"Eh iya ya," kekeh Mala.

"Rencananya, hari ini kakak mau ngadain 4 bulanan, eh kalian nya masuk rumah sakit,"

"Ga papa, kak, bisa nanti,"

"Kakak takut kalau ga bisa ngadain itu, kalaupun ngadain, mungkin tanpa kakak,"

Arkan kembali mengusap perut Mala. Ia harap, anaknya lahir dalam keadaan sehat dan tanpa kekurangan apapun. Ia harap, ia bisa menemani anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang berbakti, tentunya tak seperti dirinya. Ia janji tak akan terlalu menekan dan memaksa anaknya seperti yang ia mau. Ia akan mendukung apapun itu, selama itu baik.

Hari silih berganti. Mala sudah kembali sehat seperti sedia kala. Namun, kali ini Arkan begitu posesif. Bahkan dia rela menyewa beberapa asisten rumah tangga untuk membantu Mala.

"Ya Allah cape banget ngurus skripsi," keluh Arkan.

Saat ini, hanya ada Arkan yang telah dikecewakan. Tidak ada lagi Arkan yang dulu. Yang selalu bersikap kocak, menunjukkan kemesraan. Yang ada sekarang yaitu Arkan yang terlihat cuek, dingin, dan jangan lupakan kebiasaan baru Arkan, pergi ke clubbing. Sesekali ia pergi kesana tanpa sepengetahuan siapapun. Dia hanya ingin menghilangkan stress yang menimpanya. Tenang, dia masih bisa mengontrol diri agar tidak salah melangkah.

"Permisi tuan,"

"Ada apa?" tanya Arkan.

"Ada tamu tuan," Arkan melirik jam tangannya. Sudah pukul 12 malam, siapa yang bertamu tengah malam seperti ini?

"Jeno dan Adrian?"

"Bukan, seorang wanita," Arkan mengerutkan keningnya. Wanita? Siapa?

"Tunggu 5 menit,"

"Baik tuan," Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia ingin melihat istrinya, apakah masih terjaga atau sudah tidur.

"Kenapa belum tidur?"

"Nunggu kakak," balas Mala sambil tersenyum.

"Eum, didepan ada tamu perempuan. Mau nemenin aku ga?"

"Siapa?" Arkan menggeleng.

"Ya udah yuk," Arkan dan Mala berjalan beriringan menuju ruang tamu. Arkan berdecak kala melihat tamu yang datang.

"Malam Ar,"

"Siapa?"

"Ga tau," balas Arkan.

"Pak Budi!" seorang pria dengan seragam satpamnya datang dengan tergesa-gesa.

"Siap tuan,"

"Bawa wanita ini pergi,"

"Baik tuan,"

"Jangan, biar saya yang berbicara dengannya, Kak Arkan kekamar aja," cegah Mala. Mala mengintrupsikan Arkan untuk masuk.

"Pak Jaja," seorang pria datang dari arah dapur.

"Saya nyonya,"

"Tolong buatkan minuman untuk tamu kita dan jus jeruk buat Mala,"

"Baik, nyonya," sebenarnya asing bagi Mala panggilan nyonya, tapi ia harus terbiasa, atas perintah suaminya, Arkan.

"Silahkan duduk,"

"Kalau boleh tau, mba nya siapa ya?"

"Saya Rinjani, masalalu Arkanza," Mala memperhatikan Rinjani dari bawah sampai atas.

"Kenapa ya?" Mala tersenyum dan menggeleng pelan.

"Selera Kak Arkan ternyata kek gini? Kok sekarang malah milih modelan Mala?" batin Mala.

Kalau kalian mau tau seperti apa Rinjani itu, akan dijelaskan sedetail mungkin.

Rinjani Christian, anak bungsu dari keluarga ternama di London. Ia merupakan blasteran Indonesia-Inggris, ayahnya berasal dari Indonesia, sedangkan ibunya dari London, Inggris. Dari kecil, ia amat dimanjakan dengan fasilitas yang diberikan orang tuanya. Hingga saat menginjak masa remaja, pergaulan nya tak terkontrol. Ia sering pulang dengan keadaan mabuk dan diantar oleh seorang pemuda berbeda setiap harinya.

Sekarang, ia datang ke Indonesia bertujuan untuk bertemu Arkan. Lelaki yang sudah lama mencuri hatinya. Penampilan nya bisa dibilang seperti wanita malam, untuk malam ini. Sebelumnya, saat bertemu dirumah sakit, bisa dibilang sedikit menutup aurat.

Saat ini, ia menggunakan dress tanpa lengan dengan panjang 10 cm diatas lutut. Warnanya sesuai dengan warna kesukaan Arkan, abu-abu. Ia sengaja, agar Arkan tertarik. Tapi, ketahuilah, sesering apapun Arkan ke clubbing dan bertemu wanita seperti itu, ia tak akan pernah mau disentuh apalagi menyentuhnya. Ia tetap menghargai wanita lain yang memang bukan mahram nya.

"Yakin kalau Arkanza setia?"

"Yakinlah,"

"Seyakin apa? Bukankah yang mengenalnya lebih lama, dia yang paling tidak bisa dilupakan?"

"Hahaha, aduh lawak banget mba nya," ucap Mala dengan nada yang dibuat-buat.

"Sok paling tau tentang Arkanza, nih ya mba, kalau di telisik lebih dalam, justru saya yang paling tau Arkanza, situ cuma nemenin 3 tahun,"













Siap-siap yuk, part selanjutnya bakal ada adu mulut. Siapa yang kangen kejulitan Mala?

Mak, kalau anak gue cewe jangan julit-julit ya ~ Arkanza

Amann

AA Davendra 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang