10. Ahmad Arkanza Davendra

73 17 8
                                    

Mala mengusap perutnya dengan berlinang air mata, saat suaminya pergi tanpa sepatah katapun. Bukan drama, namun, ada rasa sakit didadanya. Ia baru tau, efeknya seperti ini. Sampai-sampai, ibu mertuanya meminta Arkan untuk meninggalkannya.

"Mala, pulang sama kakak ya," Mala menempis tangan Nada dari bahunya.

"Ga usah sok perhatian! Bang, kenapa abang ga berpikir panjang sih! Abang lebih kenal Kak Arkan dan keluarga, kalian punya dendam apa sih sama Mala?"

"Mal,"

"Kalian diam!"

"Dulu, Kak Nada buat Mala tersesat dihutan, sekarang kalian berdua mau buat rumah tangga aku hancur? Mala salah apa?!"

"Apa karena padepokan jatuh ke tangan abi? Iya?!"

Plakk

"Jaga ucapan lo! Ga pernah terpikirkan sama gue buat hancurin kehidupan lo, Mal!" ucap Nada setelah melayangkan tamparan.

"Terus, ini apa! Kakak penyebab kepribadian gelap aku muncul, kakak penyebab Arsyad pergi dari padepokan, kakak penyebab bunda dan orang tua aku adu mulut. Semua itu, hancurin aku secara perlahan!"

"Mala, Nada udah!" lerai El.

"Kamu juga, ga seharusnya kamu nampar Mala,"

"Dia pantes dapet itu, karena ga dipikir dulu sebelum ngomong,"

"Kalau gitu, apa yang harus Mala lakuin atas semua tindakan yang kakak lakuin? Kalau omongan kayak gitu aja ditampar, apa dengan cara membunuh untuk menghentikan semuanya?"

"Lo mau bunuh gue?"

"Kal- sshh," tiba-tiba saja kepala Mala terasa pening. Pandangannya mendadak buram dan berakhir gelap.

"Mala!"

*:..。o○ ○o。..:*

Prank

Brakk

Terdengar beberapa benda pecah akibat ulah seorang pria. Ia membuang semua yang ada disekitarnya.

"Arghh, BRENGSEK KALIAN SEMUA!" teriaknya.

"Kenapa?" tanya Adrian pada Jeno. Mereka baru saja sampai markas, namun langsung disuguhi Arkan yang tengah mengamuk.

"Minum lagi kayaknya," balas Jeno. Pukul 11 malam. Ga biasanya Arkan ngamuk tengah malam.

"Lo kenapa?" tanya Jeno setelah Arkan sedikit tenang. Ia duduk bersandar dengan napas yang memburu.

"Kandungan Mala bermasalah," lirih Arkan.

"Sekarang, Mala di ICU, dia harus dapet perawatan intensif, supaya kandungannya baik-baik aja," lanjut seorang pemuda yang sedari tadi memperhatikan.

"Lah, sejak kapan lo disitu?"

"Ga penting,"

"Kalau gitu, kenapa lo ga nemenin Mala?"

"Biarin dulu, Jen," Jeno hanya mengangguk dan menjauh dari Arkan.

"ZANI MAAFIN ABI!" teriak Arkan.

"Sampurasun, ada apa nih?"

"Diem dulu," beberapa anggota yang baru datang memilih diam, sesuai intruksi Jeno.

"Lo mau kemana?" tanya Achaz saat melihat Arkan menyambar kunci nya.

"Mau kerumah sakit,"

"Jangan bawa motor sendiri, bahaya buat lo," timpal Jeno. Dia tau bagaimana Arkan kalau marah. Ga mikir beberapa menit kedepan, yang penting emosinya tersalurkan.

"Bawa motor gue, Dri setir mobil," Jeno dan Adrian mengangguk.

*:..。o○ ○o。..:*

Air mata Arkan kembali mengalir melihat Mala dengan beberapa alat medis ditubuhnya.

"Ini salah gue, seharusnya gue ga libatin Mala dalam rencana gue,"

Seorang wanita mendekatinya dan memberikan sebuah sapu tangan. Arkan mendongak dan menempis tangan wanita tersebut.

"Ga usah sok baik," ketus Arkan.

"Maaf, mba siapa ya?" tanya Achaz.

"Hanya orang biasa," Achaz merasakan ada sesuatu di diri perempuan itu.

"Sudahlah, tidak perlu ditangisi. Lebih baik ikut aku, aku akan membuatmu puas,"

"Anjing,"

"Sebrengsek-brengseknya gue, gue ga akan pergi sama jalang kayak lo!"

"Seriusly? Bukankah, kita pernah saling mempunyai rasa?"

"Anda siapa?" tanya Achaz sambil menjadi penengah diantara Arkan dan wanita, ntahlah siapa.

"Anda masih punya harga diri bukan? Lebih baik anda pergi,"

"Tidak akan, aku dan Arkan pernah mempunyai rasa yang sama. Kami saling mencintai,"

"Rinjani Christian, itukah anda?" Arkan menoleh mendengar nama Rinjani.

"Wow, hebat kamu, kita belum berkenalan loh,"

"Tambah murah," ucap Arkan tanpa menatap Rinjani. Ia bahkan melangkahkan kaki untuk menjauhi mereka.

"Ga usah ngejar gue, jaga ruang ICU, kalau nyari gue, gue dimasjid," Arkan kembali melangkahkan kakinya menuju masjid, ia ingin menenangkan pikirannya.

"Dari kemarin kek kemasjid, malah mampir club," gerutu Adrian.

"Setannya lagi ngajak kesono," balas Jeno asal.














Cie orang baru

Kakak author, jangan di bikin genit ya, Kak Arkan nya ~ Mala

Siap Mala, Mala tidur aja deh

Oke siap ~ Mala

AA Davendra 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang