17. Ahmad Arkanza Davendra

49 12 7
                                    

Dari Nirmala Untuk Arkanza

.

.

Tersenyum, namun bukan senyum bahagia. Ini yang ia takutkan, perkataan Arkan kemarin mempunyai arti. Perlahan, Arkan akan meninggalkannya. Ia mengetahui hal ini bukan dari Fajri, tapi dari Arsyad. Dia masih mau membantu Mala, asal tak berhubungan dengan nyawa.

"Mala," Mala langsung menghapus air matanya.

"Kangen Arkan ya?"

"I-iya bunda,"

"Berdo'a, semoga Arkan dalam lindungan Allah,"

"Aminn," Raya kembali meninggalkan menantunya. Ia memberikan Mala waktu untuk berdoa dan sebagainya sebagai penyalur rindu.

Setelah selesai dengan shalatnya, Mala menuju meja belajar Arkan. Ia mengambil buku dairy dan mulai menulis disana. Ia takut jika nanti, Arkan tak kembali dan dirinya tak selamat saat melahirkan putri mereka. Ia akan menuliskan semua kenangannya dengan sang suami dibuku ini, agar putrinya bisa mengetahui perjuangan cinta abi umi nya.

Dari Nirmala Untuk Arkanza

Kak, pertemuan kita mungkin telah direncanakan oleh Allah, jauh sebelum kita dilahirkan. Kakak tau, sebenarnya, Mala senang saat kakak datang menghadap Abi. Mala bahagia banget, waktu abi ngasih tau kalau kakak melamar Mala.

Tapi, Mala sok jual mahal ya, hehehe. Abisnya cowo modelan kakak kebanyakan suka mainin cewe, jadi neting mulu, maaf ya.

Kakak harus tau, kalau Mala sayang banget sama kakak. Mala rela tau gantiin posisi kakak saat ini, bahkan Mala rela pergi duluan. Mala ga bisa kalau tanpa kakak, tapi, Insya Allah kakak bisa tanpa Mala. Ya walaupun aku ga yakin, hihihi.

Mala kangen banget sama kakak. Pengen nemuin kakak di ICU, tapi kakak pernah bilang sama Mala. Ga usah nengokin. Ah jadi serba salah.

Love you kak

Mala menutup bukunya. Ia teringat beberapa momen dengan Arkan. Dari mulai bertemu sampai malam sebelum ia tau kalau Arkan memiliki kelainan jantung.

"Baru kakak loh, yang buat aku kayak gini. Sabar ya sayang, nanti pasti ketemu abi lagi," ucap Mala. Ia menuju ranjang untuk sekedar mengistirahatkan diri. Jika ditanya, apa saja yang ia rindukan dari sosok Arkanza? Maka ia akan menjawab semuanya, semua tentang Arkanza ia rindukan. Tiba-tiba saja ponselnya berdering.

+62 845xxxx
Malam

Siapa?

Rinjani

Oh
Kenapa? Penting?

Sedang ditinggal sendirian?

Kaga, napa dah?

Aku tau, Arkanza sedang tidak berada dirumah

Terus, apa peduli mba nya?
Ga usah hubungi Mala, lagi ngabisin duit Arkan nih

Mala melempar ponselnya asal. Moodnya seketika berubah akibat wanita sialan itu. Beberapa hari ini ia tak melihat atau menjumpai Rinjani. Apakah perempuan itu sudah menyerah, atau mencari strategi untuk mendapatkan nya? Ah sudahlah tidak penting.

"Hey, belum tidur?"

"Ka-kak Arkan?" Arkan tersenyum kearahnya.

"Tidur, udah malem tau,"

"Bu-"

"Sstt, bumil ga boleh tidur malem-malem, tidur ya, kakak temenin," Mala tersenyum dan mengangguk. Ia mulai memejamkan matanya, ia dapat merasakan usapan lembut dari suaminya.

Pagi kembali menyapa, Mala meraba tempat disebelahnya. Kosong. Mala menghela napas kasar. Ia lupa kalau suaminya ada dirumah sakit. Lalu semalam? Pasti hanya mimpi.

"Ya Allah, Mala kangen Kak Arkan," lirihnya.

"Mala, sholat subuh dulu, nak,"

"Iya bunda," Mala bergegas menggunakan hijabnya dan mengambil mukenah. Ia akan melakukan jamaah di musolla rumah.

Seusai shalat. Mala, memilih jalan pagi menghirup udara segar, ditemani Alya dan Lina. Dua perempuan yang amat dijaga Arkan sejak dahulu.

"Btw, lo udah akur kan sama Arkan?"

"Udah,"

"Alhamdulillah, eh iya kak, perkiraan dokter, Zani kapan lahir?"

"Insya Allah maret tahun depan,"

"Dan Mala harap, kakak ada disamping Mala," lanjutnya didalam hati.

"Yah, masih lama dong,"

"Sabar kali,"

"Oh ya, Arkan kemana?"

"Nyari duit lah kak, emang cowo kakak, ngabisin duit orang tua," timpal Lina.

"Gue aduin Arkan kalau lo demen sama Jeno," sebuah senyuman terbit diwajah Mala. Tak ada Arkan, masih ada mereka yang bisa menghibur nya.

"Pagi,"

"Astaghfirullah, zina mata, liat aurat orang lain," ucap Lina sambil menutup matanya.

"Bego, sejenis juga,"

"Eh iya ya,"

"Mba nya lagi, bosen saya," ucap Mala, sambil sesekali mengusap perutnya.

"Benar dugaan saya, kalau Arkanza sedang tidak bersama anda,"

"Terus?"

"Bentar, situ siapa?"

"Perkenalkan, saya Rinjani, calon istri Arkanza," seketika tawa Alya dan Lina pecah.

"Mba, kakak saya mana mau sama mba nya, hahahaha, iya ga kak?"

"Yoi, dengerin ya, selera ade gue, bukan modelan lo. Paham?"

"Rinjani,"

"Hai babe, lihat, kami sudah menjalin hubungan,"

"Ka-kak Arkan?"













Beneran Arkan?

Mak, ga terima nih bestie gue disakiti ~ Achaz

Woy lah gue setia! ~ Arkan

AA Davendra 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang