14. Bandara

7 1 0
                                    

Pertemuan Laudi dengan anggota ketiga mereka membuat gadis itu benar-benar senang. Ehill, yang kini memiliki nama Kara itu dulunya adalah rekan terdekat Laudi di masa lalu. Meski di kehidupan ini Kara masih merupakan anak SMA biasa, tetapi kemampuannya yang sudah bangki tetap luar biasa. Kara memiliki kekuatan untuk membuat portal dimensi yang bisa berpindah tempat. Dengan portal tersebut, Kara bisa bepergian ke mana saja cukup dengan membua portal dimensi. Syaratnya hanyalah Kara harus sudah pernah berada di tempat yang ditujunya tersebut.

Kara juga bisa membuat ruang manipulasi dimensi, dimana suatu tempat yang benar-benar ada menjadi termanipulasi seolah kosong atau tidak ditinggali siapa pun. Padahal di balik manipulasi itu, terdapat sebuah tempat tinggal tersembunyi. Itulah yang terjadi pada pelabuhan tersebut.

Kara memanipulasinya seolah-olah terlihat kosong. Namun ketika Laudi dan Leo memasuki portal hijau milik Kara, rupanya di dalam sana sudah penuh dengan para pengungsi yang selamat. Orang-orang ini membua tenda di tempat parkir hingga ke dermaga. Para tentara dan polisi yang selamat membantu menertibkan pengungsi yang jumlahnya mungkin sekitar ratusan atau bahkan ribuan orang. Pelabuhan itu benar-benar padat mulai dari pintu masuk sampai ke dermaga.

"Wuah! Gila! Ternyata banyak juga yang berhasil kamu selamatin, Kara," komentar Leo yang kini sudah menyimpan kembali Roan dan Abbas. Mereka beritiga berdiri tanpa hewan tunggangan.

"Apa kamu ngumpulin orang-orang yang selamat di seluruh pulau ini?" tanya Laudi kemudian.

"Sebagian iya, sisanya orang-orang yang memang ada di pelabuhan. Aku dibangkitkan tepat saat wabah terjadi. Makanya sempat buat tempat ini. Tadi waktu aku lagi mau ikut nyari ikan sama bapak-bapak abri itu, tiba-tiba aku ngerasa ada orang asing yang melewati perimeter dimensi manipulasiku. Makanya aku coba cek, rupanya kalian yang datang," terang Kara ceria.

"Oh gitu. Aku emang berharap bisa ketemu kamu lebih cepat. Syukurlah kita ketemu di sini," ucap Laudi kemudian.

"Kami juga ketemu beberapa orang yang selamat di kebun binatang. Kamu bisa bawa mereka kesini juga?" tanya Leo.

"Kebun binatang? Corux di sana gede banget. Aku udah sempat cek kemarin. Tapi karena banyak banget Moldennya, aku nggak berani masuk," ungkap Kara.

"Tenang. Semua udah beres kok. Kan ada Leo sang pembasmi sama Laudi si penghancur. Udah clear area sana. Cuma orang-orang yang selamat kejebak di rumah kacanya," lanjut Leo menerangkan.

Kara tertawa kecil. "Emang gokil kalian. Oke kalau gitu aku bakal bawa mereka ke sini. Ngomong-ngomong rencana kalian gimana? Kita harus nyari lima orang lain kan buat nutup portal dimensi?"

"Kami berencana ke Jogja dulu. Aku mau cek keluargaku sekalian cari lima orang lainnya sepanjang perjalanan. Semoga kita bisa ketemu Luxort. Dia bisa mendeteksi keberadaan sisa anggota kita. Terus gimana keluargamu?" Laudi balas bertanya.

"Udah. Aman kok mereka di sini. Aku bisa ikut kalian buat nyari lima orang sisanya," jawab Kara.

Setelah perbincangan singkat dan saling melepas rindu masa lalu itu, Kara lantas menjemput orang-orang di kebun binatang bersama Laudi dan Leo. Orang-orang itu berseru gembira ketika Laudi dan Leo datang kembali menjemput mereka menuju pengungsian resmi yang jauh lebih baik dan aman. Meski beberapa orang tampak masih ingin mencari keluarga mereka, tetapi Leo berhasil meyakinkan orang-orang itu untuk tetap bersabar dan bertahan di pengungsian terlebih dahulu.

Sekembalinya mereka ke pelabuhan, Kara tampak berpamitan dengan keluarganya yang sekarang. Orang tua Kara terlihat baik hati. Keduanya berpesan kepada Laudi dan Leo untuk menjaga putri semata wayangnya selama perjalanan. Laudi terntu saja menjanjikan hal tersebut. Akhirnya kedua orang tua Kara itu pun melepas kepergian putrinya dengan berat hati.

Ketiganya kini berdiri di depan pelabuhan kosong, sudah keluar dari ruang manipulasi Kara.

"Aku nggak bisa buka portal ke Jogja karena belum pernah ke sana. Tempat terdekat yang pernah aku kunjungi cuma Surabaya. Mau ke sana dulu aja?" tanya Kara kemudian.

Laudi dan Leo pun mengangguk setuju. Kara kembali membuka portalnya yang berbentuk pusaran gelap dengan aliran listrik berwarna hijau. Laudi masuk terlebih dahulu, diikuti Kara dan Leo. Melewati portal dimensi rasanya seperti disedot oleh sebuah mesin vakum raksasa. Seluruh partikel tubuh Laudi seolah diurai menjadi serpihan-serpihan kecil, lantas disatukan kembali setelah sampai di tujuan.

Laudi melangkah keluar dari portal dan menemukan kekacauan yang tak terperikan. Bandara Juanda porak poranda. Molden berwujud manusia dengan tubuh bersisik dan wajah reptil memenuhi tempat tersebut. Sosok itu merupakan hasil dari inkubasi tubuh manusia yang sudah matang. Mereka keluar dari selaput jaringan organisme Corux lantas menjadi monster setengah reptil yang ganas dan jahat. Jiwa manusia mereka sudah lama sirna, berganti dengan akal ras Drakonian yang gemar merusak dan menguasai

Beberapa Molden reptil itu menyadari kemunculan portal dimensi milik Kara, mereka langsung menyerang Laudi ketika gadis itu baru saja keluar dari portal. Laudi yang terkejut tidak sempat menghindar. Ia hanya bisa mengangkat kedua tangannya untuk melindungi diri. Alhasil kedua lengan Laudi tersebut, berikut wajah dan perutnya, sukses terkena cakaran Molden-molden reptil tersebut. Laudi terlempar mencium tanah.

Leo yang sudah lebih siap langsung memanggil Roan dan Abbas untuk menyingkirkan para Molden yang menyambut mereka. Pertarungan duan binatang buas Leo dengan para Molden reptil itu pun berlangsung seru. Raungan, cakaran dan hingga auman Abbas memenuhi area tersebut, dan justru memancing lebih banyak Molden reptil lainnya untuk mendekat.

Kara mengirim para molden-molden itu menjauh dengan portal dimensinya. Meski begitu mereka masih terus berdatangan seakan tidak ada habisnya. Laudi yang akhirnya sudah bisa menguasai diri, lantas memanggil senjata senapan otomatisnya yang besar. Berondongan peluru menembaki para molden dengan cepat dan melempar mereka menjauh hingga lima meter ke belakang. Beberapa Molden berhasil dibunuh, tetapi masih banyak yang lainnya.

Leo segera memanggil hewan buasnya yang lebih digdaya, Basil. Ular kobra raksasa itu dengan cepat mencaploki molden-molden reptil yang berkerumun. Sementara Basil terus melata, para molden yang masih bebas mengeroyok tubuh ular tersebut hingga terluka parah. Keadaan rasanya nyaris tidak berimbang. Laudi kembali memanggil senjata otomatisnya yang lain. Dengan dua senapan besar itu ia pun bisa membunuh lebih banyak molden lain.

Setelah kurang lebih dua puluh meni bertarung, akhirnya keadaan pun bisa dibalikkan. Laudi, Leo dan Kara mulai berada di atas angin. Mayat-mayat molden bergelimpangan dengan darah hijau yang busuk terciprat di mana-mana. Meski begitu kondisi mereka juga cukup parah. Selain Laudi yang terkena cakaran di perut dan lengannya, Leo dan Kara pun tak luput dari luka-luka.

Cakaran molden reptil itu sangat dalam dan menyakitkan. Darah terus mengalir dari luka menganga di tubuh mereka bertiga. Sebagian besar molden reptil berhasil dibasmi. Sisanya melarikan diri masuk ke dalam bangunan bandara. Sambil terengah-engah dan menahan nyeri, Laudi menghampiri kedua rekannya yang juga sudah kelelahan. Hewan-hewan buas Leo juga terluka. Ketiganya sudah kembali ke ruang dimensi milik Leo dengan luka yang belum dirawat. Basil memperoleh luka paling parah.

The Fifth DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang