1

311 32 0
                                    

            Diamatinya tiga sekawan yang tengah asik berbincang tanpa adanya guru mereka, ia terbang menukik, mengepakkan sayap dan mendarat dengan mulus di bahu kiri pemuda berambut landak. Empunya tekejut bukan main kala tiba-tiba bahunya dijadikan tempat bertengger.

"Woah, burung itu lagi." Ucap Yuji dengan terkejut, matanya berbinar senang.

"Sepertinya dia sangat menyukaimu Fushiguro." Kugisaki mendengus, ia masih kesal akan penolakan yang dulu pernah ia lakukan.

Ia terdiam canggung, bukan sepenuhnya salahnya jika ia menolak. Ia hanya tak mau repot-repot menggunakan sihir penyembuh pada pencernaannya yang bermasalah saat berubah menjadi manusia. Usapan lembut ia rasakan pada puncak kepalanya, Yuji mengusap-usap punggungnya lalu bermain-main dengan sayap hitamnya.

"Burung ini penurut sekali, dia bahkan tidak berontak saat sayapnya kumainkan."

Yuji menggerak-gerakkan sayapnya, membuatnya seperti tengah melakukan pose hormat ala militer.

"Kau benar, mungkin saja dia burung peliharaan yang kabur dari majikannya." Ujar Fushiguro.

Ia diam mendengarkan semua komentar mereka, menikmati angin yang berembus sepoi-sepoi di siang hari yang panas itu.

"Hei bocah, kau yakin burung itu binatang sungguhan dan bukannya kutukan?"

Sebuah mata dan mulut tambahan tiba-tiba muncul di bawah mata sebelah kanan Yuji. Melayangkan tanya dengan nada merendahkan, sungguh tak enak didengar oleh telinga. Fushiguro dan Kugisaki mengernyitkan dahi, heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba terlontar. Mereka sama sekali tak menaruh rasa curiga sedikitpun.

"Tentu saja, memangnya kenapa?" tanya Yuji.

Mulut itu menyeringai, "Aku merasakan energi kutukan padanya."

Mata ketiganya melebar, tak percaya pada perkataan yang keluar dari mulut itu. Seketika itu juga ketiganya menatapnya dengan tajam, meneliti setiap jengkal tubuhnya.

"Tidak mungkin, aku tak merasakan apapun, tak ada keanehan dari burung ini."

"Bodoh, mana ada hewan yang sama sekali tak terkejut saat melihatku muncul?"

Kutukan sialan, batinnya. Pelipisnya berkedut kesal, ia mengibas-ngibaskan bulu-bulunya pada mulut itu, berharap agar segera menghilang. Intuisinya mengatakan jika hidupnya tak akan tenang lagi kalau mulut itu tak segera berhenti bicara. Dan ia tak pernah meremehkan intuisinya sebab intuisi adalah sesuatu yang tak boleh diabaikan. Intuisi menunjukkan data yang diproses terlalu cepat untuk mampu dipahami alam sadar.

"Kalau begitu kenapa tidak kita buktikan saja?" suara bariton itu berasal dari pria dengan helaian putih di kepala yang tengah berjalan mendekati mereka. Sosok itu berjongkok, memungut beberapa butir kerikil.

"Bagaimana caranya?" tanya Fushiguro.

Dengan cepat ia mengepakkan sayapnya saat sesuatu dengan kecepatan tinggi mengarah padanya. Ia bertengger di atas kepala Yuji seraya menatap tajam dalang di balik perbuatan itu.

"Ahaha benarkan dia kutukan. Binatang biasa mana mungkin bisa menghindar secepat itu." Mulut itu kembali mengeluarkan suaranya lagi.

Yuji dengan cepat menampikkan tangan kepadanya, ia terpaksa terbang menjauh. Kerikil berkecepatan tinggi itu terus saja terarah padanya, ditambah tiga sekawan itu mulai menyerang. Ia merubah wujud menjadi lalat kecil saat sayap kirinya hampir tertebas oleh serangan Yuji. Ia melesat ke dalam pepohonan, dan mereka mengikutinya dengan cekatan.

Lethe (Gojo Satoru × Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang