Ia membidik di balik tembok yang tengah ia jadikan tameng akan lemparan cairan-cairan berlendir nan menjijikkan. Tembok abu-abu berlumut itu mulai menipis oleh gempuran cairan asam yang tengah ia hindari. Ia menggeser tubuh dengan gesit kala tembok itu runtuh, hampir menimpa tubuh yang dibalut seragam hitam khas sekolah menegah atas jujutsu.
Panah hitamnya melesat di antara liukan-liukan makhluk astral yang tidak sembarang orang bisa melihat. Meledakkan gumpalan-gumpalan daging dalam kepingan hitam. Angin bertiup semakin kencang, prajurit spartoi miliknya dengan beringas membabat habis kutukan-kutukan yang lebih lemah. Sudut bibirnya tertarik ke atas, menggunakan mereka sebagai pion merupakan sebuah taruhan. Beruntunglah ia bahwa kutukan-kutukan itu tak mengetahui kelemahan pasukannya yang-kalau dipikir-pikir lumayan konyol. Cukup lemparkan batu di antara meraka, dan prajurit spartoi itu akan bertarung satu sama lain.
Misi yang diembannya kali ini merupakan titah dari para petinggi, ia dikirim ke sarang kutukan. Tempat di mana kebencian meluap-luap. Ironisnya, tempat itu semestinya mencetak orang-orang berbudi luhur, bukannya kutukan-kutukan penghancur. Tombaknya menebas daging dengan mata yang bertebaran. Ia mengernyit jijik, bau anyir memenuhi indera penciuman.
Untuk sebuah misi yang dilimpahkan padanya seorang diri, bukannya ini terlalu brutal? Ia kehilangan hitungan saat menusuk mata kutukan yang paling besar tadi. Dan sekarang ia berhadapan dengan kutukan yang pernah membuat Yuji dirundung pilu selama beberapa hari. Kulit yang penuh tambalan dan juga seringaian nakal. Ia mendengus tak suka saat sosok dengan pakaian compang-camping itu mencoba menyentuh tubuhnya.
"Ohoho, seorang wanita rupanya." Ucapnya girang, bak seorang bocah yang berhasil mendapatkan mainan kesukaannya.
Ia mengernyitkan dahi, Ijichi barangkali tidak mengetahui kehadiran makhuk yang satu ini. Kutukan itu meledak, tidak, lebih tepatnya mentransformasikan tubuhnya menjadi bulu babi raksasa. Ia benci bulu babi, rasanya sakit sekali saat menancap di kaki. Merepotkan, pikirnya. Ia tak ingin berurusan dengan makhluk itu lebih lama lagi.
Tabir tersingkap tak lama setelah tombaknya menancap kuat di batang pohon berkerak, kutukan itu berhasil melarikan diri untuk yang kesekian kali. Ia memutar badan, Ijichi tak sendirian, ada sosok tambahan yang tak diundang berjalan di sisinya. Spartoinya lenyap, mereka melaksanakan tugasnya dengan baik.
"Kukira kau tidak akan bisa mengatasinya sendirian." Ucap pria dengan penutup mata.
"Kau terlalu meremehkanku, Gojo. Apa kau lupa kalau aku pernah sekali menembus mugenmu? Kurasa kau ingin aku melakukannya sekali lagi."
"Heh, kenapa kau suka sekali menusukku dengan kata-kata tajammu."
Ia mengerlingkan mata, "Kenapa? Apa kau lebih suka ditusuk dengan pisau?"
Ijichi menatap keduanya dengan cemas. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, lelaki itu hanya ingin segera pulang lalu bercumbu dengan kasur empuknya jika ia tidak ingat bahwa ada satu dua laporan yang menanti dan juga dua orang dewasa yang sulit dimengerti.
"Setidaknya tusuk aku dengan panah asmaramu." Gojo mengedipkan mata kanannya, tak lama kemudian seringai jahilpun menyusul.
Ia menghela napas. "Aku bukan Eros, tapi kalau kau mau aku bisa memberimu panah beracun secara cuma-cuma." Tangan terlipat di depan dada, dagunya terangkat, balas menatap sengit.
Pria itu merasa tertantang, "Aku tidak yakin jika panahmu itu bisa menggores kulitku."
"Oh, benarkah?"
Kilatan imajiner tercipta ketika Ijichi mendengar wanita itu menuturkan kata untuk yang terakhir kali, sebelum akhirnya pergelangan sang wanita ditarik paksa dan kedua orang dewasa itu menghilang dari pandangan, meninggalkannya sendirian di tengah gelapnya malam. Ijichi menghela napas, satu lagi beban pikiran bertambah di kepala. Entah apa yang akan ia laporkan pada kepala sekolah nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lethe (Gojo Satoru × Reader)
FanfictionKetika Moirai telah mengambil peran dalam kehidupan suatu makhluk, memintal benang kehidupan mereka, mengukurnya, kemudian memotongnya dengan gunting kebencian. Maka tak ada suatu tempat di dunia untuk bersembunyi ataupun melarikan diri. Takdir tel...