Istana milik Hades tak pernah luput dari suasana muram. Dinding-dinding, tiang-tiang penyangga, bahkan lantainya sama-sama merepresentasikan kemuraman. Jalan di tengah halaman luas itu dihiasi dengan deretan cemara dan bunga narcissus yang berjejer rapi di kanan kiri, seolah menyambut kedatangannya. Ia berjalan di bawah cahaya temaram, langit dunia bawah tak pernah terang benderang, senantiasa kelabu dan berkabut.
Ia menolehkan kepala pada kebun delima, buahnya merah merekah, ia hampir-hampir tergoda untuk mencoba mencecap rasanya. Kebun itu milik ratu dunia bawah, Persephone. Si cantik yang diculik Hades untuk dipersunting, di kebun itu juga sang ratu tersedu merindukan sang ibu, sekali ia memakan buahnya maka ucapkan selamat tinggal pada dunia atas, dunia bawah adalah tempat keabadianmu setelahnya walau nyawa masih menetap pada raga.
Dinaikinya undakan yang mengarah pada pintu depan, ia melirik pada cerahnya kelopak narcissus yang terlihat kontras dengan tanah sekitar. Matanya mengerjap, ia harus segera berhenti dari acara nostalgianya, waktu terus berjalan tapi ia tak tahu seberapa lama yang telah ia habiskan, dunia bawah tak kenal siang malam.
•••
"Tolong ijinkan aku membawa kembali Itadori Yuji ke dunia atas, Yang Mulia."
Ia jatuh berlutut di hadapan sang nekrodegmon dan juga istrinya.
"Sudah berapa kali aku berhadapan dengan orang-orang sepertimu, putri dari Hecate."
Ia terdiam, tak berani menatap sosok yang duduk tenang di singgasana, busana yang dikenakannya bergemerlapan ditimpa cahaya dari lampu gantung. Dwisulanya tergenggam erat, wajahnya mengetat dengan janggut gelap yang lumayan lebat. Sang istri menyentuh pundaknya, mengusapnya pelan, ekspresinya melunak.
"Kau tahu jika aku tak suka kalau ada roh yang keluar dari dunia bawah 'kan?" tanyanya
"Ya, Yang Mulia."
"Kenapa masih nekat?"
"Karena belum waktunya ia kemari, Yang Mulia."
"Memangnya kau Lachesis yang berhak menentukan sudah waktunya orang itu mati atau tidak?"
"Tidak, Yang Mulia. Tapi aku dengar anda berbaik hati dengan orang-orang tertentu."
"Kau bukan bagian dari orang-orang itu, asal kau tahu."
Ditelannya ludah dengan susah payah, ia merasa gugup di bawah tatapan tajam sang raja.
"Ada seseorang di atas sana," ia memberanikan diri menatap sang raja saat Persephone menepuk punggung menyuruhnya berdiri, "Ada seseorang di atas sana yang memanggil kembali orang mati, aku akan membawakan kepalanya sebagai bayaran"
Muka Hades semakin tertekuk.
"Dia sudah tau, itulah sebabnya dia merasa kesal beberapa hari ini. Ditambah dengan permintaanmu yang agak sulit untuk dikabulkan membuatnya melampiaskan rasa kesalnya padamu, Pyrrha." Ucap sang ratu.
Pyrrha, nama yang sempat ia lupakan.
"Memenggal kepalanya masih belum cukup untuk mengabulkan permintaanmu."
Ia termenung menanggapi ucapan sang polysemantor-penguasa banyak benda. Matanya agak silau saat ia melirik pada interior balairung tempatnya bersimpuh, kemilau emasnya bertebaran di mana-mana.
"Aku menawarkanmu berkah umur panjangku." Ucapnya mantap.
Sesungguhnya inilah saat yang ia tunggu-tunggu, saat di mana ia bisa melepas kehidupan setengah abadinya. Ia sudah memikirkannya matang-matang selama beberapa tahun terakhir setelah lelah bertapa dengan nestapa. Ia ingin menghabiskan sisa umur yang tak seberapa panjang jika dibandingkan dengan dewa-dewi dengan orang terkasihnya, menua bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lethe (Gojo Satoru × Reader)
FanfictionKetika Moirai telah mengambil peran dalam kehidupan suatu makhluk, memintal benang kehidupan mereka, mengukurnya, kemudian memotongnya dengan gunting kebencian. Maka tak ada suatu tempat di dunia untuk bersembunyi ataupun melarikan diri. Takdir tel...