Aku selesai membersihkan diri, sebentar lagi waktu maghrib datang, sejenak ingin merebahkan diri sembari bermain gawai. Kulihat pesan masuk dari Aldi. Menghembuskan napas berat, kubuka pesan tersebut.
Jikalau bukan karena Aldi adalah dokter yang menangani asmaku, mungkin aku tak perlu merasa tak enak hati seperti tadi. Setelah lama membiarkan pesannya, akhirnya aku menjawabnya.
"Al, buka." Ku dengar suara Mas Tama dari balik pintu. Aku segera duduk dan mencari jilbab.
"Bentar, Mas."
Setelah merapikan jilbab, kubuka pintu kamar dan kudapati Mas Tama dengan wajah dinginnya.
"Ada apa, Mas?" tanyaku memastikan.
"Ayah sama Bunda mau datang, bahan masakan sudah lengkap, kan? Masak ya kalau sanggup, tapi gue harap lu sanggup deh, kan sudah tugas lu." Penjelasan Mas Tama mampu membuatku tertegun.
"Kok baru ngomong, Mas? Dadakan ini, Ya Allah."
Mas Tama memicingkan mata. "Yang penting gue ngomong, kan? Ya lagian siapa suruh main nggak kenal waktu," ucapnya sambil berjalan meninggalkan pintu kamarku.
Aku sedikit berlari menuruni tangga, mengambil stok daging yang sempat kubeli tadi. Daging ini rencana ingin kubuat bakso besok, namun demi menjamu Ayah dan Bunda Mas Tama, tak apa jika besok aku harus belanja lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti [TAMAT]
عاطفيةAku tak pernah menyangka dalam hidupku bisa menikah dengan dia, orang yang ku suka sejak lama, meskipun aku hanya sebagai pengganti pacarnya yang pergi di hari akadnya