Bab 1

121K 3.1K 26
                                    

Andrea menatap kosong ke arah kamar. Kamar sederhana yang terbuat dari papan kayu dengan kasur seadanya. Inilah Rumah Dion. Duda berumur tiga puluh tahun, seorang pemilik bengkel las yang cukup terkenal dikotanya. Sebuah rumah panggung terbuat dari kayu, yang mana lantai bawah adalah bengkel, sedangkan lantai dua dan tiga adalah kamar dan tempa tinggalnya.

Nasib malang menimpa Andrea. Kekasih hatinya yang juga karyawan Dion kabur saat pesta pernikahan. Dion dengan santainya mengatakan bahwa ia bersedia menjadi pengganti pengantin pria. Demi menutupi aib, akhirnya keluarga Andrea menyetujuinya dengan syarat Andrea akan dibawa ke bengkelnya saat selesai acara pernikahan mereka.

"Makan Dek." Dion membawa sebuah nampan bambu, berisi makanan dan lauk. Andrea hanya bisa menangis.

"Jangan menangis terus. Paijo (Rizal) tidak akan kembali padamu." Dion menata makanan itu di lantai.

"Kamu sekarang sudah jadi istri Mas. Mas bisa mencintaimu lebih besar dari Paijo." Dion mendekati Andrea terus menangis.

Dion menaruh tangannya dikepala Andrea, sembari berdoa yang terbaik untuk pernikahan mereka berdua. Dion duduk didepan istrinya. Sebenarnya rasa canggung menyelimutinya, karena mereka tidak saling cinta dan juga Dion tau saat Rizal dan Andrea berpacaran.

"Kenapa Mas Dion mau menikahi Andrea?" Andrea menatap Dion.

"Karena kamu cantik." Jawab Dion dengan santai.

"Apa jangan-jangan Mas Dion yang menyuruh Paijo kabur?" Tuduh Andrea.

"Mas nggak tertarik soal percintaan kalian Dek. Apa  Mas harus iri saat hidup menjadi duda Dek?" Dion tersenyum kecut.

"Ayo makan Dek. Ini masakan yang dibawakan ibu." Dion segera mengambil piring.

"Apa Mas tau kemana Paijo pergi?" Andrea tetap menyelidik. Dion menaikkan bahunya.

"Nggak." Jawab singkat Dion.

"Bohong" Andrea tak percaya.

"Sedih aja, ngeliat kamu yang kadang senyum sumringah, trus nangis harus malu. Jadi kamu mau jadi istri Mas atau enggak?" Hati Dion terasa sesak.

"Terpaksa." Andrea menjawab sekenanya.

"Ya sudah Dek. Kalau kamu nggak ikhlas." Dion menelan ludah kecewa.

Dion beranjak dari tempat duduknya. Ia tak jadi makan apa yamg sudah ada di piringnya. Ia menelan kekecewaan yang besar. Ia turun ke lantai dua, menyalakan kompor didapur untuk membuat kopi.

Andrea menatap piring makan itu utuh ditinggal oleh pemiliknya. Andrea tersadar perilakunya menyakiti Dion, lelaki yanh sudah menyelamatkan nama baiknya. Ia mengambil piring itu dan turun ke lantai dua.

"Mas, makanannya ketinggalan." Andrea mendekati Dion.

"Taruh saja. Aku nggak jadi makan." Suara Dion lirih penuh kekecewaan.

"Maafin Andrea Mas. Kita makan berdua yuk." Andrea mendekati Dion.

"Enggak usah. Kamu kalau lapar makan saja." Dion meninggalkan Andrea.

Duda Emang BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang