Semenjek penemuan benda laknat itu, Andrea menjadi sehat. Namun ayahnya enggan memberi tau siapa pemiliknya. Bengkel selalu ramai seperti biasanya. Dan Andrea selalu nongol disana sejenak untuk mencari teman bercanda recehnya.
"Tur. Hari ini bengkel kamu tutup ya. Aku mau ikut kelas Hamil." Dion memberi tau Guntur yang ada didepannya melihat truk yang akan diperbaiki.
"Lho, sampean hamil juga kah Mas?" Guntur meledeknya. Semua orang tertawa.
"Mas Dion.." Panggil seorang wanita berambut sebahu dan sangat cantik. Dion hafal suara itu.
"Ya Hil? Berikan sama Andrea saja."
Hilda menatap Andrea yang duduk di kursi Dion. Menatap aneh karena remaja sudah hamil besar. Baru sekarang Hilda bertemu dengan Andrea setelah sekian lama cukup mendengar kisah kontroversialnya dari para sesama pelanggan bengkel Dion.
"Ada yang bisa dibantu Mbak Hilda?" Andrea terseyum manis.
"Ini Mbak Andrea. Mau membayar tagihan si bos. Totalnya ada dua puluh lima juta ya?" Hilda menyerahkan dokumen pembayaran dan meminta nota.
"Baik. Ini pembayarannya mau via transfer atau cash? " Tanya Andrea.
"Cash saja mbak. Ini uangnya." Hilda mengeluarkan sebuah kantong kresek. Andrea segera menerima dan menghitung kembali uang itu.
"Nyapo rene neh?" Terdengar suara heboh dipelataran tempat kerja.
"Aku nyari Andrea." Suara pemuda terdengar tidak asing untuk Andrea.
Dion melepas sarung tangannya dan melihat pemuda itu. Ternyata dialah Rizal, mantan pacar Andrea yang meninggalkannya saatvakan ijab qobul.
"Ada urusan apa?" Dion menatap emosi padanya. Andrea memilih diam didalam rukonya, dan Hilda hanya meliriknya pelan-pelan.
"Mas..." Rizal terkjut.
"Iya. Apa? Sekarang urusan Andrea menjadi urusanku juga. Ada apa?" Dion mendekatinya.
"Aku minta uang yang buat pesta hajatan dikembalikan." Tanpa malu Rizal meminta uang itu.
'Bug!!' Guntur memukul wajah Rizal tanpa aba-aba.
"Tenang Tur. Kita dengarkan dulu dia. Berapa jumlahnya?" Tanya Dion.
"Tiga puluh lima juta." Jawab Rizal.
"Sedikit" Jawab Dion.
"Sedikit bagi Mas Dion yang pemilik bengkel." Rizal mengusap pipinya.
"Bagaimana jika ku panggil pak Abdullah, aku minta pak Abdullah menghitung semua kerugian materi dan moral serta nama baiknya?" Dion memberi penawaran.
"Mas Dion nggak tau, apa penyebab aku kabur." Rizal membela diri.
"Yang jelas kamu nggak tanggung jawab." Andrea keluar dan mendekati Dion
"Kamu bahkan sudah hamil dengan Mas Dion? Perempuan tidak setia." Olok Rizal.
'Bug, Bug!!" Akhirnya Rizal dipukuli orang banyak di bengkel dan diserahkan ke pihak berwajib.
"Mas, pipimu bengkak." Andrea mengompres pipi Dion dengan Es Batu.
"Nanti bisa kempes kok. Setelah isi torpedonya keluar." Dion mengurai kekhawatiran Andrea.
"Apa hubungannya?" Andrea meringis mendengar candaan vulgar itu.
"Hubungannya karena sama-sama enak."
"Yakin? Praktek kalau begitu." Tawar Andrea.
"Aduh Dek.. ternyata kalo buat ciuman bibir sakit." Dion meringis.
"Kalo diginikan sakit nggak?" Andrea mengelus torpedo Dion.
"Lebih sakit Dek. Karena nggak bisa fokus dek. Dah mau tidur aja aku Dek. Tapi jangan lupa dielus-elus ya.. Biar cepet tidur." Dion memegangi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Emang Beda
RomanceAndrea harus pasrah, saat calon pengantin prianya kabur dihari pernikahan. Demi nama baik, ia harus menikah dengan Duda berumur tiga puluhan yang pantas menjadi pamannya.. Harap bijak membaca cerita ini. Banyak unsur 18+ nya.. Author tidak bertangg...