Bab 23

29.2K 1.1K 8
                                    

"Jangan!! Jangan!!" Andrea mengigau.

"Dek, bangun Dek." Dion terkejut. Andrea membuka mata dan segera memeluk Dion.

Kehamilan Andrea sudah memasuki bulan ke empat. Selama trimester pertama semua aman saja. Tidak ada keluhan atau pun ngidam. Andrea lahap makan apapun memasuki bulan keduanya. Selain itu Lely setiap hari mengunjunginya entah pagi, siang atau sore.

Semingguan ini Andrea mimpi buruk. Ia selalu bermimpi didatangi perempuan berwajah menyeramkan. Dion selalu membacakan Al Quran sebelum Andrea tidur, namun hasilnya setiap malam Andrea selalu terbangun karena bermimpi buruk.

Pagi hari Andrea turun untuk melihat halaman bengkel suaminya. Sudah tiga bulan ia tidak membantu Dion mengatur Adninistrasinya. Andrea menatap sebuah gundukan tanah yang asing menurutnya.

"Mas, Mas Dion. Itu apa ya?" Teriak Andrea. Dion berlari menghampirinya.

"Apa Dek?"

"Itu gundukan apa? Coba lihat?" Mereka berdua mendekati gundukan tanah itu.

"Gali Mas." Andrea menyuruh Dion.

"Paling orang nabrak kucing Dek." Jawab Dion santai.

"Gali Mas." Perintah Andrea lagi.

Betapa terkejutnya mereka berdua, mendapati sebuah benda berwarna putih seperti jenazah namun berukuran kecil. Keduanya saling pandang.

"Tunggu. Aku telepon Bapak." Cegah Andrea saat Dion akan meraihnya.

Suasana bengkel geger karena penemuan benda itu. Seorang pria yang disebut ustadz datang dan melihat benda itu. Ustadz itu mengambilnya dan kemudian menaruhnya diatas sebuah wadah yang sudah disiapkan Lely.

"Ini adalah sihir. Entah apa yang tujuan dari pemiliknya. Tapi yang jelas ini mengganggu rumah tangga kalian berdua." Ustadz tersebut memberi tau.

"Siapa pengirimnya pak?" Tanya Andrea.

"Nanti saya beri tau Pak Abdul ya Mbak. Tapi setelahnya usahakan tidak menghindari mereka. Tetap saja berbuat baik." Nasehat ustadz.

"Baik pak." Andrea menurut.

Sore hari Andrea merasa lelah sekali. Rasanya Andrea ingin tidur, namun dikejutkan suara kedatangan Tina.

"Dek, katanya kamu sakit." Tina ramah kepada Andrea.

"Iya mbak. Lebih sakit lagi kalo liat mbak Tina kesini." Jawab Andrea Malas.

"Ada kepentingan apa Mbak?" Andrea menatap Tina lekat.

"Mas Dion ini biasa deh, keluar kamar mandi cuma pakai lilitan handuk." Tina melirik Dion.

"Mbak kesini mau cuci mata?" Sindir Andrea.

"Sedikit. Eh. Enggak. Mbak mau nyampein undangan emak,, emak mau kirim doa. Katanya Emak mau ke Jawa." Andrea mengundang keduanya.

"Lha kenapa budhe ke Jawa Mbak?" Selidik Andrea.

"Berobat Dek. Tadi siang jantungnya seperti tertusuk kayu." Jawab Tina sendu.

"Nggak bisa Tin. Aku mau ke rumah mertuaku. Salam aja." Tolak Dion.

"Lah, kok gitu Mas?" Protes Tina.

"Mbak Tina nggak salah dengar kok. Sabar ya mbak. Semoga budhe lekas sembuh." Andrea menatap Tina.

"Mas, nanti pulangnya jangan malam-malam ya. Andrea minta dikelonin dulu sebelum tidur." Andrea sengaja menyindir Tina yang menatap Dion penuh harap.

"Iya Dek. Gaya apa yang kamu mau? Women on the top? Doggy Style? Atau yang dikursi itu Dek." Jawab Dion santai.

"Dih Mas Dion. Jadi bikin pingin sekarang deh. Belum-belum bilang modelnya. Mbak Tina aja belum pulang. Masak mau dipamerin juga." Sindir Andrea.

"Dek. Mbak pamit ya." Tina berusaha menahan matanya yang berkaca-kaca.

Duda Emang BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang