Bab 30

23.1K 975 17
                                    

Dion dan Guntur memilih memancing di hari Minggu pagi. Alasannya malas bertemu dengan Mbak Sri seperti tempo hari.

"Mas. Lihat kaya kenal." Guntur memberi tau motor yang ada didepan mereka berdua.

"Siapa?" Dion yang fokus bermain hp jadi menatap arah depan.

"Tuh. Salip nggak?" Tawar Guntur.

"Salip aja. Kelamaan." Dion tak paham.

Keduanya menyalip kendaraan itu, Dion pun iseng menoleh ke arah motor yang disalip Guntur. Dion terkejut bukan main, ternyata Tina dan suami Susi berboncengan berdua.

"Piye Mas? Sudah lihat belum?" Guntur tersenyum jahil.

"Iya. Biarin aja Tur. Dosa masing-masing." Dion menjawab sekenanya.

"Mas. Orang dewasa kalo pacaran seperti apa ya? "

"Lha kamu itu dewasa atau bocah Tur?" Dion terkekeh.

"Aku dulu pacarannya pas remaja. Nggak pas dewasa." Bela Guntur saat tau diejek.

"Gak tau Tur. Gak bisa berspekulasi." Jawab Dion sekenanya.

"Lagian loh ya, apa Mbak Tina itu nggak mikir ya kalo pria yang disukainya itu suami orang lain?" Guntur terus berpikir.

"Uasem tenan kowe ki Tur." Keduanya jatuh dari motor dan cekikikan.

"Lha gimana loh Mas. Sampean lihat. Jalannya becek begini." Keluh Guntur sambil tertawa.

"Ini akibat repot memikirkan urusan rumah tangga orang lain." Ejek Dion.

"Yo enggak mas." Bela Guntur. Kedunya mengevakuaisi motor yang terjerembab lumpur.

"Kenapa sih Tur lewat sini. Apa nggak ada jalan lain?" Keluh Dion sambil tertawa.

"Ada Mas. Jalan yang kita ketemu Mbak Sri itu." Keluh Guntur.

"Hoalah Tur. Mana ntar malem janjian mau main full time malah siangnya kamu ajak gelimpangan disini." Keluh Dion.

"Eh mas, coba diperiksa lagi. Sepertinya tadi ada kresek ketinggalan." Guntur mengingat sesuatu. Dion membuka tas dan jok motor.

"Lha umpannya malah kamu tinggal Tur." Dion merengut.

"Wkwkwkwkwk.. maaf Mas. Aku tadi kepikiran istrku." Bela Guntur.

"Kenapa istrimu?" Dion kepo.

"Sudah Mas. Ayo berangkat saja daripada memikirkan rumah tangga orang lain. Ini mas Dion mau didepan atau belakang?" Tawar Guntur.

"Halah.. aku jalan aja.. nggak depan belakang kalo ujung-ujungnya ndorong juga." Tolak Dion.

Keduanya akhirnya sampai di area pemancingan. Untungnya sudah ada tiga orang yang sudah memancing disana. Mereka meminta umpan orang-orang. Setelah mendapat cukup ikan mereka berlima pulang.

"Mas. Jangan lewat jalan tadi." Pemancing lain mengingatkan.

Akhirnya mereka berlima melewati jalan lain yang lebih bagus meskipun harus cukup jauh. Tiba mereka ditepian jalan aspal mereka berpisah.

"Tur lihat. Kaya kenal." Dion menatap sebuah sepeda motor berhenti di tengah kebun sawit.

"Tunggu Mas. Aku mau ngintip." Guntur mencolek punggung Dion.

"Ogah. Nggak perlu. Udah cukup lumayan aku hidup tenang. Daripada mendengar nyanyian mereka yang gacornya minta ampun." Tolak Dion. 

Duda Emang BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang