10

309 33 2
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Marahnya sosok kakak itu

Aku berada di markasku menarik kerah baju ryan yang sedang asyik bermain video game bersama petinggi lain. Aku menatap tajam mereka dan mereka yang paham langsung menyiapkan kendaraan masing-masing.

"Ryan!" Panggilku.

"Ya bos!" Pekik Ryan.

"Josep, jordan, wilson dan liam. Kalian menyebar di titik yang ku maksud!" Tegasku.

"Siap bos!" Pekik mereka berempat.

"Kalian semua di markas. Ini masalah kecil biar kami yang menanganinya. Buat kamuflase buat seolah-olah bekerja kelompok saja. Tetangga di sekitaran sini mulai curiga akan semuanya." Ucapku.

"Apabila mereka bertanya bilang saja ini rumah singgah atau hal yang masuk akal lainnya." Ucapku.

"Laksanakan!"

Aku dan kelima orang yang bersamaku mulai menuju ke titik dimana markas tenjiku berada. Aku memang bilang tidak akan terlibat tapi hanya ingin memantau saja dari kejauhan.

Aku menghembuskan asap rokok melihat bentrokan antara tenjiku dan touman. Jumlah mereka tidak seimbang pasti touman kalah. Ternyata pemimpin mereka terlambat benar-benar tidak berguna.

Aku mendengar suara tembakan membuat aku melemparkan rokok kelima yang belum sempat aku hisap. Kulihat itu kakucho yang kena membuat aku tersenyum lega.

Tiga tembakan beruntun selanjutnya membuat nafasku tercekat disana adikku terkena tembakan kisaki. Aku mengepalkan tanganku dan menatap kearah ryan.

"SELAMATKAN NYAWA ADIKKU CEPAT!" Teriakku.

"Laksanakan bos!" Pekik mereka berlima.

Mereka berlima menuju arena pertarungan antara tenjiku dan touman sementara aku mengejar sosok kisaki tetta yang berlari tidak tentu arah. Aku berhenti di gang kosong dan mencari truk yang telah disewa oleh ryan untukku.

Aku duduk di kursi pengemudi dan telah menyuruh semua anak buahku memblokir jalur di sekitaran sini sebelum terjadinya bentrokan. Aku sebenarnya sengaja melakukan hal ini memang aku tidak terlibat dalam bentrokan tapi firasatku buruk jadi melakukan tindakan sejauh ini.

Aku melewati jalan yang tidak di blokir anak buahku. Aku melihat dari kejauhan ada sosok yang menjadi targetku. Aku menekan gas sampai kecepatan penuh dan kisaki tetta terpental jauh. Aku tersenyum smirk melihat hal tersebut dan menjauh dari lokasi kejadian.

Aku memarkirkan truk di dekat jembatan terdekat. Aku menepuk salah satu anak buahku untuk membakar truk tersebut nanti aku akan membayar biaya tambahan untuk itu semua.

Aku menghubungi ryan untuk menanyakan keberadaan rumah sakit dimana dia membawa adikku. Aku menuju lokasi kejadian sambil berjalan kaki ternyata sudah sepi dan aku mendekat kearah kisaki tetta yang tidak baik-baik saja.

"Kurokawa izana memang sudah kau tembak sebanyak tiga kali. Namun kau melupakan dia memiliki sosok yang akan membalas ribuan kali lipat kesakitan dia." Ucapku datar.

"Kisaki tetta kau hanya menyakiti adikku sekali tapi balasannya dengan nyawamu sendiri." Ucapku datar.

"Semoga kau segera ke neraka." Ucapku.

Aku menginjak kaki kisaki membuat dia menjerit sementara aku tertawa keras. Aku menyukai hal ini saat orang yang kusayangi disakiti maka balasannya adalah kematian.

Aku pergi mendengar suara orang berlari kearahku saat kulihat dari kejauhan ternyata itu hanma. Aku tidak peduli dan pergi menuju ke rumah sakit dimana izana berada.

Motorku dibawa oleh salah satu anak buahku ke apartemen. Aku menuju rumah sakit menggunakan taksi dan saat tiba di rumah sakit aku langsung menanyakan tentang ruangan UGD.

Di depan ruangan UGD ada lima pemuda yang merupakan anak buahku. Ternyata izana belum keluar dari ruangan UGD. Aku menatap dalam diam ruangan tersebut.

"Kalian pulang dan bakar truk yang kugunakan pihak kepolisian pasti mencari bukti tersebut. Tutup rapat semua bukti dan buat seolah-olah itu terjadi akibat suatu hal!" Tegasku.

"Baik bos!" Pekik mereka.

"Ryan sementara kau handle geng sementara." Ucapku.

"Bos ingin kemana?" Bingung Ryan.

"Adikku memerlukan diriku. Dia tidak memiliki siapapun selain diriku." Ucapku.

"Pergilah dan untuk sementara pergerakan kalian dibatasi." Ucapku.

Mereka mengganggukkan kepala dan pergi. Aku akan menyerahkan semuanya pada mereka. Aku ingin menenangkan diri dulu sambil menunggu keadaan izana yang tidak tahu entah dia selamat atau tidak.

"Iza bertahan." Lirihku.

Air mataku jatuh bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku menangis. Sejak kecil aku jarang menangis mungkin hanya saat bayi saja. Menurut ibu panti begitu terlalu terbiasa menerima keadaanku melatihku menjadi sosok tangguh. Tapi pertahananku runtuh saat menunggu adikku di meja operasi mempertaruhkan nyawanya.

🍁Menyeramkan

Hanafuda Twins

Ending

~ 30 Maret 2023 ~

✔️ Kurokawa Izana Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang