Pria Tua Hamil (2)

38.1K 515 10
                                    



"Aku cek dulu pembukaannya, Mas," pinta isteri Joko, namun sebelum memasukan tangannya ke jalan lahir sang suami. Wanita itu terlebih dahulu mencuci kedua tangannya dengan sabun.

"Ughhhh! Arghhhh..."

Isteri Joko merasa prihatin saat melihat suaminya yang sudah paruh baya berjuang untuk melahirkan. Joko sudah tidak sabar untuk melahirkan namun ketika melihat kerutan diwajah isterinya, membuat pria tua itu merasa ada yang tidak beres.

"Huh... sudah bukaan berapa?"

"Bukaan lima, Mas."

Joko tercengang, itu artinya tidak ada perubahan sejak ia mengeceknya terakhir kali.

Melihat wajah suaminya yang nampak khawatir, sang isteri tersebut berusaha tetap tersenyum. "Mas Joko mandi dulu, lalu makan malam. Mas butuh energi untuk ngelahirin nanti."

Joko mengangguk, ia lalu berusaha bangkit dan seketika merasa malu saat melihat tubuhnya yang telanjang. Pria paruh baya itu segera menuju kamar mandi, ketika hendak menyabun tubuhnya tiba-tiba kontraksi yang hebat membuat Joko berteriak lagi. Pria itu langsung merendahkan tubuhnya sambil memejamkan mata.

"Kontraksi lagi, Mas?" tanya isteri Joko yang masuk ke dalam kamar mandi.

"Huuh," angguk Joko yang wajahnya tidak baik sama sekali.

Setelah kontraksinya mereda, Joko akhirnya membilas tubuhnya. Sisa-sisa air yang tersisa di tubuhnya membuat terlihat berkilau, apalagi bagian perutnya yang terlihat sangat luar biasa.

"Pake ini aja, Mas." Isteri Joko memberikan selembar daster miliknya membuat wajah Joko nampak buruk tapi mengingat bahwa ia akan melahirkan membuatnya segera memakainya.

Keluarga kecil itu lalu makan bersama di ruang tamu, sesekali Joko menggigit bibir bawahnya berusaha untuk meredam rasa sakit. Ia tidak ingin berteriak karena takut membuat anak-anaknya terkejut. "Huhh... ughhh..."

Setelah selesai makan, Joko sedikit bertenaga. Pria paruh baya itu merasa cukup memiliki banyak energi untuk persalinan yang pastinya menyakitkan nanti.

"Pak! Pak! Nennnn mbil ndong!" Putri bungsunya itu memang memiliki kebiasaan untuk menyusu sambil digendong saat hendak tidur, jika tidak seperti itu maka dia tidak akan mau tidur.

"Ughh... udah berat," kata Joko sambil mengangkat anaknya yang diletakan disebelah pinggang. Untung daster sang isteri memiliki kancing dibagian atasnya sehingga bisa dibuka dengan mudah.

"Kalo nanti adeknya udah lahir, nennya gak boleh lagi!" kata isteri Joko jahil membuat putri mereka itu tiba-tiba memeluk Joko dengan protektif tapi sayang kakinya tidak sengja mengenai perut sang Ayah.

"Ahkhhhh!" seru Joko kesakitan dan langsung membungkuk membuat putri langsung melepaskan pelukannya dan turun dengan cepat.

"Kamu enggak papa, Mas?" tanya isteri Joko khawatir.

"Ughh.. sakit... sakit," lirih Joko yang perutnya kembali mengencang.

"Coba tiduran dulu, Mas. Aku coba cek pembukaannya." Isteri Joko segera membawa suaminya untuk tiduran di kasur tipis yang diletakan di ruang tamu.

"Udah pembukaan 9, Mas. Sebentar lagi bayinya akan lahir," kata  isteri Joko dengan raut wajah penuh senyuman.

"Huhhh... hahh..."

"Bapak..." panggil putri Joko yang sedikit ketakutan membuat Joko menoleh dan memanggilnya lebih dekat.

"Adek mau masih nen enggak? Tapi sambil tiduran aja." Putri Joko yang masih ingin menginginkan susu akhirnya memilih untuk tiduran disamping ayahnya, menyusu dengan kuat seolah tidak ada hari esok.

"Mas beneran mau lahiran di rumah? Bidan di depan masih buka lho."

"Iya, Mas mau dirumah aja," angguk Joko. Pria tua itu memang dari awal sudah memutuskan untuk tidak melahirkan di bidan atau rumah sakit, Joko lebih memilih melahirkan di rumah dan ditemani dengan isterinya yang memiliki pengetahuan tentang kelahiran karena dulu pernah bekerja di sebuah klinik melahirkan.

"Aghhh... huhh... hahh," erang Joko kesakitan, rasanya sekarang kontraksinya sudah jauh lebih rapat dan sakit.

Sang isteri yang merasa sang suami sebentar lagi akan melahirkan segera membawa putrinya yang sudah tertidur menuju kamar, dimana putra sulung mereka sudah lebih dulu tertidur.

Perut besar suaminya benar-benar menarik perhatian isteri Joko ketika ia kembali ke ruang tamu. Bagian tubuh itu sekarang terlihat besar, seperti hendak meledak. Bahkan sang isteri merasa bahwa perutnya dulu tidak pernah sebesar ini.

"Pembukaannya udah lengkap, Mas. Sekarang dorong perlahan," perintah isterinya membuat Joko mengangguk.

"Huhh...huhh... unghhhhh..." Joko memejamkan matanya, berusaha mendorong sesuatu yang seperti hendak bergerak menuju jalan lahir. Pria tua itu merasakan perut besarnya semakin terasa memelilit perih.

"Ughhhhh... aghhhhhh!" seru Joko yang sudah penuh dengan keringat. Pria itu sebenarnya sudah kehabisan energi, itu semua karena umurnya sudah tidak lagi muda. Namun ia tidak mau membuat bayinya berbahaya di dalam sehingga ia harus mengeluarkannya.

"Huhh... hah.."

"Ayo, Mas! Sedikit lagi, aku udah merasakan kepalanya."

"Huh.. enghhhhhhh.... Hah!" Joko mulai merasa ingin menyerah, rasa sakitnya benar-benar luar biasa. Bagian bawah tubuhnya seperti hendak terbakar.

Sang isteri yang melihat sang suami mulai kelelahan berusaha untuk membantu dengan menekan-nekan bagian tertentu perut besar suaminya.

"Ayo, Mas sedikit lagi!"

"Engghhhhh..." dorong Joko dengan sekuat tenaga.

"Aku udah ngelihat kepalanya, Mas!" seru isterinya bersemangat.

"Huh.... Hahh..." Joko berusaha mengumpulkan tenaganya, tangan pria paruh baya itu berusaha menyentuh jalan lahirnya dan merasakan sesuatu menyangkut disana. Ah, ini anaknya. Padahal usianya sudah sangat tua tapi diberi kesempatan untuk mengandung dan memiliki anak sendiri.

"Ayo, Mas. Sedikit lagi!"

Seolah mendapat semangat, Joko memejamkan matanya dan kembali mendorong dengan sepenuh tenaga. "Enghhhhhhhhhh.... Ughhhhhh!"

"Oeekkk! Oekkkk!"

"Berhasil, bayinya lahir, Mas!"

"Hahh..." Joko menjatuhkan kepalanya ke bantal, tersenyum di sela-sela nafasnya yang menggebu-gebu. Pria tua itu akhirnya berhasil melahirkan anaknya sendiri.

"Abang punya teman main, Mas," kata isterinya dengan senyum lebar sambil meletakann bayi merah itu di dada sang suami.

Joko yang ikut tersenyum, memperhatikan putranya yang berusaha mencari sumber makanannya. Ada kepuasaan tersendiri saat melihat putranya menyusu dengan semangat.

Tamat.




Noted :

Yeay, akhirnya selesai juga. Gimana menurut kalian wkwk?

Untuk part selanjutnya, kira-kira ada yang punya ide gak? Siapa tau aku mau buatin wkwk.

Mpreg StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang