Sahabat jadi Suami

26.4K 471 25
                                    


"Berhenti disini aja, Pak. Udah sampe."

Andrian menunggu sampai ojek yang sedang ditumpanginya benar-benar berhenti, sebelum pria itu turun dari motor dengan salah satu tangannya menyangga perut bagian bawahnya, itu pun dilakukan dengan sangat pelan.

"Ugh... shh..." ringis pria itu ketika mendapat tendangan cukup kuat dari bayinya. Andrian yakin jika tendangan itu berasal dari bayinya yang mungkin sejak di atas motor tadi tertidur dan sekarang harus terbangun.

"Ini uangnya, Pak. Kembaliannya ambil aja," ujar pria berumur 28 tahun itu membuat tukang ojeknya tersenyum lebar.

"Makasih ya, Mas," angguk tukang ojek itu lalu tatapannya tertuju ke arah perut Andrian dengan sedikit khawatir dan kasihan. "Masnya sebentar lagi melahirkannya ya? Saran saya minta jemput sama suaminya aja, kasihan kalo harus naik ojek."

"Iya, Pak. Suami saya besok baru balik dari luar kota." Andrian tersenyum pada ojol itu sebelum beranjak menuju kontrakannya. Saat mendengar suara motor yang melaju, pria hamil itu terkekeh karena telah membohongi ojol.

Suami? Jangankan suami, Andrian saja tidak punya pacar.

Andrian adalah pria berusia 28 tahun yang sejak lahir belum pernah yang merasakan namanya pacaran. Pria itu memang sudah memutuskan untuk tidak pernah menikah seumur hidupnya akibat trauma perpisahan kedua orang tuanya. Pria itu sudah mencoba untuk berdamai dengan masalah itu namun rasanya selalu ada keraguan di hatinya.

Tentang bagaimana dia bisa hamil, pria itu mencari donor sperma di Rumah Sakit yang sudah banyak dilakukan orang-orang sekarang.

Andrian sengaja memiliki anak karena merasa hidupnya pasti akan sangat membosankan jika sendirian. Walau tahu pasti sangat sulit membesarkanya, kedua orang tuanya saja gagal.

Andrian melihat sekeliling kontrakannya yang sudah sangat sepi, pintu-pintu tetangganya sudah tertutup dengan rapat. Pria itu menghela nafasnya pakang, jika saja ia tidak mengebut perkerjaannya agar bisa cuti, Andrian mungkin tidak akan pulang semalam ini.

Clek!

Andrian membuka pintu kamar kosannya dan disuguhi dengan pemandangan yang gelap karena lampu yang belum dihidupkan. Tek! Seketika kosan yang hanya memiliki tiga ruangan itu terang benderang. Andrian lalu mencari kursi untuk duduk, perutnya yang besar sudah membuatnya kesusahan untuk melepas sepatu.

"Ughh... pegalnya." Lelaki itu menggerak-gerakan lehernya yang terasa kaku karena hanya melihat layar sejak pagi. Merasa gerah dan tak nyaman, jarinya perhalan membuka kancing kemeja kerjanya dan tak lama terdengar hembusan nafas lega dari bibir merahnya.

"Hahh.... Coba dikantor boleh pake kaos, pasti enak." Andrian yang setengah telanjang, berjalan menuju cermin yang ditempel di kosannya. Tatapan pria itu sekarang terpaku pada perutnya yang terlihat sudah sangat besar.

Dug!

"Awhh! Nakal ya..." kekeh Andrian sambil tersenyum saat merasakan tendangan anaknya. Tidak hanya sekali, pria itu mendapat tendangan beruntun yang membuat pria yang telah hamil 9 bulan itu menunduk.

"Ssst... udah.. udahh, dek," pinta Andrian sambil mengusap-usap perut besarnya yang mulus dari strecmark karena selalu menggunakan lotion setiap malam.

"Awas nanti kamu udah lahir, Baba tabok pantatnya," kata Andrian berbohong, mana tega dia akan memukul buah hatinya sendiri yang sudah sangat ia cintai sejak di dalam kandungan.

Merasa tubuhnya sangat berkeringat karena seharian bekerja, Andrian memutuskan untuk mandi. Pria itu menghabiskan waktu cukup lama karena baginya mandi dapat melepaskan stresnya setelah seharian bekerja. "Huhh... segarnya..." desah pria itu keluar dari kamar mandi dengan telanjang bulat, karena yakin hanya ada dirinya seorang di kosan.

Mpreg StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang