Seorang lelaki berusia 18 tahun nampak tengah sibuk mencoret-coret lembaran bukunya, sambil sesekali melihat ke arah tablet yang sedang menampilkan proses persalinan di rumah yang terlihat sangat detail dan lengkap.TOK! TOK!
"Rey, ayo makan malam dulu!" panggil seseorang dari balik pintu kamar.
Rey—remaja yang sedang berada di kursi belajarnya itu terdiam sebentar, mencerna suara yang memanggilnya sebelum remaja itu bergegas menuju ke arah pintu kamarnya dengan kecepatan kilat.
CLEKKK!
"Kok Papa naik ke lantai atas? Kan bisa telepon Rey buat turun ke lantai bawah," protes remaja laki-laki itu sambil menatap ke arah Dean dengan khawatir, tak lupa memindai seluruh tubuh ayahnya, takut terjadi sesuatu.
"Papa kangen manggil Rey untuk makan makan malam. Semenjak perut Papa jadi gede, udah enggak pernah lagi," jawah Dean sambil mengelus-elus perut buncitnya dari balik sweater rajut.
Rey yang mendengar perkataan ayahnya jadi tidak bisa marah, apalagi remaja itu sedikit merindukan saat-saat sang Papa menjemputnya ke lantai atas, kadang mereka akan menjadi mengobrol membuat Ayahnya yang sudah menunggu di lantai bawah akan mengomel.
"Oke, tunggu Ray sebentar." Remaja itu meminta sang Papa untuk menunggu sebentar diluar karena ia harus mematikan tabletnya terlebih dahulu.
"Ayo turun, biar Rey bantu." Dean terkekeh gemas melihat sikap putranya yang dengan sigap memeluk pinggangnya untuk turun ke lantai bawah.
"Papa berasa jadi kayak kakek-kakek," sunggut Dean sambil terkekeh. Namun sejujurnya, pria itu sangat terbantu dengan pertolongan putranya. Itu semua karena perutnya sudah membesar, membuat Dean sedikit kesusahan untuk berjalan.
Untuk naik ke lantai atas saja, Dean harus beberapa kali berhenti di anak tangga untuk beristirahat sejenak atau untuk menarik nafasnya saat merasa perutnya kram.
Dean dan Ray akhirnya sampai di lantai bawah, saat keduanya hendak menuju ruang makan. Dean meminta anaknya untuk tidak bersuara dan menujuk ke arah seorang pria dewasa dengan tubuh cukup tegap dan perut yang besar, tengah mencubiti ayam kecap yang dibuatnya.
"Ayah enggak nunggu-nunggu lagi!" seru Rey membuat Farhan terkejut dan hampir melemparkan tulang ayamnya.
"Ughh.. Rey, Ayah kaget. Hampir aja tadi adek kamu keluar," keluh pria dewasa itu sambil mengusap-usap perut besarnya dari balik kaos rumahan yang berukuran besar.
"Bagus, dong. Biar Rey jadi cepat punya temen main," canda remaja itu lalu menarik dua kursi untuk Ayah dan Papanya.
Mari sedikit kita jelaskan tentang keluarga Rey yang sedikit agak berbeda dari keluarga lainnya.
Sebenarnya Janu bukanlah satu-satunya putra yang Dean lahirkan namun karena sebuah kecelakaan, kembaran Rey harus meninggal saat dilahirkan.
Kematian kembaran Rey cukup membuat pukulan yang cukup besar untuk Dean dan Farhan. Apalagi saat mereka mulai mencoba untuk memiliki anak lagi, begitu banyak usaha dan tenaga yang mereka lakukan namun sayangnya itu tidak membuahkan hasiln apapun.
Hingga suatu hari, Farhan—sang suami memutuskan untuk hamil. Di zaman ini, seorang pria memang dapat hamil jika mengikuti proses penanaman rahim. Dean awalnya tidak setuju, karena harusnya sebagai seorang isteri, dialah yang mengandung.
Terapi, Farhan yang melihat trauma isterinya dan perjuangan Dean untuk bisa hamil lagi, membuat pria itu merasa sudah cukup membuatnya sedih, sekarang gilirannya yang mengambil peran.Hingga akhirnya, Dean pun setuju dan proses penanaman rahim pun dilakukan. Namun nampaknya hal itu tidak berjalan dengan mulus karena usia Farhan yang sudah menginjak 30an.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mpreg Stories
Genel KurguKumpulan cerita pria hamil / Mpreg *MPREG *BIRTHSCANE *18+ Tolong kalo ga suka tinggal skip Pic : twitter/@mpreg.pup